Setelah keributan yang terjadi antara aku dan Mas Edward, kami memilih sama-sama diam. Jujur, aku tidak suka sama sikap Mas Edward yang berbuat sesuka nya tanpa menanyakan kepada ku terlebih dahulu bagaimana aku menanggapi perasaan suka Leon terhadap ku.
Kalau sampai Leon meninggal di tempat waktu itu, siapa juga yang akan kena masalah, tentu Mas Edward sendiri lah yang akan menanggung semua konsekuensinya. Ceroboh sekali suamiku, karena cemburu membuat dia tidak bisa berpikir secara jernih, membuat dia gelap mata sehingga menghalalkan segala cara.
***
Malam harinya, kami tidur dengan saling memunggungi, Mas Edward belum mau menyapa ku, begitu juga aku. Sebagai seorang wanita, gengsi rasanya kalau aku harus menyapa Mas Edward terlebih dahulu, lagian aku merasa aku tidak salah apa-apa, aku juga merasa kecewa dengan sikap gegabah nya.
Pagi harinya, seperti biasa, aku menyiapkan pakaian kerja untuk suami, setelah itu aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
Kami sarapan pagi bersama, masih dalam diam, tak ada yang bersuara, hanya suara sendok beradu dengan piring yang sesekali terdengar.
Mas Edward menghabiskan makanannya terlebih dahulu, setelah itu ia berlalu dari meja makan tanpa berpamitan kepada ku. Bahkan sepertinya ia enggan untuk menatap wajah istrinya ini. Aku merasa sakit di perlakukan seperti ini, di abaikan dan di anggap tak ada. Sedari pertengkaran yang terjadi antara kami kemarin, wajah Mas Edward tampak datar, dingin, seperti saat pertama kali aku bertemu dengan nya. Sikap manis, lembut dan romantis nya terhadap aku telah tiada, ia seperti tidak memperdulikan aku lagi.
Aku pergi ke kampus masih di temani oleh seorang supir, wajahku yang murung membuat Pak Herman bertanya kepada ku saat ia sedang menyetir.
''Non, masih marahan sama Tuan Edward? Kasihan tuh muka cantik di tekuk begitu,'' ucap Pak Herman, pria yang berusia sekitar empat puluh tahun. Hubungan aku memang sudah akrab dengannya, karena setiap harinya Pak Herman lah yang selalu menemani aku kemana-mana, Pak Herman juga selalu sabar mendengar keluh kesah ku.
''Iya, Pak. Sebel aku sama dia. Padahal dia yang salah, tapi dia malah mendiamkan aku. Dia memarahi aku mengatakan kalau aku ini suka caper sama cowok-cowok di kampus, sehingga membuat Leon berani menyatakan perasaan sukanya terhadap aku. Sekarang tuh anak orang lagi koma di rumah sakit karena ulahnya yang bar-bar,'' ungkap ku mengeluarkan isi hati ku.
''Non yang sabar, ya. Palingan Tuan Edward mendiamkan Non hanya beberapa hari saja. Tuan Edward mana sanggup mendiamkan Non lama-lama. Secara Tuan Edward 'kan sangat mencintai, Non,'' Pak Herman berucap seraya melempar senyum simpul ke arah ku, aku pun membalas senyuman nya. Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara kami. Aku sibuk dengan pikiran ku sendiri, hingga tidak lama setelah itu mobil yang di kendarai oleh Pak Herman berhenti dihalaman kampus.
Aku turun dari mobil lalu memasuki area kampus. Sepanjang perjalanan melewati lorong-lorong kampus menuju ruangan ku, sesekali telinga ku tidak sengaja mendengar saat mahasiswa dan mahasiswi lain tengah membicarakan kondisi Leon saat ini. Bagaimana tidak, Leon merupakan Mahasiswa tampan dan sangat aktif di kampus, banyak mahasiswi yang mengagumi sosoknya. Tentu koma nya dia di rumah sakit membuat teman-teman satu kampus merasa khawatir dan turut prihatin atas apa yang terjadi kepadanya. Bahkan, tak luput nama ku ikut terseret, teman-teman satu kampus sibuk ngegosip aku mengatakan kalau akulah penyebab Leon bisa koma di rumah sakit.
Sudah selama seminggu aku kuliah, tapi aku tak pernah bertemu dengan Kak Arumi, hingga hari ini, saat aku berada di ruangan ku di lantai tiga, kebetulan kursi tempat duduk ku di dekat jendela, tak sengaja aku melihat Kak Arumi keluar dari dalam mobil dengan di antar oleh Papa dan Mama tiri ku, Papa dan Mama keluar dari dalam mobil, mereka bertiga berpelukan beberapa saat, Kak Arumi juga menyalami tangan kedua orang tua itu. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia. Papa dan Mama Irma melihat Kak Arumi berjalan memasuki kampus, hingga setelah itu mereka masuk ke dalam mobil kembali lalu mobil melesat pergi. Melihat pemandangan itu, membuat hatiku merasa sakit. Kak Arumi begitu di manjakan oleh Papa dan Mama nya, sedangkan aku? Kenapa Papa tidak ingat dengan anaknya ini, anak kandungnya sendiri. Ada apa dan kenapa? Tidak terasa air mataku telah menggenangi pelupuk, hingga membuat penglihatan ku mengabur. Aku lalu menunduk, perlahan aku menghapus air mataku. Lagi-lagi saat dalam kondisi seperti ini, rasanya aku ingin sekali bertemu dengan Mama, hanya Mama yang peduli dan mengerti aku. Aku merasa saat ini semua orang sedang menjauhi dan memojokkan aku.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
nelangsa punya ayah tapi gk menganggap nya malah mentingin yg lain, pa lagi merasa hanya punya ayah gk ada yg lain😭
2023-02-16
1