Liese mengalami mimpi, ia mendapati seorang Werewolf tengah membunuh berbagai manusia yang mengancamnya. Akan tetapi, wajahnya terlihat sedih entah apa alasannya.
Ketika ia ingin menggapai Werewolf tersebut dengan tangannya, tiba-tiba saja Werewolf itu pergi jauh meninggalkannya.
* * * * *
“Di mana ... ini ... ”
Liese menatap atap rumah yang tidak ia ketahui, ia melihat ke sebelah samping kanan terdapat seorang laki-laki yang tengah melakukan squat jump. Ia pun melanjutkannya dengan push up, Liese cukup bingung dengan keadaannya saat ini.
Ia merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya, apalagi ia tidak bisa melihat dengan mata kirinya yang sudah terbakar. Ia mencoba untuk bangun perlahan-lahan, tindakannya diketahui oleh Rindou yang tengah melakukan push up.
Ia segera mengenakan pakaiannya meskipun berkeringat. Liese menatap sosok laki-laki tersebut dan baru diketahui bahwa orang tersebut adalah Rindou.
“Rindou? Di mana aku?”
Tanya Liese seraya memegangi mata dahinya yang sedikit pusing, sepertinya darah milik Rindou memulihkan sedikit lukanya.
“Penginapan di mana aku tinggal. Pemilik penginapan ini beserta anaknya sudah merawat lukamu.”
“Begitu ya ... aku sudah merepotkan mereka. Jika aku tidak salah, terdapat Werewolf yang menolongku ketika kesadaranku hilang sepenuhnya. Rindou, apakah kau tahu di mana saat ini sosok yang menolongku berada? Aku ingin berterima kasih padanya.”
“Ya, dia adalah salah satu temanku yang telah membantumu keluar dari neraka itu. Werewolf itu menyuruhku untuk mendengarkan ceritamu, ketika kau disiksa di sebuah ruangan tersembunyi. Jika kau sudah menceritakannya padaku, dia bersedia untuk menemuimu.”
“Begitu ya ... sepertinya aku sudah merepotkanmu dan Tuan Werewolf yang sudah menolongku. Baiklah, akan kuceritakan dari awal.”
Liese mulai menceritakan dari awal di mana ia diracuni dengan obat tidur ketika makan malam entah oleh Adiknya maupun Kepala Pelayan. Dilanjutkan dengan dirinya yang dikurung di sebuah tempat, dan ia pun menceritakan tentang apa yang dilakukan oleh Kepala Pelayan serta Adiknya.
Rindou yang mendengar ceritanya mulai paham dengan inti permasalahannya, tidak lain adalah harta peninggalan Keluarga Forded. Ketika Liese ingin melanjutkan ceritanya, Rindou menyuruhnya untuk istirahat sejenak dan makan siang terlebih dahulu.
“Sebelum itu, Liese ... bagaimana jika Adikmu dan Kepala Pelayan itu dibunuh oleh Werewolf yang menyelamatkanmu.”
“Itu ... aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin berterima kasih kepada Tuan Werewolf.”
“Begitukah, baiklah ... akan kusampaikan rasa terima kasihmu.”
Rindou pergi meninggalkan ruangan ini yang ada di samping ruangannya. Ia pergi ke bawah lalu menyuruh pelayan perempuan anak dari pemilik penginapan untuk membawakan makan siang kepada Liese.
Rindou pun makan siang bersama untuk menemani Liese, sesekali ia menyuap Liese yang kesulitan makan karena luka pada kedua tangannya masih terasa sakit. Apa yang dipikirkan oleh Liese saat ini adalah entah Rindou adalah orang yang jahat, entah orang yang baik.
* * * * *
Di waktu yang sama, Kepala Pelayan yang baru saja kembali dari menikmati sebagian harta Keluarga Forded untuk melihat keadaan Liese yang disiksa sampai sekarat.
Ketika ia membuka pintu depan rumah Keluarga Forded, terdapat beberapa bekas cakaran serta barang berharga di beberapa tempat telah dirusak. Ia segera pergi menuju suatu lorong yang di bagian dindingnya terdapat jalan tersembunyi yang menuju ruangan rahasia.
Ia menemukan mayat laki-laki bertubuh gemuk yang seharusnya bertugas menyiksa Liese. Sosok Liese yang seharusnya diikat dengan rantai menghilang, hanya ada bekas besi belenggu yang dihancurkan serta mayat laki-laki itu pun terdapat luka bekas cakaran.
“Apakah makhluk buas menyusup ke rumah ini? Jangan-jangan Putri Liese sudah dimakannya ... tidak ... dia tidak dimakan. Jika dia memakannya, seharusnya orang ini pun dimakan. Putri Liese masih hidup, aku harus menemukannya!”
Ia segera pergi dari ruangan tersembunyi ini, sebagian rumah ini sudah dikosongkan karena Adik dari Liese memecat semua pelayan yang ada di rumah ini. Dengan kata lain, rumah ini sudah kosong setelah makan malam terakhir antara Liese dan Adiknya.
Kepala Pelayan pergi menuju Guild seorang diri lalu membuat quest khusus untuk mencari keberadaan Liese. Bayarannya pun mahal, sepuluh Tyis emas hanya untuk menemukan keberadaannya saja.
Para petualang yang menganggur serta orang yang tidak ada kerjaan mulai mencari informasi akan keberadaan Liese. Mereka juga mengunjungi penginapan di mana Liese berada, namun pemilik penginapan berbohong karena sudah disogok oleh Rindou dengan sepuluh Tyis emas.
Keadaannya semakin runyam karena berbagai petualang kelas rendah mencari-cari keberadaan Liese. Apalagi keadaan Liese yang belum pulih sepenuhnya, maka Rindou yang harus bertindak yaitu membunuh Kepala Pelayan serta Adik Liese.
Bagi orang yang sudah menemukan keberadaan Liese, mereka tinggal datang ke suatu tempat berupa penginapan mewah yang dekat dengan pasar. Terdapat Kepala Pelayan yang sudah menunggu seraya menikmati harta Keluarga Forded, Adik Liese pun ada di penginapan mewah tersebut.
Rindou berjalan dengan santai agar tindakannya tidak mencurigakan. Di depan penginapan mewah tersebut sudah terdapat seorang petualang yang menghadang jalan Rindou.
Petualang tersebut menanyakan keperluan Rindou, ia pun menjawab akan keperluannya tentang quest yang mencari Putri Liese Keluarga Forded. Tanpa basa-basi, Rindou dipersilahkan masuk lalu dipandu oleh petualang laki-laki yang lainnya menuju suatu ruangan yang ada di lantai tiga.
Petualang yang mengantar Rindou membuka pintu suatu ruangan, terdapat seorang laki-laki yang sudah berumur mengenakan setelan seragam pelayan laki-laki tengah duduk menikmati rokoknya.
“Apakah kau orang yang mengetahui keberadaan di mana Putri Liese saat ini?”
“Ya ... ”
“Silahkan, tidak perlu terburu-buru.”
Ucapan dari Kepala Pelayan sudah amat mencurigakan. Tidak perlu terburu-buru? Apakah itu yang akan dikatakan oleh orang yang membuat quest pencarian? Tidak, itu juga sudah menjelaskan bahwa ia sendiri pelaku di balik semua ini.
Rindou menerima tawarannya, ia duduk di atas sofa depan Kepala Pelayan tersebut duduk. Terdapat meja kayu di antara mereka berdua, Rindou ditawari rokok tetapi ia menolaknya karena ia adalah cowok U Mild.
“Siapa namamu anak muda?”
“Rindou.”
Rindou menjawab seadanya saja secara singkat, jelas, dan padat layaknya esay ulangan harian. Kepala Pelayan tersebut menyipitkan matanya, lalu mematikan rokoknya terlebih dahulu karena ia berniat untuk bicara serius.
“Apa kau yakin akan keberadaan Putri Liese saat ini?”
“Tentu saja, aku datang kemari karena ingin memberitahukanmu akan sesuatu. Tetapi ini rahasia, bisakah aku membisikkannya?”
Tanya Rindou dengan kalem, Kepala Pelayan menganggukkan kepala pertanda dirinya setuju. Mereka berdua saling mendekatkan diri dengan cara berdiri lalu mengedepankan kepala mereka dan Rindou mulai membisikkannya.
“Aku akan membunuhmu.”
Ucapannya membuat Kepala Pelayan itu terkejut hebat lalu mendobrak meja, dua petualang yang berjaga di depan pintu langsung memasuki ruangan ini. Mereka berdua menggunakan senjata mereka berupa pedang satu tangan dan belati.
“Bunuh orang ini!”
Teriak Kepala Pelayan seraya menjauhi Rindou yang berdiri menghadap dua petualang menghalangi pintu keluar. Rindou menghela napas sebentar, ia melepas bajunya serta sepatu yang ia gunakan.
“Companion, Harvod Wolf.”
* * * * *
Sore hari yang hangat, Liese menatap ke luar jendela seraya duduk bersandar di atas kasur yang empuk. Ia tidak tahu ke mana perginya Rindou setelah makan siang bersamanya, ia juga ingin berterima kasih kepada Werewolf yang telah menyelamatkannya.
Liese pun mendengar kegaduhan di lantai bawah, ia mendengar kekacauan di penginapan mewah yang telah diserang oleh satu orang saja. Sedikit saksi mata yang melihat wujud pelaku, namun pergerakannya sangat cepat hingga dia kabur ke suatu tempat dan meninggalkan penginapan mewah yang di dalamnya sudah terdapat beberapa petualang serta Adik Liese dan Kepala Pelayan Keluarga Forded telah tewas.
Liese hanya mendengar tentang penginapan yang diserang, tetapi ia tidak tahu bahwa Kepala Pelayan dan Adiknya telah dibunuh oleh seseorang yang tidak lain adalah Rindou.
Ketika Liese masih memandang ke luar jendela, terdapat seseorang yang mengetuk pintunya dua kali. Liese mempersilahkan orang tersebut untuk masuk dan dia adalah Rindou yang membawa kantong kertas berukuran besar.
“Liese, bagaimana keadaanmu?”
“Ya, lukaku sudah sedikit kering dengan beberapa obat yang diberikan pemilik penginapan kepadaku. Ke mana saja kau?”
“Aku baru saja menemui Werewolf yang telah menyelamatkanmu. Dan satu lagi, maaf Liese ... sekarang kau sendirian.”
“Apa maksudmu?”
Tanya Liese, Rindou menutup pintu lalu memasuki ruangan Liese seraya membawa kantong kertas yang dijinjing. Ia duduk di atas kursi sebelah samping kiri Liese yang tengah duduk bersandar.
“Liese ... ada kabar bahwa Adikmu dan Kepala Pelayan Keluarga Forded telah dibunuh.”
Ucap Rindou yang tidak kuat menatap ekspresi wajah Liese setelah mendengar perkataannya. Tetapi, Rindou terkejut karena Liese merasa lega akan kabar kematian Kepala Pelayan dan Adiknya.
“Begitukah ... mereka berdua sudah meninggal dan kini aku sendiri sebagai penerus Keluarga Forded.”
Rindou tidak meresponnya, ia mengambil sesuatu dari dalam kantong kertas yang ia bawa lalu memberikan boneka beruang kepada Liese.
“Boneka beruang? Untukku?”
“Ya, itu hadiah semoga cepat sembuh dari Werewolf yang menyelamatkanmu.”
“Begitukah ... ”
Perlahan-lahan, Liese tersenyum kecil karena masih ada orang yang peduli kepadanya meskipun ia tidak mengenal Werewolf yang menyelamatkannya.
“Maaf Liese, aku tinggal sebentar.”
“Ya, sampai nanti.”
Rindou berdiri lalu berbalik badan lalu pergi menuju depan pintu. Ketika ia menyentuh gagang pintunya, ia berhenti sejenak untuk mengucapkan sesuatu kepada Liese.
“Liese, ketika seseorang ingin menangis maka menangislah. Orang yang tegar selama ini sudah menahan rasa sakit dari awal, maka menangislah dengan puas. Itu yang dikatakan Werewolf sebelum pergi, sampai jumpa.”
Setelah itu, Rindou pergi meninggalkan ruangan Liese yang ada di lantai dua. Liese mengerti, meskipun ia tidak mengenal Werewolf yang menyelamatkannya tetapi ia bersyukur masih dapat hidup.
Liese menangis dan ini adalah kedua kalinya ia menangis seumur hidup. Ia yang selalu bersikap tegar seakan-akan perkataan dari Rindou menyentuh hatinya yang tertutup.
“Terima kasih ... ”
To Be Continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
KALEM DONG
Liese..
2020-06-07
1
しど小泉
satu lagi gua lupa, illustrasinya mantap anjenf
2020-01-07
6
しど小泉
Ini Novel Worth It buat dibaca, sudut pandang yang jelas-jelas MC bertindak benar entah apa kata orang. Di sini gak terlalu lebay seperti pantat tipis, up yang banyak yaaaa
2020-01-07
8