Pikiran ku berkelana pada masa lalu, dulu, beberapa hari menjelang Mama meninggal dunia, saat Mama tengah di rawat di rumah sakit, pernah sekali aku menangkap basah Papa dan Tante Irma keluar dari kamar yang sama dengan penampilan acak-acakan. Waktu itu aku baru kembali dari rumah sakit, karena malam harinya aku nginap di rumah sakit menjaga Mama.
Saat aku menanyakan habis ngapain aja mereka di dalam kamar berduaan, Tante Irma mengatakan kalau dirinya habis membantu Papa mengambil pakaian kerja, waktu itu pagi hari, dan kata Tante Irma dirinya memang sengaja datang ke rumah kami pagi-pagi sekali karena ingin membantu mengurus rumah sekalian memasak juga, karena waktu itu pembantu rumah tangga sedang tidak masuk, IRT kami tengah sakit juga.
''Iya, tadi Papa kesulitan mencari pakaian kerja Papa, Amira. Makanya Papa minta bantu sama Tante Irma. Kamu 'kan tahu sendiri, selama ini Mama selalu melayani dan mengurus keperluan Papa dengan sangat baik, hingga saat Mama sakit, Papa jadi sangat repot mengurus diri Papa sendiri,'' jelas Papa.
Aku yang memang masih terlalu polos waktu itu percaya percaya saja sama apa yang di katakan oleh Tante Irma dan Papa, aku sama sekali tak menaruh rasa curiga sedikitpun kepada mereka, aku menganggap Tante Irma beneran tulus berbuat baik kepada keluarga kami. Tapi pada akhirnya sekarang saat Tante Irma sudah menjadi Mama tiri aku, aku sudah bisa melihat dengan jelas bagaimana watak aslinya, Tante Irma merupakan wanita yang licik dan jahat, ia selalu pilih kasih memperlakukan aku dan kak Arumi.
Sekarang aku begitu yakin, mungkin dulu Mama bisa terkena serangan jantung karena perbuatan Papa dan Tante Irma, mereka mungkin telah berselingkuh di belakang Mama. Mungkin? Iya sekarang hanya kemungkinan kemungkinan saja yang bisa aku katakan, karena aku belum punya bukti tentang perselingkuhan mereka. Kalau beneran mereka selingkuh, maka aku tidak akan pernah memaafkan Papa dan Tante Irma. Perlahan aku akan mulai mencari bukti-bukti tersebut, meskipun terlambat tapi tidak apa-apa, dari pada tidak sama sekali.
Lamunan aku buyar saat seorang Dosen masuk dan memberi salam kepada kami. Akupun akhirnya fokus menyimak materi yang Dosen jelaskan.
Setelah beberapa menit berlalu, akhir nya jam pelajaran pertama selesai, kini, waktu istirahat telah datang.
Teman-teman sekelas tampak sudah mulai keluar. Aku masih duduk di kursi dengan tak bersemangat.
''Amira, ke kantin, yuk,'' ajak Serli teman yang paling dekat dengan ku.
''Iya, Ser,'' sahut ku mengangguk kecil.
Kami berjalan berdampingan menuju kantin, sebenarnya perut ku masih kenyang, tapi karena aku tidak mau di dalam kelas sendirian akhir nya aku menerima ajakan Serli. Kalau aku terus-terusan sendiri, bisa-bisa kepala ku semakin pusing memikirkan rumitnya hidup yang aku jalani.
Saat aku dan Serli sedang mengobrol ringan sambil berjalan ke kantin, tiba-tiba aku merasa sebuah tangan menarik lenganku. Aku menoleh, ternyata orang yang telah berani menarik lenganku adalah Kak Arumi, aku benar-benar tidak menyadari kehadiran Kak Arumi.
''Lepas!'' aku mengibas kasar tangan Kak Arumi, hingga pegangan tangan nya terlepas. Kini, kami sudah berdiri dengan saling berhadapan.
''Lu, ngapain di sini, Amira?'' tanya Kak Arumi menatap ku tak suka.
''Ser, kita di sini ngapain? Ck!'' aku melempar tanya kepada Serli.
''Ya kuliah lah, emang ngapain lagi,'' sahut Serli terkekeh kecil. Aku pun tersenyum puas mendengar nya.
Aku melihat wajah Kak Arumi telah memerah mendengar perkataan aku dan Serli. Mungkin ia merasa aku telah mengolok-olok dirinya.
''Heh, ngapain lu kembali kuliah kuliah segala? Muak tauk nggak gue lihat wajah lu di sini!'' Arumi mendorong dada ku dengan jari telunjuknya, mendapati perlakuan seperti itu, rasanya ingin aku membalas dengan menarik rambut nya, tapi Serli malah memegang lengan ku, ia mencoba mencegah agar aku tak berbuat nekad.
''Ya terserah aku lah. Kenapa Kakak yang sewot, emang aku ngerepotin Kakak? Emang aku kuliah pake uang Kakak?'' balas ku tak mau kalah, kali ini aku tak mau lagi di perlakukan secara semena-mena oleh Arumi.
''Oh, bagus, ya. Semenjak menikah lu sekarang udah mulai belagu sama gue. Udah merasa hebat lu sekarang?'' ucapnya lagi dengan suara keras. Wajahnya semakin memerah menatap ku. Dua orang teman nya yang ada di sisi kanan dan kirinya juga menatapku tak suka.
''Udah ah, males. Ayo, Ser,'' aku memilih berlalu dari hadapan Arumi, rasanya buang-buang waktu saja meladeni dirinya.
''Awas aja lu Amira, gue adukan sama Papa dan Mama karena lu telah bersikap tidak sopan sama gue,'' ancamnya.
''Adukan saja, aku enggak takut tuh!'' balasku tanpa menoleh ke arahnya. Aku dan Serli melangkah kedepan dengan berdampingan.
''Brengsek lu!'' masih aku dengar suara Arumi yang berteriak nyaring.
''Arumi ada masalah apa sih sama kamu, Amira?'' tanya Serli saat kami sudah berada di kantin.
''Enggak tahu juga aku, Ser,'' aku mengedik bahu.
Setelah itu kami memesan makanan dan minuman pada ibu kantin. Serli memesan mie rebus dan jus jeruk, sementara aku memesan jus jeruk saja.
***
Aku melangkahkan kaki memasuki rumah dengan langkah kaki gontai, hari ini aku merasa tubuh ku sedikit tidak enak, rasanya aku mau demam saja. Kepalaku pusing dengan tubuh panas dingin.
Aku berjalan menuju kamar, begitu sudah sampai di dalam kamar, aku melepaskan sepatu pansus, meletakkan tas, lalu aku membaringkan tubuhku di atas kasur yang empuk.
Perlahan aku mulai memejamkan mata, hingga setelah itu rasanya aku telah berada di tempat yang berbeda. Aku kini sudah berada di hamparan tanah yang luas dengan di tumbuhi rumput rumput berwarna kehijauan, bunga-bunga yang indah juga terlihat di tempat aku berdiri. Jauh mataku memandang melihat area sekitar, hingga aku melihat seorang wanita cantik tengah menatap ku lekat dengan sudut bibir di tarik ke dalam. Wanita itu menghampiri aku, lalu saat dirinya sudah berada tepat di hadapan aku, ia meraup kedua pipi ku dengan tangannya yang terasa hangat, kehangatan yang membuat aku merasa nyaman. Wanita yang ada di hadapan aku begitu mirip sama Mama, tapi wajahnya terlihat lebih muda dan bercahaya.
''Mama,'' ucapku begitu saja.
''Iya, ini Mama, Sayang,''
''Mama cantik sekali,''
''Kamu juga cantik, Sayang,''
''Aku sangat merindukan, Mama,'' aku langsung saja memeluk tubuh Mama dengan bagitu erat. Mama pun sama, beliau juga memeluk tubuh ku, tangannya yang satu membelai punggung ku. Aku tak percaya bisa bertemu dengan Mama.
''Mama, jangan tinggalkan aku lagi, rasanya aku tidak sanggup hidup tanpa Mama di sisi ku. Aku ingin selalu berada di dekat Mama untuk selamanya,'' ungkap ku. Air mataku sudah menetes membasahi pipi.
''Sayang, Mama tahu kamu adalah anak Mama yang kuat, kamu mampu melewati semuanya Sayang,'' kini, pelukan kami sudah terlepas, kami saling memandang lekat. Mama menghapus air mata ku, sentuhan tangannya di pipiku terasa begitu lembut.
''Tapi, Ma,''
''Mama percaya sama kamu, Nak.'' Tubuh Mama perlahan mulai menjauh dari aku, aku berjalan mengikuti nya.
''Mama mau ke mana? Jangan tinggalkan aku lagi, aku mau ikut Mama,''
''Tugas mu di dunia belum selesai Sayang. Nanti akan tiba saatnya kita akan berkumpul bersama, sekarang, hidup lah dengan baik dan dengan penuh kebahagiaan. Mama mencintaimu,'' Mama tersenyum mengembang ketika mengatakan itu, hingga setelah itu tubuh Mama menghilang di dalam kabut yang tiba-tiba datang.
''Mama . . .'' teriakku.
Hingga setelah itu, aku merasa sebuah dekapan hangat aku rasakan di tubuh ku. Aku sudah duduk di atas kasur, dan saat ini Mas Edward tengah memeluk tubuh ku.
''Sayang, sudah, tidak ada apa-apa. Kamu jangan takut, Mas berjanji setelah ini Mas akan selalu ada di sisi mu. Maafkan Mas, Sayang. Maaf,'' perkataan Mas Edward terdengar begitu bersungguh-sungguh. Aku tidak menyadari kapan Mas Edward pulang. Setelah itu suamiku perlahan menghapus keringat dingin yang membasahi keningku dengan sapu tangan nya. Wajahnya yang tampan nampak cemas dan khawatir.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
😭😭😭😭😭
2023-02-17
0
Yoo anna 💞
dih dasar kakak tiri gila...
dasar laki-laki bodoh nyari istri yg bisa muasin dia aja,, bukan nyari istri yang sayang keluarga... papa macam apa itu
2023-02-17
0