''Mas, kamu mau ngapain?'' tanyaku saat ponselku telah berpindah tangan kepada suamiku. Mas Edward tampak kesulitan membuka kunci layar, berulangkali dia memasukkan angka-angka yang salah. Aku memang mengunci layar ponsel untuk berjaga-jaga agar tidak sembarang orang bisa membuka ponselku, dan Mas Edward sendiri tidak tahu kata sandi untuk membuka layar ponsel ku.
''Ini apa kata Sandinya, Sayang? Mas akan menghubungi si tua bangka itu, berani-beraninya dia membentak-bentak kamu, apa seperti itu sikap seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri?!'' balas Mas Edward dengan wajahnya yang masih memerah.
''Mas, udah enggak usah. Aku enggak mau masalah nya makin melebar ke mana-mana,'' ucapku lembut, walaupun Papa sudah begitu keterlaluan, tapi aku sungguh tidak mau Papa dan suami ku bertengkar hanya gara-gara aku. Aku tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang.
''Tapi, Sayang, Papa sudah benar-benar keterlaluan!''
''Udah, enggak apa-apa. Sini hp nya, kamu 'kan udah janji kepada aku kalau kamu tidak akan bersikap gegabah lagi,'' bujuk ku lembut seraya menunjukkan senyum simpul.
''Baiklah, ini,'' akhir nya suamiku menyerahkan kembali ponsel ku kepada aku. Wajahnya yang tadi memerah tampak sudah melunak. Ia menatap ku lekat, tatapan yang seperti tengah mengasihani aku.
''Terimakasih, Mas,'' aku menggenggam tangan suamiku. Suami ku pun balas menggenggam tangan ku.
''Apa perlu Mas menarik semua dana yang telah Mas kucurkan ke perusahaan Papa? Biar tahu rasa dia,'' tanya Mas Edward meminta persetujuan ku.
''Jangan, Mas,'' cegah ku memelas.
''Ah, ya, sudahlah. Kamu benar-benar istri yang baik Sayang. Bodoh sekali si tua bangka itu, bisa-bisanya dia lebih mementingkan orang yang tidak ada ikatan darah sama sekali dengan dirinya, di bandingkan kamu yang jelas-jelas anak kandungnya sendiri,'' suamiku terlihat masih kesal, ia berucap seraya menggelengkan kepalanya.
''Jangan sebut Papa dengan sebutan tua bangka lagi, Mas. Biar bagaimanapun Papa tetap lah Papa mertua kamu,''
''Hm, tapi Mas masih merasa kesal sama Papa, sepertinya Mas perlu memberikan Papa sedikit pelajaran,'' perkataan suamiku berhasil membuat aku melongo menatap nya.
''Maksud kamu apa, Mas? Udah, ah, kamu jangan aneh aneh lagi,'' sahut ku.
"Besok malam ada undangan pesta di sebuah hotel bintang lima, pesta yang di selenggarakan oleh perusahaan Cakra group, perusahaan yang cukup besar dan perusahaan itu juga terikat kerjasama dengan perusahaan kita,'' jelas Mas Edward, ia menatap ku lekat.
''Lalu?'' tanyaku masih belum mengerti ke mana arah pembicaraan nya.
''Besok malam kamu harus ikut Mas ke pesta tersebut, kamu harus menemani suami mu ini, karena Mas yakin sekali, Papa, Mama tiri dan saudara tiri kamu pasti juga datang di pesta itu,'' jelas suamiku lagi.
''Tapi, kata kamu dulu, kamu malu punya istri seperti aku, dan kata kamu juga kalau kamu tidak akan pernah memperkenalkan aku kepada teman-teman dan rekan kerja mu,'' aku berkata sedih, masih teringat jelas diingatan aku saat suami ku mengatakan kalau dia tidak akan pernah mengakui aku sebagai istri nya, karena memang pernikahan kami masih belum di resmikan secara negara. Kami hanya menikah siri.
''Maaf Sayang. Dulu itu di awal awal pernikahan kita, Mas masih banyak ragu nya sama kamu, karena Mas belum terlalu mengenali sosok mu, makanya Mas berkata seperti itu. Tapi sekarang Mas benar-benar telah mencintai kamu, dan Mas akan mengenalkan kepada seluruh dunia kalau kamu adalah istri Mas yang paling cantik dan paling baik, dan juga Mas akan segera meresmikan pernikahan kita di depan khalayak umum,'' ucap suamiku lagi dengan begitu bersungguh-sungguh, mendengar penuturan nya, membuat aku menjadi terharu.
''Hm, kamu yakin?'' tanya ku.
''Iya, Sayang, emang Mas terlihat sedang becanda apa?''
''Hehe, tidak sih,'' sahut ku seraya terkekeh kecil. Karena terus mengobrol dengan Mas Edward, membuat aku sejenak melupakan masalah ku dengan Papa tadi, kini aku tak merasa sedih lagi.
''I love you istri ku Sayang,'' ungkap suami ku dengan begitu mesra.
''I love you to suamiku Sayang,'' balas ku malu-malu. Ada perasaan aneh yang aku rasakan saat aku mengatakan itu, aku merasa dada ku berdebar tak karuan, wajah aku pun terasa memanas.
''Terimakasih Sayang. Mas akan terus belajar dan belajar untuk menjadi suami yang baik untuk kamu, dan tidak akan Mas biarkan siapapun berani menyakiti kamu,''
''Iya, Mas. Aku juga akan berusaha setiap harinya untuk menjadi istri mu yang baik dan bisa mengerti kamu,'' balas ku. Lagi-lagi aku dan Mas Edward saling berpelukan, setelah itu Mas Edward mencium bibir ku dengan begitu lembut.
Di usia pernikahan kami yang ke enam bulan ini, baru kali ini kami saling mengungkapkan rasa cinta secara terang-terangan. Aku merasa sungguh bahagia saat ini, dan aku harap hubungkan kami ke depan nya akan terus seperti ini dan semakin harmonis.
***
Pagi harinya, seperti biasa, Mas Edward telah rapi dengan pakaian kerjanya, kami duduk di kursi meja makan.
Pagi ini, bukan nya aku yang melayani suami ku, tapi dia yang melayani aku, dia memasukkan nasi beserta lauk ke dalam piring ku, setelah itu ia meminta aku agar aku segera menyantap makanan yang telah ia letakkan di hadapan aku.
Karena menurut nya wajah ku masih terlihat pucat pagi ini, makanya dia melayani aku dengan sangat baik, dan bahkan hari ini Mas Edward melarang aku untuk kuliah. Aku masih memakai piyama tidur dan aku juga belum mandi. Aku mengikat rambut panjang hitam ku secara asal, menurut ku penampilan aku pagi ini sungguh jelek, tapi kata suami ku, aku selalu terlihat cantik walaupun belum mandi sekalipun. Ah, so sweet sekali suamiku. Sekarang dia sudah berani memuji aku secara terang-terangan.
Setelah selesai sarapan pagi, aku mengantar suamiku ke teras rumah, aku akan melepas kepergian nya ke tempat kerja.
Aku mengambil tangan suami ku, menyalami dan mengecup punggung tangan nya, Mas Edward balas mengecup kening ku dengan begitu mesra, bahkan sesaat sebelum berangkat ia juga memeluk tubuh ku dengan begitu erat.
''Beristirahatlah yang cukup Sayang, Mas akan bekerja supaya bisa membeli sebongkah berlian untuk mu. Dan jangan pikirkan lagi si tua bangka itu, nanti kamu malah semakin stres dan sakit,'' ucap suamiku sebelum berangkat. Setelah itu ia berlalu dari hadapan aku, ia memasuki kendaraan roda empat miliknya. Aku melepaskan kepergian nya dengan melambaikan tangan.
Aku melihat beberapa orang pelayan diam-diam mencuri-curi pandang ke arah kami, mereka tersenyum senyum sendiri, mungkin mereka juga ikutan merasa senang melihat keharmonisan antara aku dan suami ku pagi ini, karena kemarin-kemarin kami selalu diam-diaman.
Tapi, tidak lama setelah Mas Edward pergi, saat aku baru hendak melangkahkan kaki ku masuk ke dalam rumah, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di halaman rumah di depan teras. Mobil bewarna merah yang begitu mengkilap, aku merasa penasaran kira-kira siapa orang yang ada di dalam mobil? Karena selama aku tinggal di rumah ini, ini kali pertamanya mobil berwarna merah itu berhenti di halaman rumah.
Apa keluarga Mas Edward? Apa orang tuanya atau saudaranya? Pikir ku menerka-nerka.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments