Kini aku dan Tuan Edward sudah berada di dalam mobil, mobil yang dikendarai oleh Tuan Edward telah melaju menjauh meninggalkan rumah.
Beruntungnya tadi, hal yang aku takutkan tidak terjadi, Tuan Edward tidak memukul ku untuk melampiaskan rasa kesal nya, tapi dia malah menonjok dinding satu kali dengan cukup keras sehingga buku tangannya terluka. Aku yang khawatir melihat tangannya yang sedikit mengeluarkan darah langsung saja menyentuh tangan kekar suamiku, lalu aku membersihkan darah yang ada di buku-buku tangan dengan sapu tangan milikku. Tuan Edward hanya diam dan menurut saja saat aku perlakukan seperti itu, setelah itu ia mengajak aku untuk segera pergi.
Lagi-lagi aku dilanda rasa penasaran, seperti nya Tuan Edward mempunyai trauma atau entahlah, tiap kali dia merasa kesal, ia akan meluapkan kekesalannya itu dengan memukul sesuatu. Sekarang aku belum mengenali sosok suamiku sepenuhnya, tapi kedepannya aku akan mencoba mencari informasi terkait masalalu suamiku, aku juga akan mencari informasi mengenai keluarnya.
***
''Ke mana dulu kita?'' Tuan Edward bertanya kepada ku. Tatapan matanya lurus ke depan melihat jalan raya, ekpresi wajahnya tampak datar.
''Em terserah Tuan saja, aku nurut aja,'' balas ku binggung.
''Baiklah, kalau begitu,'' ucapnya lagi begitu dingin, ia menoleh ke arah aku sekilas.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami, aku menatap keluar jendela mobil melihat lampu-lampu yang bercahaya terang, lampu yang ada di pinggir jalan di pusat kota.
Tidak lama setelah itu Tuan Edward membelokkan mobilnya memasuki gerbang gedung bertingkat tiga, gedung yang dibagian luarnya tampak remang dan tidak terlalu mencolok di bandingkan gedung-gedung lain yang ada di sekitar nya.
''Tuan, kenapa ke sini?'' tanyaku, aku tak percaya ternyata Tuan Edward malah membawa aku ke klub malam. Tadi siang katanya ia mau membawa aku jalan-jalan, lantas kenapa dia malah membawa aku ke tempat seperti ini, ah . . . Lagian aku juga salah, kenapa tadi saat Tuan Edward bertanya aku malah menjawab terserah.
''Ayo keluar,'' ajaknya, tanpa menjawab pertanyaan ku.
''Tapi . . .''
''Tidak ada tapi-tapian, aku butuh minum, dan kamu harus menemani aku,''
''A-aku tidak pernah masuk ketempat seperti ini sebelumnya, Tuan!''
''Sekarang kamu sudah menjadi istri aku, jadi kamu harus menuruti apa yang suami mu mau, tanpa ada penolakan, karena aku tidak suka di tolak maupun dibantah!'' ucapnya lagi penuh penekanan. Aku menghela nafas berat mendengarkan nya.
''Baiklah, tapi jangan paksa aku untuk minum, aku tidak mau!''
''Tidak. Kau duduk saja di dekat ku, temani aku,''
''Baiklah,'' aku mengangguk setuju.
Kami keluar dari dalam mobil, setelah itu kami masuk ke klub malam, aku berjalan ragu-ragu di samping Tuan Edward.
''Sini,'' Tuan Edward menarik tanganku, meminta agar aku melingkarkan tangan ku pada tangannya. Akupun menggandeng tangan suamiku dengan perasaan grogi. Meskipun kami sudah menikah, tapi tetap saja aku selalu merasa grogi tiap kali Tuan Edward menyentuh ku, bagaimana tidak, pernikahan kami terjadi karena perjodohan dan paksaan, kami yang baru berkenalan langsung saja menikah, wajar saja aku merasa grogi.
Setelah berjalan cukup jauh, kami di persilahkan masuk oleh seorang pria yang membimbing kami, kami masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di lantai tiga.
Begitu pintu ruangan terbuka, aku kaget melihat banyak pria dan wanita berjoget ria. Lampu kelap-kelip serta musik yang dipandukan oleh seorang DJ wanita terdengar bergema di dalam ruangan, aku merasa risih berada di tempat yang baru pertama kali aku jumpai ini. Aku sangat tidak suka sama tempat seperti ini.
Wanita-wanita yang berpakaian seksi serta pria yang kebanyakan memakai jas tampak bercumbu mesra di sebagian titik ruangan yang remang, aku menggeleng kecil, merasa prihatin melihat kehidupan bebas. Bahkan di antara wanita-wanita berpakaian seksi yang aku lihat, aku juga melihat wanita yang wajahnya terlihat masih remaja, miris memang. Kenapa remaja enam belas tahun dan tujuh belas tahun dibiarkan masuk ke dalam tempat seperti ini, menemani pria dewasa bercumbu mesra, mereka mau melayani pria hidung belang pasti karena mereka menginginkan imbalan berupa uang.
''Aku keluar saja,'' pinta ku saat Tuan Edward menarik tangan ku menuju sebuah meja. Aku lihat beberapa orang menyapa nya, bahkan beberapa orang wanita berpakaian seksi juga sempat menyapa suami ku, tapi suamiku malah mengabaikan mereka, sehingga mereka merenggut menatapku tak suka.
''Temani aku, aku akan minum satu botol wine, setelah itu aku akan menyenangkan mu, mengajak mu berbelanja apa saja yang kau mau,'' bisik nya tepat di telinga ku, aku pun mengangguk setuju, karena membantah pun rasanya percuma saja.
Kami duduk di atas sofa, kami duduk dengan jarak cukup dekat, Tuan Edward merangkul pinggang ku dengan begitu mesra, tidak lama setelah itu seorang Bartender meletakkan sebotol wine di atas meja dengan gelas dan cemilan yang berupa kuaci serta kacang-kacangan.
''Mau,'' Tuan Edward menawarkan aku begitu segelas wine sudah berada di tangannya.
''Tidak, aku sama sekali tidak tertarik,''
''Baguslah kalau kau merasa tidak tertarik, karena kalau kau sudah mencobanya, kau pasti akan ketagihan,'' ia berkata seraya tersenyum kecil.
''Tidak akan! Seumur hidup aku tidak akan pernah mencicipi minuman memabukkan,'' bantah ku.
''Baguslah. Kau memang istri yang cerdas. Kau lihat wanita-wanita itu, lihatlah mereka, mereka bahkan meneguk wine berulangkali dengan wajah mereka yang terlihat ceria, mereka terlihat seperti wanita-wanita tanpa masalah, tapi ya begitu, mungkin tujuan mereka kesini memang untuk melampiaskan masalah atau memang mereka merupakan tipekal wanita liar yang susah di atur,'' Tuan Edward berbicara dengan tatapan matanya tertuju kepada segerombolan wanita-wanita seksi yang sedang berpesta meneguk wine dari botolnya langsung. Mereka tertawa terbahak-bahak dengan wine yang belepotan membasahi mulut dan area sekitar mulut, aku bergidik melihat mereka.
''Apa Tuan sering ke sini?'' tanyaku mencoba menyelidiki tentang suamiku, aku ingin mengenal sosok suamiku lebih dalam lagi.
''Sebelum aku menikah dengan mu, ya, aku sering ke sini, tapi semenjak menikah dengan mu, aku hanya kali ini saja ke sini,'' jawab Tuan Edward, ia sudah berhasil menghabiskan segelas wine, kini ia menuangkan lagi wine ke dalam gelas.
''Lalu, apa Tuan juga pernah mencicipi wanita-wanita seksi yang ada di sini?'' tanya ku penasaran.
''Hm, tentu pernah. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi, karena sudah ada kamu Sayang,'' Tuan Edward mengakui perbuatannya yang menjijikkan, mendengar itu tiba-tiba saja aku menjadi muak melihat wajah tampan yang ada di sebelah ku. Ternyata aku bukanlah wanita pertama yang di sentuhnya.
''Menjijikan!'' umpat ku. Aku berdiri dari duduk ku, rasa nya aku ingin menjauh dari Tuan Edward.
''Hey, kamu mau ke mana?'' tanya Tuan Edward saat aku sudah melangkah kaki menjauhi nya.
''Ke Toilet!'' jawab ku.
Aku berjalan melewati orang-orang yang tengah mabuk karena terlalu banyak minum, entahlah, aku berjalan lurus saja, aku mencari toilet, tapi tak kunjung aku temukan. Aku celingukan mencari toilet, kini aku sudah berada di lorong yang sepi, tadi beberapa orang pria hidung belang sempat mencolek colek tubuh ku, iih rasanya sungguh menjijikkan.
Saat aku bingung harus melangkah kaki kemana untuk mencari toilet, tiba-tiba saja seorang pria muncul di hadapan aku.
''Hey, Nona, sedang apa kamu di sini?'' sapa nya, ia menatap ku lekat.
''Aku mau ke toilet,'' jawabku. ''Kalau boleh aku tahu toilet di mana, ya?'' sambung ku bertanya.
''Oh, toilet. Mari aku temani kamu ke toilet,'' pria itu berucap seraya tersenyum miring melihat aku.
''Tidak usah, kamu tinggal kasih tahu saja di mana toilet, aku bisa sendiri,'' balas ku lagi, entah kenapa aku merasa tidak enak.
''Kamu cantik sekali, tidak usah sok jual mahal, Nona, aku tahu, semua wanita yang ada di tempat ini adalah wanita yang boleh dicicipi, asalkan ada money. Kamu tenang saja, aku punya banyak uang untuk membayar mu Sayang,'' pria berwajah blasteran dengan tubuh tinggi tegap yang ada di hadapan ku mulai berani terhadap ku, ia mencolek dagu ku. Aku menghindari nya dengan melangkah mundur, tapi dia semakin gencar mengikuti aku, hingga punggung ku terantuk dinding, aku tahu kini aku tidak bisa kemana-mana lagi, aku sudah terperangkap. Pria yang ada di hadapan ku tersenyum penuh kemenangan menatap wajahku yang takut-takut. Duh, sungguh menyesal sekali rasanya kenapa aku mau ikut Tuan Edward ke tempat seperti ini, tempat orang-orang bermaksiat dan berzina, kenapa tempat seperti ini tidak ditutup saja oleh pemerintah setempat. Sungguh meresahkan.
''Sayang, kamu mau di sini saja atau di dalam kamar? Aku merasa begitu beruntung bisa bertemu dengan berlian berkilau seperti mu. Menurut aku kamu adalah wanita tercantik yang aku temui di tempat ini,'' pria yang ada di hadapan ku berkata dengan nafas memburu, ia semakin mendekatkan wajahnya pada wajahku, lidahnya sudah menjulur keluar, bersiap ingin melahap bibirku, aku menolak dadanya dengan sekuat tenaga, tapi sayang nya tenaga ku tak ada apa-apa dibandingkan dengan tenaga nya. Aku merasa sangat takut, aku menjerit memanggil suamiku, hingga setelah itu . . .
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments