Terjerat Cinta CEO Aneh
Aku duduk meringkuk di sudut ruangan dengan sekujur tubuh ku terasa begitu perih. Dari tadi aku terus menangis meratapi nasibku yang begitu malang, kenapa aku harus bersuamikan pria kejam seperti Mas Edwar? Dia tampan, dan dia juga merupakan seorang CEO di salah satu perusahaan besar, di balik semua kelebihan yang dia punya itu, ia memiliki kepribadian yang begitu dingin dan tega, tidak ada rasa belas kasihan yang aku lihat dari sorot matanya yang tajam. Aku ini istrinya, tapi tega nya ia menyiksa aku karena aku yang tidak sengaja melakukan kesalahan kecil.
Setelah tadi malam ia puas bercinta dengan ku, pagi harinya karena aku tak sengaja menjatuhkan gelas teh yang aku buatkan untuk nya, hingga gelas teh tersebut pecah berkeping-keping di sertai air teh yang tumpah mengenai ujung celananya, dengan tega dirinya menyeret tubuh ku ke gudang, mencambuk tubuh ku dengan ikat pinggang, lalu mengurung ku di dalam gudang yang begitu pengap, setelah itu ia pergi tanpa rasa belas kasihan.
Aku tahu, mungkin saat ini dirinya sudah pergi dari rumah, ia mungkin sudah tiba di perusahaan tanpa memikirkan aku dan perasaan ku yang begitu tersiksa.
***
Perlahan aku membuka mata saat aku mendengar suara seorang pria tengah memanggil nama ku, kepala ku terasa begitu pusing dengan pandangan mata berkunang-kunang, begitu mataku sudah bisa melihat dengan jelas, di depan ku, telah berdiri pria angkuh yang masih memakai pakaian kantorannya.
''Heh, Amira, bangun lah kau!'' bentak nya dengan tatapan mata yang begitu tajam menatap mataku.
''I-iya, Tuan,'' aku perlahan menggerakkan tubuh ku, aku berdiri dengan tangan memegang dinding sebagai penopang, aku merasa tubuh ku terasa begitu lemas karena sedari pagi aku belum mengisi makanan dan minuman ke dalam perut ku.
''Bagaimana rasanya, apakah kamu merasa senang di kurung di dalam gudang?'' tanya nya seraya tersenyum miring. Pertanyaan macam apa itu? Aku rasa tidak ada seorangpun yang merasa senang di kurung didalam gudang.
''Tidak, Tuan,'' jawab ku menundukkan kepala. Iya, aku harus memanggil suamiku sendiri dengan sebutan Tuan sesuai sama apa yang ia perintahkan.
''Makanya kalau kerja tuh yang benar! Dasar tidak berguna! bikin segelas teh saja tidak becus!'' Tuan Edward masih saja mengingat kejadian tadi pagi.
''Maaf, Tuan. Setelah ini aku berjanji akan bekerja dengan baik,'' aku berucap dengan sungguh-sungguh, kepalaku aku tundukkan, jujur aku tak kuasa beradu pandang dengan sorot mata yang begitu tajam di hadapan ku. Sorot mata yang seakan mampu melahap aku hidup-hidup.
Tanpa aku sangka-sangka, Tuan Edward malah mengangkat dagu ku dengan tangannya, hingga kini kami sudah saling memandang lekat. Lalu ia berucap.
''Kamu kenapa menunduk begitu? Takut kamu sama aku?''
''Em, iya, Tuan,'' aku menjawab jujur dengan mata aku pejamkan. Aku sungguh takut hal gila apalagi yang akan dia lakukan kepada ku.
Tanpa aku duga, Tuan Edward malah tertawa lebar, ''Hahahaha, ternyata kamu memang gadis yang jujur dan apa adanya, aku suka sama kejujuran mu itu. Ya sudah kalau begitu sana keluar, mandi dan dandan lah yang cantik, malam ini aku ingin bermain-main dengan mu seperti malam-malam kemarin,'' ucapnya enteng tanpa rasa bersalah. Aku hanya bisa mengangguk kecil, setelah itu aku menyeret langkah ku berlalu dari hadapan Tuan Edward.
Setibanya di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar, aku mulai melepaskan pakaian ku satu persatu, lagi-lagi air mataku jatuh berderai saat aku melihat kulit-kulit tubuh ku yang memar. Di bagian perut dan paha ku terlihat jelas bekas ikat pinggang yang Tuan Edward darat kan kepada ku tadi pagi.
Aku mengepal kedua tangan ku, aku sangat-sangat membenci Tuan Edward yang memperlakukan aku seperti bintang tak berperasaan. Suatu saat nanti aku bertekad akan membalas rasa sakit ku terhadap Tuan Edward. Bagiamana pun caranya.
Pernikahan diriku dan pria yang bernama Edward terjadi karena paksaan dan perjodohan. Aku berasal dari keluarga berada, aku tumbuh dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuaku dan aku juga tumbuh dengan harta yang bergelimang.
Tapi nasib buruk menghampiri aku ketika Mama meninggal karena penyakit jantung yang di deritanya, tidak lama setelah Mama meninggal, Papa menikah lagi dengan seorang wanita, wanita yang cukup aku kenal karena wanita itu merupakan sahabat Mama, saat Mama masih sehat, sahabat nya itu sering sekali main ke rumah, mereka mengobrol dan bercerita apa saja dengan riang. Sahabat Mama yang merupakan janda beranak satu, dan anaknya seusia dengan aku, serta berjenis kelamin perempuan juga.
Semenjak Papa dan Tante Irma menikah, Papa sudah bersikap abai terhadap aku, sikap Papa sudah tak semanis dulu terhadap aku, bahkan sering kali Papa memarahi aku karena Tante Irma yang sering menghasut Papa mengatakan kalau aku ini merupakan anak yang pembangkang dan suka menjahili Arumi, padahal malah sebaliknya.
Rumah yang dulu terasa begitu nyaman, kini bak neraka bagi ku semenjak kehadiran Tante Irma dan Arumi, karena Tante Irma yang sering berlaku kasar dan berbuat semena-mena kepada ku. Ia juga merupakan ibu tiri yang pilih kasih.
Malam itu, saat kami sedang makan malam bersama, Papa menyampaikan maksudnya kepada ku dengan suaranya yang lembut dan hati-hati.
''Amira, Papa mohon kamu bersedia menikah dengan Tuan Edward, karena hanya dia yang bisa membantu Papa, membantu agar perusahaan kita tidak bangkrut, saat ini Papa benar-benar merasa sangat bingung Amira karena perusahaan kita di ambang kebangkrutan,'' Papa menatap ku dengan sorot matanya yang penuh permohonan.
''Kenapa tidak Kak Arumi saja, Pa?'' balas ku. Usia Arumi memang lebih tua dari aku beberapa bulan saja.
''Amira, kamu 'kan tahu Arumi sedang kuliah, mana mungkin dia menikah,'' jawab Mama Irma.
''Tapi aku juga sedang kuliah, Ma,''
"Arumi sudah punya pacar, sedangkan kamu tidak. Maka dari itu Papa meminta agar kamu saja yang menikah dengan Tuan Edward. Lagian apa salahnya juga menikah dengan Tuan Edward, dia itu pria kaya raya, kalau kamu sudah menikah dengan dia, kamu bebas mau meminta apa saja sama dia, dan kamu juga akan tinggal di rumahnya yang mewah lagi megah dengan banyak pelayanan di rumah nya,'' Mama Irma berucap meyakinkan aku.
''Yang dikatakan Mama mu benar, Amira,'' tambah Papa.
''Tapi, Pa, aku tidak mengenal siapa itu Tuan Edward,''
''Makanya besok Papa akan mengenalkan kamu secara langsung dengan Tuan Edward, kalau dia menyukai kamu, maka dalam waktu dekat pernikahan kalian akan segera di adakan,''
''Terus, kuliah aku gi mana?''
''Kamu tidak usah kuliah lagi, ya. Karena kalau kamu sudah menjadi Nyonya Edward, kamu sudah tidak membutuhkan gelar sarjana mu itu lagi. Karena suami mu sudah punya segalanya. Kamu tidak usah takut dan ragu, karena selain kaya raya, Tuan Edward juga memiliki wajah yang tampan rupawan dengan bentuk tubuh yang begitu ideal,'' ucap Papa semakin meyakinkan aku, aku hanya mampu mengangguk kecil mendengar itu.
Hingga kini aku bisa tinggal satu rumah dengan pria yang bernama Edward, setelah pertemuan singkat, perkenalan lalu pernikahan kami pun di adakan secara sederhana.
Mama, Papa dan Arumi sangat senang melihat aku dan Tuan Edward menikah, mungkin mereka berpikir aku hidup dengan senang, tapi nyatanya aku sama sekali tidak merasa senang dengan pernikahan ini.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments