Eps 04.

"Terimakasih Pih, Mam... Ana akan usahakan nanti!" Jawab Ana.

Dua hari kemudian Lusi berkemas hendak menyambangi daerah perbatasan untuk menjadi relawan bagi para Ibu yang hendak melahirkan.

Sebenarnya Mam Alina sudah mengatur kan pertemuannya dengan Viny saat itu, namun sayangnya rencananya itu harus urung, karena Lusi tak mungkin pergi menemui pertemuan tersebut.

"Hati-hatilah sayang, hubungi Papih sesegera mungkin jika kau membutuhkan sesuatu!" Seru Papih Adrian mengantar sang putri menuju bis rombongan para relawan yang akan berangkat menuju bandara sebelum mereka terbang ke daerah perbatasan.

"Jaga kesehatan dan jangan telat makan ya sayang, Mamih akan merindukan mu, An!" Sahut Mamih Alina seraya memeluk sang putri.

"Ana juga Mam, Ana juga pasti merindukan kalian. Mamih dan Papih juga harus menjaga kesehatan ya selama Ana tidak ada! Ana pamit ya! bye..." Pamit Lusi.

Kedua orangtua Lusi pun melambaikan tangan mereka saat melihat bis yang di tumpangi putrinya melaju menjauh. Sebenarnya Lusi sangat berat meninggalkan kedua orangtuanya untuk waktu yang cukup lama. Rencananya, Lusi harus tinggal di daerah perbatasan tersebut hingga dua atau tiga bulan lamanya.

"Semoga kalian berdua sehat selalu," Gumam Lusi dari dalam bis seraya menatap kedua orangtuanya yang masih menatap kepergiannya.

"Haist! sudahlah, kita kan hanya pergi beberapa bulan, Si! kau lebai sekali deh!" Guyon Ariana yang duduk bersampingan dengan Lusi berniat menghibur.

"Bukan begitu Ri, ini pertama kalinya aku pergi meninggalkan mereka ke tempat yang cukup jauh, aku khawatir saat aku tidak bersama mereka, kesehatannya tak terjaga! apa lagi penyakitnya Papih akhir-akhir ini sering kambuh!" Lirih Lusi.

"Tenanglah! kau kan bisa menyuruh ART rumah mu untuk memantau mereka, semoga saja Om dan Tante selalu sehat, Si! kita doakan saja, Ok!" Seru Ariana memberi semangat.

"Hem.. terimakasih ya Ri, kau benar-benar teman terbaikku!" Sahut Lusi seraya merangkul sang teman karib.

Setelah menempuh beberapa jam penerbangan, Lusi dan para relawan lainnya kembali menaiki bis untuk menuju lokasi yang mereka tuju. Setelah berhasil sampai, bis yang di tumpangi Lusi dan rombongan para tenaga medis pun berhenti di sebuah Desa terpencil di daerah perbatasan. Semua petugas medis pun segera mengangkut barang-barang bawaan mereka masing-masing menuju sebuah gedung yang terlihat seperti sebuah Yayasan terbengkalai.

"Astaga! tempat ini benar-benar sudah tidak layak huni!" Komentar Ariana setelah melihat sekeliling.

"Kau benar Ri, bagaimana bisa orang-orang Desa ini bertahan dengan keadaan seperti ini?" Sahut Lusi.

Kedua Dokter dengan keahlian berbeda itu pun menyusuri setiap ruangan gedung tersebut untuk mencari kamar mereka. Setelah menemukannya mereka segera membereskan barang bawaan mereka dan bersiap menjalani tugas perdana mereka untuk menjadi relawan di daerah perbatasan tersebut.

Tanpa menunggu komando, Lusi segera menyiapkan beberapa perlengkapan tempurnya di sebuah tas khusus yang akan selalu dia bawa jika hendak bertugas. Di saat Lusi baru saja selesai merapihkan barang-barang tempurnya, seorang warga setempat yang di yakini sebagai kepala Desa di sana menghampiri kepala tim relawan untuk meminta bantuan.

"Tuan, tolong warga saya! dia sepertinya mau melahirkan!" Ucap sang Kepala Desa.

"Tenanglah Tuan, kami pasti membantu kalian mulai sekarang, kalau begitu saya akan panggilkan dulu Dokter kandungannya, anda tunggu sebentar ya!" Seru Pak Robert yang tak lain kepala tim relawan.

Sementara itu, di lain tempat. Viky yang masih memantau di lapangan, tak sengaja mendengar keluh seorang pekerjanya. Hari itu, pekerja Viky yang bernama Joni baru saja mendapat telepon dari saudaranya di Desa. Saudara Joni itu mengabarkan jika istrinya saat ini sedang bersiap melahirkan. Namun bukannya senang, wajah Joni malah terlihat sendu. Dia sangat menyesali ketidakberdayaannya untuk pulang menemani sang istri yang hendak berjuang melahirkan buah cinta mereka.

Bukan tanpa alasan Joni bersedih, dia masih belum cukup memiliki uang untuk di bawanya pulang ke Desanya itu, apa lagi gara-gara insiden robohnya bangunan gedung yang sedang dia garap bersama rekan-rekannya itu sangat berimbas pada penghasilannya yang bisa di bilang sangat minim. Belum lagi saat ini mereka di paksa mengganti kerugian gedung roboh itu sebagai bentuk ganti rugi pekerjaan mereka yang kurang memuaskan.

"Paman masih belum bisa pulang, Sar! tolong temani Tante mu dulu ya, nanti kalau uang Paman sudah cukup Paman pasti pulang menemui kalian!" Lirih Joni via telepon yang tersambung melalui ponsel rekannya.

"Ya sudah, Paman tenang saja! kebetulan pagi tadi ada banyak Relawan tenaga medis yang datang ke Desa kita, rencananya Tante akan di tangani salah satu relawan Dokter kandungan yang sudah di panggil Kepala Desa! jadi Paman tidak perlu terlalu khawatir lagi!" Sahut Sarah sang sepupu Joni yang menelepon.

"Syukurlah, kalau begitu Paman tutup teleponnya ya! Paman harus kembali bekerja sekarang!" Ucap Joni mengakhiri percakapan via teleponnya.

"Apa yang di katakan sepupumu?" Tanya Baron rekan Joni yang meminjamkan ponsel.

"Istriku sudah mau melahirkan, Ron! tadinya aku berniat pulang lebih awal dengan membawa gajih ku selama dua bulan ini, tapi kenyataannya gajih ku harus ikut terpotong karena gedungnya roboh, padahal kita kan sudah membangunnya dengan benar, ya! aku jadi heran, kenapa gedungnya malah jadi roboh lagi?! atau mungkin... karena bahan baku bangunannya yang tak sesuai dengan kebutuhan?!" Tutur Joni panjang lebar.

"Bisa jadi Jon, tapi sudahlah! keluhan orang kecil seperti kita mana mungkin di dengar?! yang ada gajih kita kena potong semua kalau protes!" Sahut Baron.

Tanpa sepengetahuan keduanya, Ternyata Viky sedari tadi mendengarkan obrolan mereka. Viky benar-benar menyayangkan dengan hal pemotongan gajih para buruh pekerja bangunannya yang terkena dampak dari robohnya bangunan gedung.

"Astaga, jadi mereka terkena potongan gajih ya, siapa yang berani melakukannya? sepertinya aku harus selidiki! bisa jadi juga, gedung roboh ini masih ulah oknum tersebut!" Batin Viky.

"Ya sudahlah! sebaiknya kita kembali bekerja saja sekarang, ayo!" Seru Joni hendak kembali bekerja. Namun betapa terkejutnya dia saat melihat Sosok sang Bos besar yang sudah berdiri tegap di hadapannya.

"Tu...Tuan! maaf kami hanya menerima telepon sebentar barusan, kami akan segera kembali bekerja sekarang juga, permi..." Ucap Joni tercekat.

"Tunggu! aku ingin berbicara dengan kalian, tapi tidak di sini! kalian ikutlah denganku!" Seru Viky seraya melangkah menuju mobilnya.

Joni dan Baron pun masih terdiam di tempatnya. Kedua pria lusuh itu pun saling menatap kebingungan dengan rasa takut yang mendera. Mereka pikir Viky akan mengadukan mereka pada pihak Manager yang memperkerjakan mereka. Bahkan Joni sudah sangat pasrah jika dirinya harus di pecat hati itu.

"Ron, apa kita akan di pecat?!" Tanya Joni.

"Entahlah Jon, aku juga masih bingung sekaligus takut! kau duluan sih yang tadi membicarakan soal gajih! jadi sekarang kita terancam di pecat begini, kan?!" Sesal Baron.

"Kenapa kau malah menyalahkan ku, aku kan hanya membicarakan fakta!" Sahut Joni tak terima.

"Hei kalian berdua! kenapa kalian masih berdiri di sana?! cepat naik ke mobilku sekarang!" Tegur Viky yang sudah menunggu kedua pekerjanya menaiki mobilnya.

"Ba...baik Tuan!" Sahut Baron dan Joni bersamaan. Keduanya sama-sama gugup dan khawatir.

.

.

.

.

.

Hayoo... kira-kira Baron sama Joni mau di apain ya sama Viky?? jangan lupa dukungannya ya guys, buat yang baru aja gabung jangan lupa favoritkan juga karya ketiga Mom ini ya, see you next episode guys 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

novel yg ini episodenya sedikit aj y mom

2023-09-29

2

R.F

R.F

lanjut mom

2023-03-04

0

Rini Antika

Rini Antika

Semangat terus Mom, iklan untukmu 💪💪

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!