Malam harinya, saat aku sudah selesai mandi dan sudah berganti pakaian dengan lingerie bewarna merah muda, seorang pelayan perempuan terdengar mengetuk pintu kamar dan memanggil aku, meminta agar aku segera duduk bergabung dengan Tuan Edward di kursi meja makan, karena Tuan Edward tengah menunggu aku untuk makan malam bersama dengan dirinya. Aku menyahut cepat panggilan pelayan dan mengatakan kalau aku akan segera menyusul ke meja makan, karena memang dari tadi perut ku sudah terasa perih, cacing cacing di dalam perut ku sudah pada demo minta di kasih makan.
Aku mengambil cardingan bewarna moca sebatas paha yang tergantung di daun pintu, lalu memakai nya guna menutupi lekuk tubuh ku yang terlihat jelas. Aku memakai lingerie sesuai dengan apa yang Tuan Edward mau, ia memberi perintah kepada aku agar aku selalu memakai lingerie setiap malam, lingerie yang ia beli khusus untuk ku lalu ia gantung di dalam lemari pakaian ku, lingerie yang berjumlah sekitar dua puluh lebih, lingerie yang aku yakin memiliki harga yang fantastis, entah berapa habis uang Tuan Edward untuk membeli baju kurang bahan tersebut, mubasir sekali rasanya.
Aku berjalan ke ruang makan dengan kedua tangan memegang cardingan merapat ke tubuh ku, karena aku merasa malu sama para pelayan kalau mereka harus melihat aku berpakaian yang tak sewajarnya, setahu aku lingerie dipakai hanya untuk di dalam kamar saat sedang dinas malam melayani pria yang bergelar suami.
Setibanya aku di ruang makan, seorang pelayan menarik kursi ku, lalu ia menunduk hormat kepada aku, aku pun membalas dengan tersenyum simpul ke arah nya, setelah itu aku duduk di kursi di sebelah Tuan Edward. Di rumah ini, Tuan Edward memperkerjakan sepuluh orang pelayan khusus untuk bersih-bersih rumah dan untuk memasak. Meskipun begitu, seringkali ia meminta agar aku yang melayaninya, mengurus pakaian dan apapun yang ia mau, akupun merasa tak keberatan sama sekali melakukan itu, karena aku tahu tugas ku sebagai seorang istri memang untuk melayani suami, tapi terkadang cara Tuan Edward dalam memperlakukan aku membuat aku begitu membenci nya, saat aku tidak sengaja melakukan kesalahan kecil, maka ia akan marah besar lalu memukul ku tanpa ampun, tak peduli dengan diriku yang terus memohon agar ia berhenti.
''Makanlah, makan yang banyak, karena nanti malam kau harus melayani aku hingga puas, kalau perlu hingga tengah malam atau subuh,'' Tuan Edward berkata seraya menatap wajahku lekat dengan senyum menyeringai, aku pun balas menatap wajah nya, wajah yang begitu tampan, tapi melihat wajah tampan Tuan Edward membuat aku merasa takut dan gugup.
''Baik, Tuan,'' sahutku mengangguk kecil. Para pelayan sudah berlalu dari ruang makan, Kini hanya ada aku berdua dengan Tuan Edward.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami, Tuan Edward nampak makan dengan begitu lahap, bahkan beberapa kali ia meminta agar aku menambah nasi ke dalam piringnya, katanya biar tenaganya bertambah kuat, mendengar itu aku jadi bergidik ngeri. Bahkan Tuan Edward juga menambahkan makanan ke dalam piring ku, aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya menurut saja saat Tuan Edward meminta agar aku menghabiskan makanan yang telah ia tambah. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya kami selesai dengan ritual mengisi perut. Kami pun sama-sama kekenyangan, kami bersendawa dan mengelus perut kami yang sudah penuh. Sekilas Tuan Edward tersenyum, dan senyum nya itu terlihat sangat lah manis, tapi senyuman nya itu tidak akan bertahan lama saat aku ketahuan memergoki nya. Rasa gengsinya terhadap aku sangat lah tinggi.
Aku mengikuti langkah kaki Tuan Edward, aku berjalan di belakangnya seperti biasa, seperti malam-malam kemarin. Ia menaiki satu persatu anak tangga, akupun sama, ia berjalan melewati lorong-lorong rumahnya yang luas, aku pun masih setia mengikuti nya, hingga setelah itu langkah kaki Tuan Edward berbelok memasuki kamarnya yang luas, dan aku juga setia mengikuti tepat di belakang nya.
Brak!
Setibanya kami di dalam kamar, Tuan Edward menutup pintu kamarnya dengan kasar lalu mengunci nya cepat.
Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya merasa terkejut karena perbuatan Tuan Edward barusan. Tuan Edward memang hobi sekali membuat aku terkejut, bisa-bisa aku mati jantungan kalau Tuan Edward terus bersikap seperti ini. Bisa-bisa aku mati muda. Iihh mengingat itu tubuhku jadi meremang sendiri, aku memegang tengkukku.
Tanpa aba-aba, Tuan Edward langsung saja mendorong tubuh ku ke dinding kamar, hingga punggung ku menabrak tembok. Ia mengunci tubuh ku dengan kedua tangannya yang kekar, kedua tangannya menekan kedua tangan ku ke dinding, hingga aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku hanya bisa pasrah saat Tuan Hendrick mulai menerkam tubuh ku dengan mulut dan lidah nya.
''Kamu memang sangat cantik, Amira. Aku merasa begitu beruntung bisa mempersunting mu,'' Tuan Edward berucap dengan nafasnya yang memburu, hembusan nafasnya menerpa wajahku, aku menutup kedua mata ku. Saat ini wajah kami berjarak cukup dekat, hingga ujung hidung kami yang lancip saling beradu.
''Oh ya? Kalau Tuan merasa sangat beruntung bisa mempersunting aku kenapa Tuan mengurung diriku di dalam rumah? Dan kenapa Tuan sering memukul aku tanpa ampun?!'' balasku memberanikan diri untuk bertanya.
''Itu karena aku takut kehilanganmu, karena aku sudah mulai mencintai mu, aku tidak ingin istri ku yang cantik di tatap oleh pria lain, dan untuk soal memukul, maaf, aku repleks saja melakukan hal itu saat kau membuat kesalahan, karena aku tidak ingin melihat kau membuat kesalahan apapun, aku ingin kau menjadi istri yang sempurna tanpa adanya celah kekurangan apapun,'' sahutnya dengan suaranya yang serak.
''Heh, rasanya mustahil sekali ada manusia yang tidak mempunyai celah kekurangan di dunia ini, karena sifat manusia itu pada dasarnya memang salah dan khilaf,'' aku berujar lagi.
''Kau sudah pandai berbicara rupanya, Amira!'' Tuan Edward terdengar protes, saat aku ingin membalas perkataan nya lagi, ia tak memberikan aku kesempatan, ia langsung saja melahap bibir ranum ku dengan nafas nya yang memburu, lidahnya perlahan menyelusup menerobos gigi lalu memasuki mulut ku, lalu lidah itu melilit lidahku yang hanya diam. Tapi lama kelamaan lidah ku ikut terpancing juga, lidahku ikut bergerak-gerak mengikuti gerak lidah Tuan Edward. Kami bercumbu cukup lama hingga nafas kami sedikit ngos-ngosan.
''Sudah pandai kamu ternyata,'' Tuan Edward memuji ku dengan senyum puasnya.
''Hm,'' aku berdehem kecil seraya menunduk malu, mungkin saat ini wajahku telah bersemu.
Setelah itu Tuan Edward menggendong tubuh ku menuju kasur king size nya, saat sudah sampai ia langsung membaringkan tubuhku di atas kasur, lalu ia menindih tubuh ku dengan kedua tangan mulai bergerak serta meremas dua gundukan kenyal milik ku.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
gimana cara nya manusia gk boleh memiliki kekurangan, dasar tuan Edward
2023-02-11
1