Menunggu

Di depan kampus, Handoko dan Irma duduk di dalam mobil menunggu kedatangan seseorang. Dari tadi mata mereka tetap awas menatap sekeliling area kampus. Arumi pun sama, dia masih berada di dalam mobil, karena jam pelajaran pertama belum di mulai, mereka sengaja datang lebih awal ke kampus untuk bertemu dengan Amira, tapi sayangnya, setelah mereka menunggu hampir satu jam lama nya, Amira tetap belum datang dan belum menampakkan batang hidungnya.

''Mana tuh anak? Kok dari tadi tidak muncul-muncul juga?! Biasanya dia selalu datang lebih pagi,'' gumam Arumi dengan wajah merenggut kesal.

''Mungkin sebentar lagi dia akan datang, Sayang,'' timpal Irma sang Mama seraya mengelus pucuk kepala Arumi. Selama ini Irma memang begitu memanjakan Arumi.

''Aku sungguh tidak sabar rasanya pengen melihat Papa menasehati dia, supaya dia tidak jadi wanita yang sok kecantikan dan kecentilan lagi di kampus,'' ucap Arumi lagi, ia sengaja berkata omong kosong tetang Amira kepada Handoko supaya Handoko semakin membenci Amira dengan hasutan-hasutannya yang tak mendasar.

''Emang beneran Amira sok kecentilan di kampus, Nak?'' tanya Handoko, ia berkata dengan sangat lembut kepada Arumi.

''Iya, Pa. Padahal dia 'kan sudah punya suami, lagak dia tuh yah kayak orang yang belum punya suami. Kalau dia masih terus berkuliah, bisa-bisa dia diceraikan sama Tuan Edward karena Tuan Edward sudah pasti tidak tahan melihat tingkah genit nya sama cowok-cowok di kampus, bahkan sama dosen saja Amira suka sekali cari muka. Kemarin saja mahasiswa terpopuler di kampus habis di gebuk oleh anak buahnya Tuan Edward karena ulahnya Amira yang sok kecakepan itu, sok caper sama Leon, sekarang Leon lagi di rumah sakit karena koma akibat pukulan keras yang ia terima di bagian kepalanya,'' jelas Arumi bersungguh-sungguh. Mendengar itu, membuat Handoko semakin marah, Handoko semakin ingin Amira berhenti kuliah, karena ia tidak mau Edward sampai menceraikan Amira, kalau Edward menceraikan Amira, bisa-bisa ia tidak bisa lagi meminta bantuan kepada Edward untuk menyuntikkan dana ke perusahaan nya. Begitulah pikir Handoko.

''Papa harus bersikap tegas sama Amira, Pa,'' Irma menimpali. Selama ini Irma memang selalu berusaha membuat Handoko membenci Amira. Handoko yang telah di butakan oleh cinta pun hanya menurut saja sama apa yang dikatakan oleh Irma.

''Iya, Ma. Itu pasti,'' balas Handoko mengangguk kepalanya.

Setelah beberapa menit berlalu tetap saja mereka tidak melihat kedatangan Amira di kampus, dan bel kampus pun sudah berbunyi.

Dengan langkah kaki malas Arumi keluar dari dalam mobil, ia sungguh kesal karena pagi ini ia tidak jadi mempermalukan Amira di depan teman-temannya, ia tidak jadi melihat Amira di marahi oleh Handoko di muka umum.

''Besok Papa dan Mama akan ke sini lagi untuk berbicara langsung sama Amira, sudah wajahnya jangan merenggut begitu, kecantikan anak Papa jadi berkurang kalau merenggut begitu,'' ucap Handoko menenangkan Arumi, Handoko mengusap pucuk kepala Arumi dengan lembut.

''Iih, Papa bisa saja. Janji, ya, Pa. Besok Papa akan ke sini lagi,'' balas Arumi dengan nada terdengar begitu manja.

''Oke Sayang,'' ucap Handoko lagi seraya tersenyum mengembang menatap Arumi.

Irma merasa sangat senang melihat kedekatan antara Handoko dan Arumi, ia ingin seluruh kasih sayang Handoko tercurahkan kepada Arumi, ia akan membuat Handoko membenci Amira.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

kok ada ya ayah goblok kaya Handoko,, kan amira yg besarin dia, masa karakter anaknya sendiri aja gak tau

2023-02-24

0

Yoo anna 💞

Yoo anna 💞

nih lagi ayah goblok

2023-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!