Kini, Rindou mengajak dua budak yang bersamanya memasuki kota dengan menyembunyikan identitas mereka berdua menggunakan jubah yang ia pakai dan Adiknya mengenakan mantel milik Rindou sehingga mereka berdua tidak terlalu menarik perhatian.
Karena acaranya sebentar lagi akan dimulai. Rindou menyuruh dua budak yang ikut bersamanya untuk memilih baju sesuai dengan selera mereka yang disukai.
Setelah cukup lama menunggu. Sang Kakak mengenakan gaun putih dan sang Adik pun mengenakan gaun yang sama seperti sang Kakak. Mereka berdua memperlihatkannya kepada Rindou yang tengah makan buah apel.
“Selera kalian bagus juga. Kakak beradik kembar yang cantik.”
Ucap Rindou seraya melihat penampilan mereka berdua. Sang Adik malu sedangkan sang Kakak mulai membanggakan dirinya. Setelah itu, Rindou meminta izin kepada pemilik toko pakaian agar mereka berdua diizinkan untuk menggunakan kamar mandi.
Sebagai tambahan, Rindou menghabiskan seluruh uang yang ia miliki. Uang bukan masalah baginya, karena di dunia ini uang didapat dengan berbagai cara yang penting ada jalan.
Sebelum mereka berdua pergi, Rindou menanyakan nama mereka berdua agar mudah dipanggil.
“Namaku Fiona, sedangkan Adikku Maron. Ngomong-ngomong, siapa namamu?”
Tanya Fiona kepada Rindou, ia pun memberitahukan namanya kepada mereka berdua. Rindou memikirkan wajah mereka, namun ia bingung karena mereka berdua benar-benar mirip.
“Aku tidak bisa membedakan kalian berdua, mana yang Kakak mana yang Adik. Coba kalian ubah gaya rambut, jika digerai maka kalian amat kembar.”
Ucap Rindou seraya menunjuk Fiona lalu Maron. Fiona dan Maron saling bertatapan, sang Kakak merubah gaya rambutnya dengan cara rambut yang digerai di kedepankan. Sedangkan sang Adik, ia mengubah sedikit gaya rambutnya dengan cara mengikatnya dengan gaya pony tail.
“Bagaimana? Dengan ini kau bisa mengenali kami?”
“Lumayan, cepatlah mandi. Bau kalian tidak sedap.”
Ucapan Rindou yang pedas membuat Fiona marah, ia berbalik badan lalu menarik lengan Maron yang akan membungkuk kepada Rindou.
Tugas Rindou memang membuat kekacauan dan mengalahkan Pahlawan. Tetapi akan percuma jika Pahlawan dan para Pemimpinnya ampas seperti game gacha yang ia mainkan. Karena itu, ia berniat memusnahkan para hama penindas yang lemah.
Beberapa menit berlalu, Rindou yang tengah bersantai seraya ingin merokok dikejutkan oleh kehadiran Fiona dan Maron yang baru saja selesai mandi. Mereka berdua tidak seperti budak lagi, namun mereka seperti anak bangsawan yang amat cantik.
“Aku tidak akan menanyakan kalian kenapa kalian menjadi budak. Tetapi ... hari ini adalah hari terakhir kalian menjadi budak. Ikuti aku.”
Ucap Rindou seraya menyuruh mereka mengikutinya. Di setiap jalan, Rindou selalu dilirik karena diikuti oleh dua perempuan cantik kembar yang membuat para pria iri akan kehadirannya.
Sesampainya, Rindou sampai di tempat pelelangan yang cukup tersembunyi. Di depannya memang seperti rumah biasa, namun terdapat penjaga bertubuh besar yang menjagai pintu depan.
Rindou memperkenalkan bahwa salah satu dari mereka merupakan budak yang akan dijual. Penjaga tersebut mengerti lalu menyuruh Rindou untuk masuk ke dalam untuk melihat hasilnya, ia pergi bersama dengan Maron ke dalam.
Mereka berdua berjalan di lorong yang agak gelap. Membuka pintu pintu yang didorong, terdapat banyak orang yang sudah berkumpul dengan banyak perhiasan maupun gaya bangsawan yang memenuhi ruangan besar ini.
Rindou menarik lengan Maron sebelum mereka dipersilahkan duduk. Rindou memberi perintah kepada Maron agar ia bertingkah layaknya bangsawan yang lain, sedangkan ia akan pergi ke toilet terlebih dahulu.
Rencananya berjalan mulus, Rindou menyelinap ke bagian dalam belakang panggung lalu terdapat seorang laki-laki yang merupakan pedagang budak. Ia menghampirinya dan kehadirannya disadari oleh pedagang budak.
“Apa yang Anda lakukan di sini? Acara akan dimulai, silahkan berkumpul di depan panggung.”
“Santai saja, aku ingin melihat-lihat budak yang akan menjadi koleksiku. Apakah boleh?”
“Tentu saja Tuan! Silahkan lihat-lihat dulu.”
Pedagang budak itu mempersilahkan Rindou. Tanpa banyak basa-basi, Rindou masuk ke bagian belakang yang merupakan tempat para budak dari berbagai ras dikumpulkan dan dipisahkan dengan kandang besi.
“Lizardman, Demi-Human lalu Werebeast, Elf dan manusia. Mereka semua diurus dengan seadanya ya, akan kubiarkan mereka mengamuk.”
Rindou berbalik kanan lalu menghampiri pedagang budak dari belakang. Dengan belati yang ia bawa ketika didapat dari Desa, ia langsung menusuk bagian samping leher lalu membungkam mulutnya agar teriakannya tidak ada yang mendengar.
Setelah ia sekarat dan tidak banyak bergerak. Rindou mengambil kunci sel yang banyak sekali dan terkumpul pada besi yang memiliki bentuk lingkaran. Karena ia juga bingung bagaimana cara membebaskan mereka dengan cepat, ia kembali membuang kunci yang ia dapat.
Berjalan di tengah-tengah mereka di mana setiap budak melihatnya yang baru saja membunuh pedagang budak. Rindou meminta perhatian mereka dengan cara menepuk tangannya satu kali dengan kuat.
“Para budak yang telah kehilangan segalanya. Akan kuberi kalian kesempatan untuk membalas dendam, entah siapa target kalian tapi bencilah para bangsawan! Tumpahkan darah yang kalian benci! Bunuh mereka! Satukan kekuatan kalian!”
Seru Rindou dengan suara lantang. Ia melepas bajunya dan hanya menyisakan celana panjang hitam yang ia kenakan. Ia menggunakan kemampuannya yaitu Companion, tubuhnya ditumbuhi rambut lalu fisiknya membesar hingga ia berubah wujud menjadi seorang Werewolf.
“Selamat bersenang-senang.”
* * * * *
Terdapat suara bising dari belakang panggung. Bangsawan dan para penjaga mulai kebingungan karena suara tersebut amat berisik, namun dalam sekejap langsung hening seketika.
Fiona yang tengah menunggu di samping panggung mulai merasakan kekhawatiran. Sedangkan Maron yang duduk di panggung depan bersama para bangsawan mulai memprediksi dengan apa yang direncanakan oleh Rindou.
Secara serentak, dari belakang panggung muncul berbagai budak yang menggunakan tubuh mereka sebagai senjata untuk membunuh para bangsawan. Maron langsung menutup kedua telinganya lalu meringkuk karena ketakutan akan amukan para budak.
Tetapi, terdapat seseorang yang menyentuh kepalanya. Perlahan-lahan ia melirik orang yang menyentuhnya, terdapat sesosok Werewolf yang menyuruhnya pergi dari tempat ini bersama dengan Kakaknya.
Ia tidak tahu dengan jalan pikiran Werewolf yang menyuruhnya. Tetapi ia menganggukkan kepala lalu segera pergi mencari Kakaknya yaitu Fiona. Ia tidak diserang oleh para budak karena Rindou telah menyuruh kepada para budak agar hanya dua orang perempuan kembar berambut perak sedikit keunguan tidak boleh diserang namun harus dibantu untuk kabur bersama mereka.
Rindou membantai beberapa bangsawan yang ketakutan akan sosoknya. Tetapi masa bodoh, ia berniat menyalakan api kecil yang suatu saat nanti akan membesar oleh orang lain.
Setelah para penjaga dan bangsawan telah dibunuh oleh mereka. Ada beberapa budak yang menangis, bahagia, lalu berterima kasih kepada Rindou yang wujudnya masih berupa Werewolf.
Semua budak telah membalaskan dendam mereka. Mereka bebas dan bersama-sama pergi dari Kota Morez melalui gerbang depan, meski penjaga menghadang tetap saja mereka tidak bisa menahan mereka dan akhirnya ada beberapa yang terbunuh.
Rindou mengambil uang yang tergeletak dan ia mendapatkan dua puluh satu Tyis emas. Ia segera ke belakang panggung untuk membawa pakaiannya yang ia tinggalkan. Wujudnya kembali menjadi normal dan telinga serigala maupun ekornya masih ada karena efek samping dari Companion.
Ia pergi dari tempat ini dengan memanfaatkan keramaian para budak yang kabur kemudian menyembunyikan kepalanya dengan jubah yang ia berikan kepada Fiona sebelumnya.
Entah apa kata orang lain. Bisa dibilang Rindou kejam, entah baik, entah layaknya seorang Pahlawan. Namun ia tahu, pemerintahan oleh penjabat tertinggi pastinya ada yang ampas maupun tidak.
Apa yang ia lakukan mungkin tidak benar. Tetapi, kehadirannya menjadi secercah harapan bagi orang yang menganggapnya sebagai penolong.
* * * * *
Rindou kembali ke penginapan kemudian ia disambut oleh pelayan yang merupakan anak dari pemilik penginapan. Rindou menghiraukannya lalu segera pergi ke lantai atas untuk istirahat sebentar, kekacauan yang ia buat cukup membuat orang-orang di Kota Morez ini gempar.
Sebelum ia merencanakan rencana ke depannya. Ia menutup kedua matanya perlahan-lahan lalu menghilangkan segala beban pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
KALEM DONG
Mantap MC nya gak tanggung tanggung
2020-06-07
3