Eps 12.

Setelah puas menumpahkan tangisnya, Lusi segera membenarkan kembali penutup kepalanya yang di bantu Mamih Alina, beruntung riasan wajahnya menggunakan produk terbaik yang tidak mudah luntur meski terkena air mata sebanyak apa pun.

"Apa bisa kita mulai sekarang?!" Tegur sang pendeta.

"Tentu! ayo An... kau jangan menangis lagi ya!" Sahut Mamih Alina menyeru.

Lusi pun menghadapkan dirinya ke depan pendeta tanpa berniat melirik sang calon suami di sampingnya. Begitu pun dengan Viky, pria itu merasa tak tega melihat wajah calon istrinya yang tengah dirundung sedih. Viky yakin, jika calon istrinya pun tak mudah menerima perjodohan ini, sehingga dia berusaha menghargai perasaan calon istrinya itu dengan sedikit menjaga jarak.

"Viky Misael Andreas dan Emilia Lusiana Gibson, apa kalian bersedia menjadi pasangan suami istri baik dalam keadaan senang mau pun susah, sedih mau pun gembira dan sehat maupun sakit?!" Ucap Pendeta.

"Saya bersedia!" Ucap Lusi dan Viky bersamaan.

Deg...

Sesaat mereka saling tertegun setelah saling menyahut ucapan pendeta. Namun baik Viky maupun Lusi, keduanya menganggap jika itu hanya perasaan mereka saja yang sama-sama menganggap suara yang tak begitu asing itu halusinasi mereka saja.

"Apa aku terlalu memikirkan Viky ya?! kenapa suara Kak Misa terdengar begitu mirip dengan suaranya?!" Batin Lusi.

"Ini pasti gara-gara aku masih belum bisa move on dari Lusi. Masa suara calon istriku jadi mirip suaranya sih?!" Batin Viky.

Keduanya saling bermonolog dalam hati mereka masing-masing. Hingga akhirnya, pendeta menyuruh Viky dan Lusi untuk saling berhadapan.

Deg...

Keduanya kembali tertegun, merasa tak percaya dengan apa yang ada di hadapan mereka saat ini. Meski penutup kepala Lusi belum di buka oleh Viky, namun kain yang di gunakan Lusi tak berwarna, alias transparan. Sehingga bisa dengan mudahnya memperlihatkan wajah cantik Lusi yang bersembunyi di balik kain penutup tersebut.

"Lu... Lusi... apa itu benar-benar kau?!" Ucap Viky terbata seraya membuka penutup kepala Lusi dengan cepat.

"A...aku tidak sedang bermimpi, kan?!" Sahut Lusi tak kalah terbata.

"Kalian sudah saling mengenal ya?! oh... atau kalian sempat di kenalkan oleh Liana!" Seru Mamih Alina.

Keduanya kompak menggelengkan kepala. Viky dan Lusi masih asik saling menatap wajah mereka satu sama lain. Hingga akhirnya riuh sorak para tamu undangan yang hadir membuat mereka tersadar.

"Cium...cium...cium..." Sorak para tamu undangan yang hadir.

"Lusi... maksud ku, sayang... aku mencintaimu!" Ucap Viky seraya menyergap bibir ranum Lusi secepat kilat.

Dokter cantik itu terkesima dengan perlakuan Viky. Kedua bola matanya membulat sempurna saat merasakan hisapan bibir Viky yang semakin lama semakin dalam.

Sejurus kemudian. "Emm..." Berontak Lusi seraya memukul pundak Viky.

"Kenapa kau malah memukul ku sayang?!" Ucap Viky setelah pagutan mereka terlepas.

"Sayang... sayang... kenapa kau seenaknya mencium ku?!" Gerutu Lusi.

"Haist! kau kan sekarang sudah menjadi istriku! kau hilang ingatan ya?!" Sahut Viky.

"Astaga! kalian kenapa malah berdebat?! sebaiknya sekarang kalian sambut para tamu, sepertinya mereka sudah sangat tak sabar untuk memberi selamat!" Tegur Mamih Regina menghampiri.

"He... iya deh Mom!" Kekeh Viky. Sedangkan Lusi hanya bisa menunduk malu pada mertua barunya itu.

Setelah sedikit drama pasca ikrar pernikahan, Kedua pengantin yang benar-benar tengah berbahagia tersebut berlanjut menyambut ucapan selamat dari para tamu yang hadir. Mereka bahkan sampai lupa dan tak memperhatikan Papih Adrian yang saat ini tengah berjuang menahan sakitnya meregang nyawa. Namun meski begitu, senyumnya tak pernah dia surut kan dari wajahnya. Dia benar-benar sudah lega, karena putri tersayangnya sudah di nikahi pria yang tepat.

"Sepertinya sudah saatnya Papih menyusul Kakak mu An... Papah harap kau selalu bahagia dengan pernikahanmu!" Lirih Papih Adrian sebelum benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya.

Mamih Alina yang menyadari suaminya seperti tertidur segera memeriksanya. Sejurus kemudian jeritan dari wanita paruh baya itu pun mengejutkan acara pernikahan yang berjalan cukup meriah.

"Papih!!!!" Teriak histeris Mamih Alina.

Lusi dan semua orang di atas altar pernikahan langsung menajamkan penglihatan mereka ke arah suara jeritan. Setelah tau asal muasal suara tersebut, Lusi segera berlari mengangkat gaunnya agar tak menghalangi tujuannya untuk menghampiri sang Papih yang sudah tak bernyawa di atas kursi rodanya.

"Papih!!!! Papih bangun Pih, Ana sudah menikah sekarang, Papih harus bangun, jangan tinggalkan Ana Pih!! bangun!!" Racau Lusi setelah sampai di depan kursi roda sang Papih dan mengguncang tubuh lemah Papih nya.

"Sayang, Papih sudah tidak ada, Papih sudah tenang sekarang!" Ucap Mamih Alina merangkul sang putri dari samping.

"Tidak Mih! Papih masih hidup, kita harus segera membawanya ke Rumah Sakit, Ana yakin Papih masih hidup, Papih gak mungkin tinggalin Ana Mih, Papih!!!!".

Lusi terus saja meracau dan menggunjing tubuh Papih nya. Dia begitu tak menyangka jika sang Papih benar-benar meninggalkannya di hari bahagianya itu. Semua tamu undangan yang hadir ikut larut dalam duka. Pesta yang seharusnya berjalan meriah pun berubah menjadi haru yang memilukan.

"Sayang, tenanglah... ikhlaskan Om Adrian, dia sudah tenang sekarang, sebaiknya kita ganti dulu pakaian dan mengurus pemakamannya!" Seru Viky yang sejak tadi sudah berdiri di samping sang istri dan memeluknya menggantikan Mamih Alina.

Lusi tak menjawab, bibirnya terasa kelu dan membeku setelah meracau sedari tadi. Dia hanya bisa menurut pada ucapan suaminya. Mungin saat ini dirinya memang harus berganti pakaian dulu agar lebih nyaman.

"Tante, Viky bawa Lusi ganti baju dulu ya!" Pamit Viky seraya merangkul sang istri dan menggiringnya ke kamar hotel yang berada di samping gedung pernikahan mereka.

"Pergilah Nak, tolong jaga Ana untuk Tante, ya!" Lirih Mamih Alina terlihat tegar.

Bukan tak sedih, tapi wanita paruh baya itu berusaha ikhlas melepas kepergian sang suami. Apa lagi Papih Adrian selalu berpesan padanya sebelum dia meninggal, "Jika suatu hari nanti aku pergi, aku tidak mau melihatmu menangis, sayang! kau harus kuat!kau masih harus menjaga putri kecil kita! Jika tidak, aku tidak akan pergi dengan tenang! apa kau mau berjanji?!" .

Mamih Alina kembali menghapus jejak tangisnya yang terus saja berjatuhan tanpa bisa ia tahan. Setiap kali dia teringat pesan mendiang suaminya itu, dia selalu membuat semangat baru dalam dirinya dan berjanji akan menjadi ibu tunggal yang tegar dan kuat untuk putri kecilnya.

Tiba di hotel. Lusi segera masuk ke dalam kamar mandi. Dia bahkan sampai tak memperdulikan suaminya yang saat ini ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur big size yang sudah di hias sedemikian rupa. Pria itu mencoba beristirahat sejenak sambil menunggu giliran untuk membersihkan diri. Sejurus kemudian Lusi kembali keluar dari kamar mandi. Viky yang melihat istrinya keluar kembali dari kamar mandi segera mendudukkan tubuhnya yang baru saja di rebahkan dia atas kasur.

"Apa kau sudah selesai?!" Tanya Viky.

"Belum... aku bahkan belum mencuci muka ku sama sekali! a... aku, aku kesulitan membuka gaunnya!" Ucap Lusi gugup.

"Astaga! aku pikir kenapa! sini aku bantu!" Seru Viky menghampiri.

Dengan cepat pria tampan blasteran itu meraih bagian belakang gaun Lusi yang memang sedikit rumit untuk di buka jika di lakukan sendirian.

Glek...

.

.

.

.

.

Tahan dulu ya, jangan dulu traveling 😁😁✌🏻 Mom usahakan up satu bab lagi nanti... Sambil nunggu bab berikutnya, jangan lupa tinggalkan jejak dukungannya ya guys... see you next episode 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

padahal orang yg sama y

2023-10-08

1

MEMEY

MEMEY

satu tangkai mendarat mommy ku

2023-07-17

0

Dehan

Dehan

lanjut baca 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!