NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta CEO Aneh

Di kurung

Aku duduk meringkuk di sudut ruangan dengan sekujur tubuh ku terasa begitu perih. Dari tadi aku terus menangis meratapi nasibku yang begitu malang, kenapa aku harus bersuamikan pria kejam seperti Mas Edwar? Dia tampan, dan dia juga merupakan seorang CEO di salah satu perusahaan besar, di balik semua kelebihan yang dia punya itu, ia memiliki kepribadian yang begitu dingin dan tega, tidak ada rasa belas kasihan yang aku lihat dari sorot matanya yang tajam. Aku ini istrinya, tapi tega nya ia menyiksa aku karena aku yang tidak sengaja melakukan kesalahan kecil.

Setelah tadi malam ia puas bercinta dengan ku, pagi harinya karena aku tak sengaja menjatuhkan gelas teh yang aku buatkan untuk nya, hingga gelas teh tersebut pecah berkeping-keping di sertai air teh yang tumpah mengenai ujung celananya, dengan tega dirinya menyeret tubuh ku ke gudang, mencambuk tubuh ku dengan ikat pinggang, lalu mengurung ku di dalam gudang yang begitu pengap, setelah itu ia pergi tanpa rasa belas kasihan.

Aku tahu, mungkin saat ini dirinya sudah pergi dari rumah, ia mungkin sudah tiba di perusahaan tanpa memikirkan aku dan perasaan ku yang begitu tersiksa.

***

Perlahan aku membuka mata saat aku mendengar suara seorang pria tengah memanggil nama ku, kepala ku terasa begitu pusing dengan pandangan mata berkunang-kunang, begitu mataku sudah bisa melihat dengan jelas, di depan ku, telah berdiri pria angkuh yang masih memakai pakaian kantorannya.

''Heh, Amira, bangun lah kau!'' bentak nya dengan tatapan mata yang begitu tajam menatap mataku.

''I-iya, Tuan,'' aku perlahan menggerakkan tubuh ku, aku berdiri dengan tangan memegang dinding sebagai penopang, aku merasa tubuh ku terasa begitu lemas karena sedari pagi aku belum mengisi makanan dan minuman ke dalam perut ku.

''Bagaimana rasanya, apakah kamu merasa senang di kurung di dalam gudang?'' tanya nya seraya tersenyum miring. Pertanyaan macam apa itu? Aku rasa tidak ada seorangpun yang merasa senang di kurung didalam gudang.

''Tidak, Tuan,'' jawab ku menundukkan kepala. Iya, aku harus memanggil suamiku sendiri dengan sebutan Tuan sesuai sama apa yang ia perintahkan.

''Makanya kalau kerja tuh yang benar! Dasar tidak berguna! bikin segelas teh saja tidak becus!'' Tuan Edward masih saja mengingat kejadian tadi pagi.

''Maaf, Tuan. Setelah ini aku berjanji akan bekerja dengan baik,'' aku berucap dengan sungguh-sungguh, kepalaku aku tundukkan, jujur aku tak kuasa beradu pandang dengan sorot mata yang begitu tajam di hadapan ku. Sorot mata yang seakan mampu melahap aku hidup-hidup.

Tanpa aku sangka-sangka, Tuan Edward malah mengangkat dagu ku dengan tangannya, hingga kini kami sudah saling memandang lekat. Lalu ia berucap.

''Kamu kenapa menunduk begitu? Takut kamu sama aku?''

''Em, iya, Tuan,'' aku menjawab jujur dengan mata aku pejamkan. Aku sungguh takut hal gila apalagi yang akan dia lakukan kepada ku.

Tanpa aku duga, Tuan Edward malah tertawa lebar, ''Hahahaha, ternyata kamu memang gadis yang jujur dan apa adanya, aku suka sama kejujuran mu itu. Ya sudah kalau begitu sana keluar, mandi dan dandan lah yang cantik, malam ini aku ingin bermain-main dengan mu seperti malam-malam kemarin,'' ucapnya enteng tanpa rasa bersalah. Aku hanya bisa mengangguk kecil, setelah itu aku menyeret langkah ku berlalu dari hadapan Tuan Edward.

Setibanya di dalam kamar yang berukuran tidak terlalu besar, aku mulai melepaskan pakaian ku satu persatu, lagi-lagi air mataku jatuh berderai saat aku melihat kulit-kulit tubuh ku yang memar. Di bagian perut dan paha ku terlihat jelas bekas ikat pinggang yang Tuan Edward darat kan kepada ku tadi pagi.

Aku mengepal kedua tangan ku, aku sangat-sangat membenci Tuan Edward yang memperlakukan aku seperti bintang tak berperasaan. Suatu saat nanti aku bertekad akan membalas rasa sakit ku terhadap Tuan Edward. Bagiamana pun caranya.

Pernikahan diriku dan pria yang bernama Edward terjadi karena paksaan dan perjodohan. Aku berasal dari keluarga berada, aku tumbuh dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuaku dan aku juga tumbuh dengan harta yang bergelimang.

Tapi nasib buruk menghampiri aku ketika Mama meninggal karena penyakit jantung yang di deritanya, tidak lama setelah Mama meninggal, Papa menikah lagi dengan seorang wanita, wanita yang cukup aku kenal karena wanita itu merupakan sahabat Mama, saat Mama masih sehat, sahabat nya itu sering sekali main ke rumah, mereka mengobrol dan bercerita apa saja dengan riang. Sahabat Mama yang merupakan janda beranak satu, dan anaknya seusia dengan aku, serta berjenis kelamin perempuan juga.

Semenjak Papa dan Tante Irma menikah, Papa sudah bersikap abai terhadap aku, sikap Papa sudah tak semanis dulu terhadap aku, bahkan sering kali Papa memarahi aku karena Tante Irma yang sering menghasut Papa mengatakan kalau aku ini merupakan anak yang pembangkang dan suka menjahili Arumi, padahal malah sebaliknya.

Rumah yang dulu terasa begitu nyaman, kini bak neraka bagi ku semenjak kehadiran Tante Irma dan Arumi, karena Tante Irma yang sering berlaku kasar dan berbuat semena-mena kepada ku. Ia juga merupakan ibu tiri yang pilih kasih.

Malam itu, saat kami sedang makan malam bersama, Papa menyampaikan maksudnya kepada ku dengan suaranya yang lembut dan hati-hati.

''Amira, Papa mohon kamu bersedia menikah dengan Tuan Edward, karena hanya dia yang bisa membantu Papa, membantu agar perusahaan kita tidak bangkrut, saat ini Papa benar-benar merasa sangat bingung Amira karena perusahaan kita di ambang kebangkrutan,'' Papa menatap ku dengan sorot matanya yang penuh permohonan.

''Kenapa tidak Kak Arumi saja, Pa?'' balas ku. Usia Arumi memang lebih tua dari aku beberapa bulan saja.

''Amira, kamu 'kan tahu Arumi sedang kuliah, mana mungkin dia menikah,'' jawab Mama Irma.

''Tapi aku juga sedang kuliah, Ma,''

"Arumi sudah punya pacar, sedangkan kamu tidak. Maka dari itu Papa meminta agar kamu saja yang menikah dengan Tuan Edward. Lagian apa salahnya juga menikah dengan Tuan Edward, dia itu pria kaya raya, kalau kamu sudah menikah dengan dia, kamu bebas mau meminta apa saja sama dia, dan kamu juga akan tinggal di rumahnya yang mewah lagi megah dengan banyak pelayanan di rumah nya,'' Mama Irma berucap meyakinkan aku.

''Yang dikatakan Mama mu benar, Amira,'' tambah Papa.

''Tapi, Pa, aku tidak mengenal siapa itu Tuan Edward,''

''Makanya besok Papa akan mengenalkan kamu secara langsung dengan Tuan Edward, kalau dia menyukai kamu, maka dalam waktu dekat pernikahan kalian akan segera di adakan,''

''Terus, kuliah aku gi mana?''

''Kamu tidak usah kuliah lagi, ya. Karena kalau kamu sudah menjadi Nyonya Edward, kamu sudah tidak membutuhkan gelar sarjana mu itu lagi. Karena suami mu sudah punya segalanya. Kamu tidak usah takut dan ragu, karena selain kaya raya, Tuan Edward juga memiliki wajah yang tampan rupawan dengan bentuk tubuh yang begitu ideal,'' ucap Papa semakin meyakinkan aku, aku hanya mampu mengangguk kecil mendengar itu.

Hingga kini aku bisa tinggal satu rumah dengan pria yang bernama Edward, setelah pertemuan singkat, perkenalan lalu pernikahan kami pun di adakan secara sederhana.

Mama, Papa dan Arumi sangat senang melihat aku dan Tuan Edward menikah, mungkin mereka berpikir aku hidup dengan senang, tapi nyatanya aku sama sekali tidak merasa senang dengan pernikahan ini.

Bersambung.

Part 2

Malam harinya, saat aku sudah selesai mandi dan sudah berganti pakaian dengan lingerie bewarna merah muda, seorang pelayan perempuan terdengar mengetuk pintu kamar dan memanggil aku, meminta agar aku segera duduk bergabung dengan Tuan Edward di kursi meja makan, karena Tuan Edward tengah menunggu aku untuk makan malam bersama dengan dirinya. Aku menyahut cepat panggilan pelayan dan mengatakan kalau aku akan segera menyusul ke meja makan, karena memang dari tadi perut ku sudah terasa perih, cacing cacing di dalam perut ku sudah pada demo minta di kasih makan.

Aku mengambil cardingan bewarna moca sebatas paha yang tergantung di daun pintu, lalu memakai nya guna menutupi lekuk tubuh ku yang terlihat jelas. Aku memakai lingerie sesuai dengan apa yang Tuan Edward mau, ia memberi perintah kepada aku agar aku selalu memakai lingerie setiap malam, lingerie yang ia beli khusus untuk ku lalu ia gantung di dalam lemari pakaian ku, lingerie yang berjumlah sekitar dua puluh lebih, lingerie yang aku yakin memiliki harga yang fantastis, entah berapa habis uang Tuan Edward untuk membeli baju kurang bahan tersebut, mubasir sekali rasanya.

Aku berjalan ke ruang makan dengan kedua tangan memegang cardingan merapat ke tubuh ku, karena aku merasa malu sama para pelayan kalau mereka harus melihat aku berpakaian yang tak sewajarnya, setahu aku lingerie dipakai hanya untuk di dalam kamar saat sedang dinas malam melayani pria yang bergelar suami.

Setibanya aku di ruang makan, seorang pelayan menarik kursi ku, lalu ia menunduk hormat kepada aku, aku pun membalas dengan tersenyum simpul ke arah nya, setelah itu aku duduk di kursi di sebelah Tuan Edward. Di rumah ini, Tuan Edward memperkerjakan sepuluh orang pelayan khusus untuk bersih-bersih rumah dan untuk memasak. Meskipun begitu, seringkali ia meminta agar aku yang melayaninya, mengurus pakaian dan apapun yang ia mau, akupun merasa tak keberatan sama sekali melakukan itu, karena aku tahu tugas ku sebagai seorang istri memang untuk melayani suami, tapi terkadang cara Tuan Edward dalam memperlakukan aku membuat aku begitu membenci nya, saat aku tidak sengaja melakukan kesalahan kecil, maka ia akan marah besar lalu memukul ku tanpa ampun, tak peduli dengan diriku yang terus memohon agar ia berhenti.

''Makanlah, makan yang banyak, karena nanti malam kau harus melayani aku hingga puas, kalau perlu hingga tengah malam atau subuh,'' Tuan Edward berkata seraya menatap wajahku lekat dengan senyum menyeringai, aku pun balas menatap wajah nya, wajah yang begitu tampan, tapi melihat wajah tampan Tuan Edward membuat aku merasa takut dan gugup.

''Baik, Tuan,'' sahutku mengangguk kecil. Para pelayan sudah berlalu dari ruang makan, Kini hanya ada aku berdua dengan Tuan Edward.

Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami, Tuan Edward nampak makan dengan begitu lahap, bahkan beberapa kali ia meminta agar aku menambah nasi ke dalam piringnya, katanya biar tenaganya bertambah kuat, mendengar itu aku jadi bergidik ngeri. Bahkan Tuan Edward juga menambahkan makanan ke dalam piring ku, aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya menurut saja saat Tuan Edward meminta agar aku menghabiskan makanan yang telah ia tambah. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kami selesai dengan ritual mengisi perut. Kami pun sama-sama kekenyangan, kami bersendawa dan mengelus perut kami yang sudah penuh. Sekilas Tuan Edward tersenyum, dan senyum nya itu terlihat sangat lah manis, tapi senyuman nya itu tidak akan bertahan lama saat aku ketahuan memergoki nya. Rasa gengsinya terhadap aku sangat lah tinggi.

Aku mengikuti langkah kaki Tuan Edward, aku berjalan di belakangnya seperti biasa, seperti malam-malam kemarin. Ia menaiki satu persatu anak tangga, akupun sama, ia berjalan melewati lorong-lorong rumahnya yang luas, aku pun masih setia mengikuti nya, hingga setelah itu langkah kaki Tuan Edward berbelok memasuki kamarnya yang luas, dan aku juga setia mengikuti tepat di belakang nya.

Brak!

Setibanya kami di dalam kamar, Tuan Edward menutup pintu kamarnya dengan kasar lalu mengunci nya cepat.

Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya merasa terkejut karena perbuatan Tuan Edward barusan. Tuan Edward memang hobi sekali membuat aku terkejut, bisa-bisa aku mati jantungan kalau Tuan Edward terus bersikap seperti ini. Bisa-bisa aku mati muda. Iihh mengingat itu tubuhku jadi meremang sendiri, aku memegang tengkukku.

Tanpa aba-aba, Tuan Edward langsung saja mendorong tubuh ku ke dinding kamar, hingga punggung ku menabrak tembok. Ia mengunci tubuh ku dengan kedua tangannya yang kekar, kedua tangannya menekan kedua tangan ku ke dinding, hingga aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku hanya bisa pasrah saat Tuan Hendrick mulai menerkam tubuh ku dengan mulut dan lidah nya.

''Kamu memang sangat cantik, Amira. Aku merasa begitu beruntung bisa mempersunting mu,'' Tuan Edward berucap dengan nafasnya yang memburu, hembusan nafasnya menerpa wajahku, aku menutup kedua mata ku. Saat ini wajah kami berjarak cukup dekat, hingga ujung hidung kami yang lancip saling beradu.

''Oh ya? Kalau Tuan merasa sangat beruntung bisa mempersunting aku kenapa Tuan mengurung diriku di dalam rumah? Dan kenapa Tuan sering memukul aku tanpa ampun?!'' balasku memberanikan diri untuk bertanya.

''Itu karena aku takut kehilanganmu, karena aku sudah mulai mencintai mu, aku tidak ingin istri ku yang cantik di tatap oleh pria lain, dan untuk soal memukul, maaf, aku repleks saja melakukan hal itu saat kau membuat kesalahan, karena aku tidak ingin melihat kau membuat kesalahan apapun, aku ingin kau menjadi istri yang sempurna tanpa adanya celah kekurangan apapun,'' sahutnya dengan suaranya yang serak.

''Heh, rasanya mustahil sekali ada manusia yang tidak mempunyai celah kekurangan di dunia ini, karena sifat manusia itu pada dasarnya memang salah dan khilaf,'' aku berujar lagi.

''Kau sudah pandai berbicara rupanya, Amira!'' Tuan Edward terdengar protes, saat aku ingin membalas perkataan nya lagi, ia tak memberikan aku kesempatan, ia langsung saja melahap bibir ranum ku dengan nafas nya yang memburu, lidahnya perlahan menyelusup menerobos gigi lalu memasuki mulut ku, lalu lidah itu melilit lidahku yang hanya diam. Tapi lama kelamaan lidah ku ikut terpancing juga, lidahku ikut bergerak-gerak mengikuti gerak lidah Tuan Edward. Kami bercumbu cukup lama hingga nafas kami sedikit ngos-ngosan.

''Sudah pandai kamu ternyata,'' Tuan Edward memuji ku dengan senyum puasnya.

''Hm,'' aku berdehem kecil seraya menunduk malu, mungkin saat ini wajahku telah bersemu.

Setelah itu Tuan Edward menggendong tubuh ku menuju kasur king size nya, saat sudah sampai ia langsung membaringkan tubuhku di atas kasur, lalu ia menindih tubuh ku dengan kedua tangan mulai bergerak serta meremas dua gundukan kenyal milik ku.

Bersambung.

Meminta izin

Aku bangun dari tidur dengan seluruh persendian terasa mau copot, otot-otot tubuh terasa begitu tegang dan pegal, perlahan aku menyingkirkan tangan kekar yang memeluk perut ku. Begitu sudah berhasil, aku duduk di atas kasur seraya meregangkan otot-otot dengan mengangkat kedua tangan serta meliuk-liukkan tubuhku. Aku lihat Tuan Edwar tidur dengan begitu lelapnya. Dengkuran halusnya terdengar berirama. Saat sedang tidur, wajahnya terlihat begitu teduh dan tampan, aku suka sekali menatap wajah nya yang sedang pulas, bahkan sering kali aku melakukan hal seperti ini dengan diam-diam di setiap malam setelah Tuan Edward selesai menyalurkan hasratnya kepada ku. Aku ingin dia menjadi suami yang sempurna, suami yang baik dan peduli kepada aku, istrinya, tapi terkadang amarahnya suka meledak-ledak dan akulah yang akan menjadi sasaran empuknya. Kalau lagi baik, dia bisa memperlakukan aku dengan begitu lembut, tapi kalau lagi marah, ia tak akan segan-segan untuk memukul aku, dan hal itu membuat aku menjadi sangat takut dan trauma. Entah kenapa suamiku bisa mempunyai dua kepribadian yang berbeda seperti itu.

Setelah dirasa puas menatap wajah tampan suamiku, aku perlahan turun dari kasur, lalu aku mengambil pakaian ku yang teronggok di atas lantai. Aku memakai nya cepat, karena aku harus kembali ke kamar ku, kamar pembantu yang Tuan Edward sendiri meminta aku untuk menghuni kamar itu. Katanya dia tidak mau sekamar dengan aku, tapi setiap malam nya ia selalu membutuhkan aku. Aneh memang. Aku belum mengenal betul kepribadian suamiku, bahkan keluarga nya pun tidak ada satupun yang aku tahu. Mama nya, Papa nya dan saudara-saudara nya, aku sama sekali tidak mengenali mereka. Saat aku bertanya tentang mereka kepada suamiku, maka suamiku akan diam dengan wajahnya yang memerah seperti menahan amarah. Dulu, saat kami menikah, yang menjadi saksi dari pihak laki-laki hanyalah asisten pribadi Tuan Edward yang bekerja di perusahaan nya. Iya, hanya dia seorang.

***

Keesokan paginya, seperti biasa, aku membangunkan dan menyiapkan pakaian kerja untuk suamiku. Hari ini Tuan Edward terlihat baik moodnya, setelah ia selesai bersiap-siap dengan pakaian kantoran nya, kami sarapan pagi bersama.

Saat sedang sarapan pagi, aku memberanikan diri untuk bersuara, aku ini istrinya, jadi aku harus bersuara menyampaikan apa yang pantas untuk aku nikmati dan aku lakukan, aku tidak ingin seperti ini terus melewati hari-hari.

''Tuan, apa boleh hari ini aku kerumah orang tua aku? Soalnya aku sudah sangat merindukan Papa,'' kataku hati-hati. Aku memang sudah sangat-sangat merindukan Papa, iya, hanya Papa seorang yang aku rindukan, tidak dengan Mama dan kakak tiri ku. Sudah hampir sebulan lamanya Tuan Edward tidak mengizinkan aku keluar rumah, dan hal itu tentu membuat aku merasa sangat bosan, aku terkurung di sangkar emas, aku tidak bisa bebas menikmati hari-hari.

Aku lihat Tuan Edward sama sekali tidak menyahuti perkataan dan keinginan aku, ia masih tetap menyuapi makanan ke dalam mulutnya tanpa mempedulikan aku. Melihat itu, membuat aku merasa sedih.

''Tuan,'' aku memelas, dengan wajah aku buat sesedih mungkin.

''Diamlah, Amira! Habiskan makananmu!'' bentaknya, membuat aku kaget. Seketika sesak di dada begitu kentara aku rasa, susah payah aku tahan agar air mata ku tak tumpah. Aku paling anti di bentak-bentak, sama siapapun itu, karena saat di bentak, aku merasa tidak ada harga diri sama sekali.

''Tuan, apa Tuan tak kasihan dengan ku? Aku capek di rumah terus!'' mohon ku dengan suara serak, aku menundukkan kepala, makanan di dalam piring terus aku aduk-aduk tanpa memakan nya.

''Amira, apalagi yang kau cari? Di rumah ini kau bebas mau berbuat apa dan melakukan apapun, semuanya sudah ada! Mau berenang? Sudah ada kolam renang, mau membaca novel dan buku-buku sudah ada perpustakaan di rumah ini. Semuanya sudah tersedia, tinggal kau nikmati saja. Tidak usah lah kau menemui orang tua mu itu, lagian orang tua mu lagi sibuk sekarang, dan belum tentu mereka juga merindukan mu,'' Tuan Edward berkata dengan senyum sinis.

''Apa maksud Tuan? Lagian aku hanya merindukan Papa ku saja, tidak dengan Mama tiri dan Adik tiri ku,''

''Papa mu sedang berlibur keluar negeri sekarang, mereka pergi bertiga. Apa Papa yang sangat kau rindukan itu tidak memberi kabar kepada kamu lewat sambungan telepon?''

''Ti-tidak, Papa sama sekali tidak menghubungi aku. Dari mana Tuan tahu kalau Papa, Mama serta Kakak ku sedang berlibur?'' sahutku lagi, aku benar-benar tidak tahu kalau Papa lagi berlibur, kemarin aku pernah mencoba menghubungi Papa, tapi tak kunjung di angkat, aku kirim pesan tapi tak kunjung di balas, hanya di baca saja. Dan hal itu membuat aku khawatir, aku kira Papa sedang sakit atau apalah.

''Jangan kau tanyakan itu. Aku tahu semuanya, karena perusahaan Papa mu sekarang berada di bawah pengawasan ku. Aku sudah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menyelamatkan perusahaan itu dari kebangkrutan, eh, bisa-bisanya tuh Handoko mengambil cuti untuk menyenangkan istri dan putrinya,''

''Kak Arumi bukanlah putri Papa!''

''Iya, aku tahu, tapi sepertinya dia lebih menyayangi Arumi dari pada kamu anak kandung nya,''

''Tuan!'' aku berkata dengan nada lebih tinggi, aku menatap Tuan Edward lekat.

''Sudahlah Sayang, terkadang orang terdekat kitalah yang sering menyakiti kita, membuat kita merasa terasingkan. Jadi, jangan kamu berniat untuk menemui mereka lagi. Tetap lah di sini, menjadi ratu di istana ku, aku akan menjaga mu dengan sebaik mungkin,'' Tuan Edward berkata dengan begitu lembut seraya tersenyum simpul. Aku jadi penasaran, seperti hubungan Tuan Edward dengan keluarga juga sedang tidak baik-baik saja.

''Tapi aku merasa bosan di rumah terus, Tuan! Aku pengen jalan-jalan keluar menghirup udara segar,''

''Baiklah, nanti malam mari kita jalan-jalan menghirup udara segar, memutari pusat kota,''

''Tuan serius ingin mengajak aku jalan-jalan nanti malam?'' aku berkata dengan perasaan teramat bahagia, selama kami menikah belum pernah sekalipun Tuan Edward mengajak aku jalan-jalan.

''Iya, kenapa tidak,'' katanya santai seraya meneguk susu yang ada di dalam gelas di hadapannya.

''Kenapa Tuan mendadak menjadi baik kepada ku?''

''Sudah, jangan banyak tanya lagi, sekarang buruan habiskan makananmu. Kau harus menghabiskan makanan mu, karena aku tidak suka sama wanita kurus. Sekarang ini tubuh mu sudah begitu ideal untuk melayani aku, jangan sampai aku merasa bosan melihat mu lalu berpikir untuk mencari pengganti mu, ck!''

''Iih dasar kejam!''

''Apa katamu? Apa kau mau di pukul seperti kemarin?''

''Ti-tidak Tuan,''

''Kau semakin terlihat cantik kalau lagi ketakutan seperti itu,''

''Aku kerja dulu, kamu baik-baik di rumah,'' Tuan Edward berdiri dari duduknya, ia berjalan menghampiri aku, lalu ia mengusap pucuk kepalaku. Mendapati perlakuan langka seperti barusan, mendadak saja membuat aku gugup. Hari ini Tuan Edward terlihat berbeda dari hari-hari kemarin yang selalu bersikap dingin dengan wajah datarnya.

''I-iya,'' balas ku kikuk.

''Oh ya, nanti akan ada orang suruhan ku yang akan mengantarkan pakaian untukmu, pakaian untuk kau pakai pada siang hari saat di rumah dan juga gaun-gaun yang indah. Kalau kau terus memakai lingerie pada pagi hari, bisa-bisa aku selalu kepikiran dengan mu saat sedang bekerja, kau terlihat seperti wanita penggoda, ck!'' katanya lagi tersenyum simpul.

''Baik, Tuan,'' aku mengangguk, lagi-lagi aku merasa begitu heran dengan kebaikan Tuan Edward.

''Salah sendiri kenapa juga harus membeli lingerie yang banyak untukku, lalu membakar semua pakaianku yang aku bawa dari rumah,'' ucapku di dalam hati, iya, hanya di dalam hati. Waktu itu Tuan Edward telah membakar semua pakaianku yang aku bawa dari rumah, karena katanya dia tidak suka melihat semua pakaian ku yang tertutup.

Setelah itu Tuan Edward berlalu dari ruang makan, dan aku melanjutkan menghabiskan makanan aku.

Mungkin sebagian dari kalian merasa heran kenapa aku tidak diam-diam saja keluar dari rumah ini, kalau aku bisa akupun akan melakukan itu. Tapi di luar, Tuan Edward telah menyiapkan beberapa orang Bodyguard untuk menjaga aku, serta ia juga telah memasang cctv di setiap sudut ruangan yang ada di rumah ini. Menurut ku Tuan Edward terlalu berlebihan.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!