Sore hari, Rindou bersama dengan pedagang yang mengantarkannya sampai di depan gerbang Kota Morez. Seperti biasa, terdapat pengecekan bagi setiap orang yang ingin memasuki Kota Morez.
Setelah cukup lama mengantri, kini giliran Rindou dan ia dicek seluruh tubuhnya seraya memperlihatkan barang bawaannya. Setelah selesai, ia diminta untuk membayar biaya masuk dengan harga tiga keping koin perunggu.
Mata uang di dunia ini memiliki nama Tyis, Rindou mengeluarkan satu keping koin perak dan kembaliannya tidak perlu. Ketika ia disuruh untuk masuk, ia diberhentikan terlebih dahulu untuk membuka kerudung dari jubah hitam lusuh yang ia dapatkan dari pedagang yang sebelumnya.
Penjaga yang menghadangnya mengulurkan tangannya dengan niat membuka kerudung Rindou. Tetapi, Rindou menahan tangannya seraya menatap tajam sang penjaga.
Karena ia tidak ingin ada masalah lagi, Rindou membungkam sang penjaga dengan membayar lagi satu keping koin perak. Manusia yang serakah dan setelah diberi uang pastinya akan diam dan menurut, Rindou menggunakan keuntungan ini sehingga ia dapat masuk dengan mudah.
Berjalan di jalan utama dengan langit yang sudah berwarna jingga kemerahan. Rindou merasakan tubuhnya sudah kembali normal, maka ia membuka kerudung yang menutupi kepalanya lalu mencari penginapan terlebih dahulu untuk istirahat.
Di setiap gang kecil, terdapat manusia yang memiliki niat buruk dan Rindou juga salah satu yang menjadi targetnya. Tanpa berlama-lama, ia memasuki sebuah penginapan yang ada di dekatnya.
Suasana tempat ini cukup sepi dan hanya ada lima orang yang tengah berkumpul terbagi menjadi dua kelompok. Rindou disambut oleh seorang perempuan yang merupakan pelayan di penginapan ini, terdapat tiga orang yang mengelola penginapan ini.
“Selamat Sore, apakah anda ingin menginap?”
Tanya pelayan tersebut, Rindou menganggukkan kepala lalu memberinya satu keping koin emas. Akan tetapi, reaksi dari pelayan yang menyambutnya mulai salah tingkah laku terburu-buru pergi ke belakang.
Komunikasi antara pemilik penginapan yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri pun sampai terkaget karena jarang sekali ada tamu yang mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk menginap.
Bagi Rindou tidak masalah, karena uang yang ia dapatkan juga berasal dari penyerangan Desa sebelumnya.
Pelayan perempuan itu kembali seraya menunjukkan senyuman yang dipaksakan.
“Ahh ... orang tuanya pasti menyuruhnya untuk melayaniku dengan baik.”
Pikir Rindou, ia diantar ke ruangan miliknya yang ada di lantai dua. Setelah kunci kamar ia terima, Rindou menyuruh agar sang pelayan hanya datang ke ruangannya ketika waktu makan saja dan sisanya ia tidak boleh menganggunya dengan alasan pekerjaan.
Setelah pelayan itu pergi, Rindou segera menutup pintu lalu menguncinya. Ia pergi menuju kasur lalu melepaskan jubah serta mantel yang ia kenakan. Di bagian dinding terdapat sebuah batu yang bercahaya ketika perlahan-lahan waktu malam tiba.
Rindou melepas pakaiannya, ia mulai turun lalu merubah posisinya menjadi posisi push up. Seperti biasa, Rindou akan melakukan latihan fisik ketika ada waktu luang.
“Push up 200, Sit up 200, Squat jump 200, Plank 30 detik. Seharusnya ini sudah cukup.”
* * * * *
*Tok-tok
“Permisi, makan malam sudah siap. Jika anda berkenan, silahkan turun ke lantai bawah untuk menikmatinya.”
Tidak ada jawaban sama sekali, Rindou baru saja menyelesaikan latihan fisiknya sehingga ia cukup lelah dan suasana di kamarnya ini cukup pengap akan suhu tubuh panas yang dikeluarkannya.
“Aku akan turun, siapkan dua gelas air bening untukku.”
“Dimengerti.”
Setelah percakapan singkat tersebut selesai. Pelayan tadi pun segera pergi dan Rindou merubah posisinya menjadi berdiri dengan keringat yang bercucuran. Ia menggunakan kain sprei kasur sebagai lap keringatnya, sungguh greget anak ini.
Setelah tubuhnya tidak terlalu mengeluarkan hawa panas. Ia segera mengenakan pakaiannya lalu pergi ke lantai bawah untuk makan malam. Hanya ada beberapa orang yang menjadi tamu inap di tempat ini.
Pelayan perempuan tadi menyambut kedatangan Rindou lalu memandunya menuju kursi yang sudah disediakan untuknya. Ia duduk perlahan-lahan lalu meminum dua gelas air bening yang telah disediakan, asupan air yang ia butuhkan cukup banyak karena dehidrasi.
Rindou menyantap makan malamnya. Tetapi terasa kurang jika tidak ada nasi, hanya ada sup dan pie daging yang disediakan untuknya.
Bagi penikmat nasi, Rindou agak menyayangkannya tetapi ia teringat bagaimana jika nasi dimakan bersamaan dengan menu makan malam ini. Namun harapannya pupus, ia memakan makan malamnya seraya membayangkan nasi.
Sampai-sampai pemilik penginapan dan anaknya yaitu sang pelayan mulai bingung apakah Rindou menikmati makan malamnya atau tidak. Pemilik penginapan tersebut menghampiri Rindou karena penasaran dengan tanggapannya.
“Permisi, apakah anda menikmati makan malam yang saya sediakan?”
Tanya pemilik penginapan seraya berdiri di samping kanan Rindou yang tengah makan. Rindou menelan dulu apa yang ia makan lalu meminta segelas air bening lagi kepada sang pelayan.
“Aku menikmatinya, tetapi ... tiada nasi tidak kenyang.”
“Ah begitukah, jarang-jarang ada tamu yang makan dengan nasi. Jika anda mau, besok akan saya buat sebagai sarapan anda.”
Rindou menganggukkan kepala, lalu ia menanyakan tentang kehidupan sehari-hari yang ada di Kota Morez ini kepada sang pemilik penginapan ketika ia akan pergi. Namun, pemilik penginapan tidak mau bercerita tentang Kota Morez ini.
“Apakah ini cukup?”
Tanya Rindou seraya meletakkan dua Tyis emas di atas meja. Tentu saja, pemilik penginapan langsung bereaksi dan ia duduk di kursi kosong tepat di depan posisi Rindou duduk.
“Baiklah akan kuceritakan. Seperti yang sudah anda tahu, di Kota Morez ini terdapat perbudakan mau apapun itu rasnya. Setiap hari akan diadakan pelelangan budak, biasanya para pembelinya adalah bangsawan maupun para pedagang. Dan satu lagi, Pemimpin Kota Morez ini memiliki hobi yang buruk dan ... ”
Pemilik penginapan ragu untuk melanjutkan ceritanya. Rindou meletakkan lagi satu Tyis emas lagi, pemilik penginapan bersedia melanjutkan ceritanya karena informasi dibutuhkan sebelum berperang.
“Ceritakan semua yang kau ketahui.”
* * * * *
Rindou terbangun di atas kasurnya tanpa kain sprei karena ia gunakan sebagai lap keringatnya. Ia mendapatkan banyak informasi dari pemilik penginapan, dan ia pun berniat untuk mengunjungi pelelangan.
Sebelum masuk siang hari, ia segera pergi dari penginapan melalui jalan depan agar diketahui sang pelayan sebagai alibinya saja. Sebelum pergi ke berbagai penjuru Kota Morez, ia pergi ke luar kota untuk mencari monster dalam mengetes kekuatannya.
Setelah memasuki wilayah hutan di luar Kota yang tidak jauh dari jalan utama dan gerbang depan. Rindou melepas pakaiannya lalu mulai dengan posisi push up, seperti biasa ia melakukan latihan fisik.
Ia juga mengetes pukulannya ke pohon, kekuatannya sedikit bertambah dan jika ditambah mana ketika memukul. Pukulannya lebih kuat dan dapat membuat pohon bergetar.
Setelah memasuki waktu siang hari. Rindou berniat kembali ke dalam kota untuk membeli makanan karena sebelumnya ia belum sarapan terlebih dahulu. Ketika mengenakan pakaian, ia mendengar langkah kaki dari arah belakang dan ia penasaran akan hal tersebut.
Rindou segera pergi ke belakang untuk melihat apa yang terjadi jika saja itu monster, maka ia akan mengalahkannya. Rindou bersembunyi di balik semak-semak, dari kejauhan terdapat dua perempuan yang lehernya dikalungkan dan dirantai serta diikuti oleh dua orang di belakangnya.
“Anak kembar berambut putih sedikit keunguan, terlebih lagi rantai yang membelenggunya. Ah ... mereka berdua mungkin akan dikirimkan ke pelelangan namun kabur.”
Pikir Rindou, namun hal itu bukan urusannya sehingga ia berniat pergi dan melupakan apa yang sedang terjadi. Tetapi, ia mendapatkan ide ketika dua perempuan itu memanggilnya dengan teriakan yang meminta tolong.
“Budak ya ... ide bagus.”
Rindou memikirkan rencana ke depannya. Ia berbalik badan kemudian memutuskan untuk memanfaatkan dua budak tersebut yang dikejar-kejar oleh dua laki-laki dewasa.
“Companion, Harvod Wolf.”
Ucapnya seraya melompat dari balik semak-semak lalu berlari dengan kedua tangannya yang perlahan-lahan ditumbuhi rambut. Dengan sekejap, kedua tangannya membesar sedikit dan ia hanya merubah kedua tangannya menjadi bagian dari anggota tubuh Serigala Harvod.
Rindou menusuk dada salah satu dari dua pria dengan pergerakan cepat. Ia diserang oleh pria yang satunya lagi dengan obor yang ia genggam, namun Rindou dapat menyerang balik menggunakan cakaran tangan kirinya kemudian menusuknya dengan tangan kanan pada bagian leher.
Ketika dua laki-laki itu lengah, Rindou memutar kepala mereka dan kebrutalan itu dilihat oleh dua budak yang meminta tolong kepadanya. Rindou mendengar suara besi yang saling berbenturan, ia memeriksa salah satu dari mereka lalu menemukan beberapa kunci.
Rindou berjalan menghampiri dua budak yang kelelahan karena terus berlari. Ia menunjukkan kunci yang dapat melepaskan belenggu mereka berdua lalu melepas pengganjal mulut mereka berdua.
“Aku akan membebaskan kalian berdua dengan satu syarat.”
Ucap Rindou seraya berjongkok di hadapan mereka berdua. Dua budak bersaudara itu saling menatap, kemudian salah satu dari mereka terlihat gelisah.
“Jika kau membutuhkan budak, bawa saja aku tetapi lepaskan Adikku.”
“Tu-tunggu Kakak!? Bawa saja Aku! Lepaskan Kakakku!”
Mereka berdua mulai berdebat tentang siapa yang akan menyerahkan dirinya kepada Rindou. Padahal Rindou belum menjelaskan semuanya, karena itulah ia benci seseorang ketika ia belum menyelesaikan kalimatnya.
“Diamlah kalian berdua. Aku ingin kalian pergi bersamaku menuju pelelangan budak. Tentu saja aku akan menjamin keselamatan kalian, dan sebagai bayaran jika kalian mau.”
Rindou meraih empat Tyis emas lalu menunjukkannya kepada mereka berdua. Dua budak itu terpana melihat empat Tyis emas yang menjadi syarat jika mereka mau bekerja sama dengan Rindou.
“Ba-baiklah, tetapi bawa saja Aku dan lepaskan Adikku.”
“Memang niatku seperti itu. Dan Adikmu akan menjadi pendampingku, untuk ke pelelangan pastinya seorang laki-laki yang kaya membutuhkan seorang perempuan sebagai pendampingnya. Maka salah satu dari kalian akan menjadi budak yang akan dilelang, tentu saja nyawa kalian tidak akan kubahayakan.”
“Apa yang kau rencanakan?”
Tanya sang Adik kepada Rindou yang tengah membuka belenggu mereka berdua.
“Santai saja, aku hanya akan membuat pesta kecil.”
Dengan ini, uang Rindou hanya tersisa tiga Tyis emas dan tiga Tyis perak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
KALEM DONG
Mantap thor ada gambarnya
2020-06-07
1
HAYL hanya angin yang lewat
jarang jarang ada yang menggunakan istilah air bening ketimbang air putih
hehehe kelihatan nya ini mulai menarik...
2020-05-16
4