Derdapat sebuah desa kecil, yang terletak di sebelah timur dari tanah pajajaran.
Desa tersebut adalah desa yang pernah di hancurkan dan di rebut oleh kerajan pajajaran.
Diam-diam seorang pendekar yang bernama Pitung membangun kembali desa tersebut, bersama orang-orang yang tersisa di desa tersebut.
Desa tersebut orang-orangnya berasal dari suku betawi, dan yang tinggal di sana hanya 20 orang saja.
Mereka bisa bertahan sampai sekarang ini, adalah hasil dari Pitung menjadi Perompak jalanan.
Setiap siapa pun orang yang melewati jalan yang ia jadikan target, mereka harus membayar sebuah upeti, jika ingin lewat jalan tersebut.
*Adik dari Pangeran Arjuna yang bernama Mutia. Ia tinggal di istana kediaman ibundanya Ratu Ratna, dan sekarang ia sedang ingin berkunjung ke istana kakangnya Arjuna.
Dengan menggunakan sebuah delman dan di temani bersama pelayan-pelayan dan juga perajuritnya.
Mereka berjalan melewati tempat yang di jadikan target oleh pendekar Pitung.
Tibalah Pitung di depan mereka. "Ente pengen lewat sini, ente kudu bayar upeti ke ane, ente semue paham." Ucap tegas Pitung kepada perajurit Mutia.
"Sipa kau, berani sekali menghalangi jalan kami. Cepat kau menyingkir dari jalan kami." Ucap tegas salahsatu Perajurit Mutia kepada Pitung.
"Gue udah bilang, kalo ente pengen lewat jalan enih. Ente mesti bayar upeti ke ane budeg." Saut Pitung sambil menggosok siwak ke giginya.
"Berengsek juga ini orang, kita hajar saja dia." Ucapnya seorang perajurit Mutia.
Dan langsung saja mereka semua para perajurit-perajurit Mutia mendekat kepada Pitung untuk menghajarnya.
Dengan senyuman sinisnya Pitung bersiap melawan mereka semua walaupun sendirian.
Pitung mencabut golok dari sarungnya, dan berlari mendekat kepada perajurit tersebut.
"Tering, tering, tering." Suara adu senjata terdengar.
"Bak, big, buk." Suara pukulan terdengar.
Mutia keluar dari kereta delman, Untuk menghentikan pertarungan tersebut.
"Hentikan..." Teriak Putri Mutia.
"Aku akan memberikan upeti kepada mu, berapa yang kau inginkan." Ucapnya Putri Mutia pada Pitung.
"Nggak banyak ko, cuma satu kotak emas." Saut Pitung kepada Putri Mutia.
"Bedebah, itu namanya perampokan." Ucap Putri Mutia pada Pitung.
"Miskin sekali kalian, Padahal kalian kan dari kalangan istana kerajaan. Cuma segitu saja masa kagak bisa." Saut Pitung kepada Putri Mutia.
"Berikan saja apa yang dia minta. Dan cepat kita pergi dari sini." Ucapnya Putri Mutia memerintahkan pelayannya untuk memberikan apa yang Pitung minta.
"Nah gitu dong, kan gampang." Ucap Pitung.
Pitung mendunduk lalu mempersilahkan mereka lewat.
"Selamat jalan Tuan Putri, Semoga tidak bertemu lagi orang seperti saya di jala." Ucapnya Pitung Sambil tersenyum setelah di berikanya satu kotak emas.
Setelah Semua pasukannya telah berjalan kembali.
"Dadah." Ucap Pitung sambil melambangkan tangan kepada mereka.
Lalu Pitung kembali kedalam desanya.
Setelah tibanya ia di desa, Pitung masuk ke perkumpulan kelompoknya.
Setelah didalam sana, ia mengumpulkan kelompoknya.
"Aku mendapat jarahan yang lumayan besar, gunakanlah harta ini sebaik mungkin. Aku memutuskan untuk pergi ke tanah pajajaran untuk mencari tahu seluk-beluk kerajan pajajaran, setelah aku mempelajari semuanya. Aku akan datang kembali kesini dan kita akan membalaskan dendam kita ini kepada kerajan pajajaran." Ucapnya Pitung kepada orang-orangnya.
"Aku ikut bersama mu abang." Saut Ji'ih adik Pitung.
"Tidak, kau harus me jadi pimpinan di sini selama aku pergi. Melindungi mereka adalah tugas mu sekarang."Ucap tegas Pitung kepada adiknya.
"Baiklah bang. Hati-hati kau di sana. Dan cepatlah kembali kesini untuk menjadi pimpinan kami lagi." Ucap Ji'ih kepada Abangnya Pitung.
Lalu pergilah Pitung dari tempatnya sekarang menuju tanah pajajaran.
*Sementara itu, di dalam gua tempat persembunyian Arka.
Dari waktu itu yang di bicarakan Kadita pada Arka, yang mengatakan bahwa jalan yang di tempuhnya ini adalah salah.
Entah kenapa setelah di bilang seperti itu oleh Kadit hati Arka luluh dengan ucapannya itu. Mungkin karena Arka mengenal sifat-sifat baik Putri Kadita selama ia masih di kerajaan dulu.
Ketika Arka menolak keinginan Putri Kadita untuk membantunya, dan dia tidak mau melihat Putri Yang baik hati terjerumuskan olehnya kejalan yang salah.
Sekarang dia sadar, bukan hanya Kadita saja. Ada Sari dan Dik Aini bersamanya.
Setelah memikirkan hal itu, Arka terdorong untuk mengubah jalan pikirannya.
Tapi dia masih bingung dan bimbang harus seperti apa jalan yang harus di ambilnya sekarang.
Sari yang melihat Arka sedang gelisah dan kebingungan. Ia menghampiri dan mendekat kepada Arka.
"Kau kenapa Arka, seperti orang yang sedang kebingungan." Ucapnya Sari setelah ada di hadapan Arka.
"Sari, apa kau berpikir jalan yang kita tempuh ini adalah salah." Tanya Arka pada Sari.
"Memang benar jalan kita ini salah, tapi kenapa kau tiba-tiba memikirkan hal bodoh itu." Saut dan tanya balik Sari kepada Arka.
"Sudahlah, tidak perlu kau memikirkan hal itu. Inikan sudah menjadi keputusan kita." Ucapnya lagi Sari pada Arka.
"Kau benar, untuk apa aku repot-repot memikirkan hal tersebut. Lebih baik aku pergi ke untuk menjernihkan pikiranku dulu." Ucap Arka pada Sari.
Lalu Arka berjalan pergi kedalam ibukota dengan berpenampilan seperti seorang Juragan.
Setibanya ia di dalam ibukota pajajaran, lalu dia mendatangi tempat yang di namakan taman.
Dia duduk di tempat duduk yang ada di dekat pohon besar yang sangat sejuk itu.
Tidak lama kemudian datang seorang petapa Agung duduk di dekatnya.
"Ma'af tuan, bolehkah saya duduk di sini juga." Tanya petapa itu kepada Arka.
"Tentu saja, silahkan. Tidak usah sungkan." Saut Arka pada petapa tersebut.
"Akh.. sejuk sekali di sini." Ucap petapa mengajak Arka bicara.
Arka hanya tersenyum dan mengangguk.
"Sayang sekali, jika hanya sedikit orang yang merasakan kesejukan alam ini.
Mungkin perlu seorang pemimpi yang bisa mengajak orang-orang merasakan kesejukan alam ini. [Arka]
Akan tetapi walaupun orang itu biasa mengajak oranglain merasakan kesejukan alam ini. [Arka mengajak Sari dan Aini]
Lalu dia sendiri mencemari udara alam tersebut, mungkin Orang-orang yang di bawanya itu bisa sesak napas dan kemungkinan bisa mati.
[Jalan yang salah]
Di balik ucapan sang petapa, tersembunyi sebuah makna di dalam perkatanya tersebut.
Arka merasakan hal itu. Kemudian hatinya seperti terluluh-lantahkan oleh ucapn dari Sang Petapa tersebut.
"Terimakasih kakek, kalau begitu aku pamit dulu." Ucapnya Arka pada petapa tersebut dan langsung pergi dari tempat itu.
"Kenapa dia itu, dasar aneh. Sudahlah. Aku akan bersantai di sini dulu saja." Ucapnya Sang Petapa Setelah Arka pergi.
Tiba-tiba saja Arka mendapatkan sebuah cara yang lebih baik dari jalan yang di tempuhnya saat ini.
Diapun kembali ke tempat persembunyianyan itu, untuk memberitahukan memusyawarahkannya bersama Sari dan Dik Aini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kaje
Selalu menarik, Kak
2023-02-19
0