"Ba...baik Tuan!" Sahut Baron dan Joni bersamaan. Keduanya sama-sama gugup dan khawatir.
Ketika mereka berdua sudah di dalam mobil, Viky segera mengintrogasi keduanya perihal pemotongan gajih karyawan-karyawan nya itu. Dia sangat menyayangkan jika Managernya berbuat setega itu pada pekerja buruhnya.
"Kalian tenang lah! aku tidak akan memberitahu siapa pun tentang pembicaraan kita ini, yang terpenting sekarang kau bersiap saja, aku sendiri yang akan mengantarkan mu ke Desa, aku jadi penasaran dengan suasana Desa yang kau bicarakan tadi!" Tutur Viky setelah bertukar cerita dengan kedua pekerja buruhnya.
"Terimakasih banyak Tuan, kami benar-benar sangat beruntung memiliki Bos besar yang sangat baik hati seperti anda!" Sanjung Joni tulus.
"Kau terlalu melebih-lebihkan, aku hanya membantu sebisa ku, ya sudah! kalian bersiaplah! aku juga akan bersiap dulu sebelum kita berangkat!" Seru Viky.
Joni dan Baron akhirnya bisa bernapas lega, keduanya nampak bahagia karena gajih mereka tidak jadi di potong dan malah mendapat bonus karena sudah memberi informasi yang Viky perlukan.
Seusai mempersiapkan segala keperluannya, Viky dan Joni serta supir pribadi sekaligus asistennya itu menyambangi sebuah Desa di sekitar perbatasan Negara. Baron sengaja tak jadi pulang karena tak memiliki kepentingan mendesak seperti Joni. Meski dia juga sangat rindu pada keluarganya, namun dia masih mempunyai rasa malu terhadap bosnya yang sudah berbaik hati mengembalikan hak gajinya.
"Apa tempatnya masih jauh?" Tanya Viky di sela perjalanan mereka.
"Lumayan Tuan, jika anda ingin beristirahat, silahkan saja! nanti saya bangunkan jika sudah sampai!" Sahut Rei sang asisten kepercayaan Viky.
"Hm... ya sudah, kau bangun aku jika sudah sampai ya!" Pesan Viky sebelum menutup kedua matanya.
Belakangan ini, Viky memang sering lembur hingga dini hari, sehingga dia kurang istirahat. Bukan tanpa alasan Viky lembur hingga dini hari. Dia melakukannya demi menemukan bukti tentang siapa dalang di balik robohnya gedung yang sedang dia bangun itu, dan setelah siang tadi dia bertemu Joni dan Baron. Viky seperti menemukan titik terang. Dia sudah tau siapa yang harus di curigai.
"Di depan sana ada rumah Kepala Desa Tuan, kita bisa menitipkan mobil di sana juga!" Seru Joni.
"Baiklah!" Sahut Rei seraya memarkirkan mobil majikannya.
Setelah mobil berhasil terparkir. Joni kini menoleh ke bangku belakang yang sedang di singgahi Viky. Dia ingin membangunkan bos besarnya itu, namun dia merasa segan, apa lagi Viky terlihat begitu lelap tidurnya.
"Tuan, sepertinya Tuan Viky sangat lelah, apa kita tunggu dia bangun sendiri saja?!" Tutur Joni.
"Kau benar Jon, sebaiknya memang begitu, kita tunggu saja dia bangun sendiri, akhir-akhir ini Tuan memang kurang beristirahat, jadi biarlah dia tidur lebih lama di sini!" Sahut Rei seraya membuka sabuk pengaman yang menyilang di dadanya.
Kedua anak buah Viky tersebut memilih turun dari mobil lebih dulu. Mereka menghampiri rumah Kepala Desa yang ternyata tengah kosong di tinggal para penghuninya.
"Kemana mereka ya?! oh iya... apa jangan-jangan Pak Kepala Desa sedang memanggil Dokter relawan ya?!" Gumam Joni.
"Bagaimana? apa ada yang menyahut?" Tanya Rei.
"Tidak ada Tuan, sepertinya mereka sedang..." Sahut Joni tercekat saat suara pintu terdengar di buka dari dalam rumah.
"Paman Joni?! kalian ada perlu apa?" Tanya seseorang yang baru saja membukakan pintu.
"Cantik sekali, pasti dia anak Kepala Desa ini!" Batin Rei.
"Memei, apa Ayah mu ada di rumah?" Sahut Jon balik bertanya.
"Ayah baru saja pergi ke gedung lama yang sekarang di tempati relawan dari Kota sebrang, apa kalian ingin menemuinya di sana? atau kalian mau menunggu di sini?!" Tutur Memei yang tak lain putri sang Kepala Desa.
"Oh begitu ya, sebentar! Paman tanyakan dulu ya pada atasan Paman!" Sahut Joni berbalik badan hendak bertanya pada Rei. Namun sepertinya pemuda itu masih terhipnotis dengan kecantikan Memei.
"Tuan! jadi bagaimana? kita mau menunggu di sini atau menyusul ke gedung lama?!" Tanya Joni menyadarkan lamunan Rei.
"A...ah! sebaiknya kita tanyakan langsung pada Tuan Viky saja, biar aku bangunkan sebentar ya!" Sahut Rei salah tingkah seraya menghampiri mobil sang majikan.
Perlahan dia membukakan pintu yang ada di samping sebelah Viky tertidur saat ini, di goyangkannya sedikit kencang lengan sang bos, ternyata Viky benar-benar sangat pulas. Sehingga Rei sedikit kesulitan untuk membangunkannya.
"Astaga! sepertinya pilihanku untuk membiarkannya tidur, telah salah! imbasnya aku juga kan yang sekarang kesulitan membangunkannya," Gerutu Rei dalam hatinya.
Beruntungnya, sejurus kemudian dering ponsel Viky berbunyi dengan nyaring. Pria tampan blasteran itu akhirnya membuka kedua matanya dan mulai terbangun.
"Emm... apa kita sudah sampai Rei?" Gumam Viky dengan suara khas bangun tidurnya.
"Kita sudah berada di halaman rumah Kepala Desa, Tuan! Joni dan saya baru saja menyambangi rumahnya tadi, tapi kebetulan Kepala Desa yang kita cari sedang tidak ada, putrinya menawarkan kita untuk menunggunya atau menghampirinya ke gedung lama!" Tutur Rei menjelaskan.
"Gedung lama? apa itu jauh dari sini?" Tanya Viky seraya membenarkan pakaiannya yang sedikit kusut.
"Entahlah Tuan, sebaiknya kita tanyakan langsung saja pada Putri Kepala Desanya, mari!" Seru Rei.
"Hm... baiklah!" Sahut Viky seraya mengikuti langkah Rei menuju rumah Kepala Desa.
Tap...
Tap...
Tap...
Langkah kedua pria itu semakin mendekat ke arah rumah tua yang masih terlihat kokoh itu. Bersamaan dengan itu Memei yang baru saja mengambil air minum untuk tamu-tamunya juga kembali ke teras rumah menghampiri Joni.
"Tampan sekali? siapa pria bule itu?!" Batin Memei seraya menatap kedatangan Viky.
"Tuan! silahkan duduk!" Joni segera beranjak dari duduknya dan mempersilahkan bis besarnya itu untuk duduk terlebih dahulu.
"Terimakasih Jo! apa kau sudah menemui Kepala Desanya?!" Sahut Viky seraya mendudukkan bokongnya di atas kursi yang terbuat dari rotan.
"Kebetulan Pak Kepala Desa sedang ke gedung lama Tuan, baru saja Putrinya memberi tahu saya!" Tutur Joni.
"Hm... apa gedungnya jauh dari sini?!" Tanya Viky lagi. Dan kali ini Memei lah yang menjawabnya.
"Dari sini tidak terlalu jauh Tuan, kita bisa sampai di sana lebih cepat jika memakai sepeda, kebetulan di belakang rumahku ada dua sepeda yang tak terpakai!" Sahut Memei.
"Kau putri Kepala Desa ini ya?!" Tanya Viky memastikan.
"Benar Tuan, perkenalkan! nama saya Memei," Sahut Memei dengan girangnya seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Viky yang memang selalu baik pada siapa pun akhirnya membalas jabatan tangan Memei. Setelah keduanya berkenalan, Viky segera meminta Rei dan Joni untuk mengantarnya menemui Kepala Desa.
"Ini sepedanya Tuan!" Seru Memei seraya menunjukkan kedua sepeda milik orangtuanya.
"Rei, kau bonceng aku ya!" Seru Viky yang ternyata tak pandai mengendarai sepeda.
"Siap Tuan!" Sahut Rei.
"Tapi... saya juga tidak bisa memakai sepeda Tuan, saya jalan kaki saja, deh! ini Mei! Paman kembalikan sepedanya!" Ucap Joni.
"Kalau begitu Memei saja yang mengantar, tapi sepertinya jika Memei membonceng Paman terlalu berat, apa Tuan tidak keberatan bertukar boncengan?" Tutur Memei menawarkan jasa.
"Tidak buruk, ayo! kita harus bergegas, setelah menemui Kepala Desa, kita harus mengunjungi istri mu kan, Jon?!" Seru Viky yang segera mengatur posisi di belakang Memei yang akan memboncengnya.
Setelah sepakat, keempat orang tersebut akhirnya berangkat menuju gedung lama yang di jadikan markas relawan para tenaga medis. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit, mereka semua pun akhirnya tiba di tempat yang di tuju.
.
.
.
.
.
See you next episode guys...
Jangan lupa vote, like, komen dan gift nya ya... 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sena judifa
gajimu ngga jd dipotong joni...baron tenang aj
2023-09-29
1
Noviyanti
lanjutin dukung karya yang ini
2023-09-15
1
Dehan
kayak2nya memei suka nih sama viky 😁
2023-05-17
1