Cinta Gadis Tomboi
Perkenalkan. Namaku Aira Salsabila Raharja, umurku tujuh belas tahun. Kalau di rumah keluargaku biasa panggil aku dengan Salsa. Tapi kalau di sekolah aku biasa di panggil Aira.
Aku anaknya cantik lah. Menurutku sih. Aku memang tidak begitu pintar, tapi peringkatku di kelas lumayanlah. Selama kelas satu dan kelas dua aku menduduki peringkat tiga. Yah! Hanya segitulah pencapaianku.
Penampilanku Oke-oke aja kok. Aku bisa dibilang tomboy. Untuk penampilanku aku tidak suka yang muluk-muluk ribet kayak cewek. Makanya aku lebih suka pakai kaos belel dan juga celana Levis sebagai style ku sehari-hari.
Dan segala jenis make up beserta kawan-kawannya itu bukanlah sahabatku. Aku sudah lama tidak berteman dengan mereka. Terakhir kali aku memakai bedak itu saat aku sedang wisuda di SMP dua tahun lalu. Itupun karena paksaan dari Mami ku tercinta.
Papiku bernama Andra Dwi Raharja, sama papi aku kurang dekat. Yaah karena aku tidak bisa menjadi yang papi mau. Aku tidak pernah mencapai target yang ditentukan oleh papi. Yang benar saja! Target papi itu adalah satu kata yaitu, SEMPURNA. Mana ada di dunia ini yang sempurna?
Tapi seorang Safna Tsania Raharja bisa mencapai target Papiku. Dia adalah kakakku satu-satunya. Ya, kami dua bersaudara yang bertolak belakang.
Kakakku itu bisa dikatakan seseorang yang perfect. Dia cantik dengan Body yang aduhai bak gitar Itali, kecerdasannya masih belum tertandingi, dia selalu menjadi juara umum dimanapun dia menempuh pendidikannya. Dan sekarang dia sudah mendapatkan kepercayaan untuk menempati posisi sebagai CEO di salah satu perusahaan papi.
Sifat kakakku yang lemah lembut juga menjadi daya tarik tersendiri. Dia selalu bisa menyelamatkanku dari amarah papi hanya dengan mengeluarkan sedikit suara lembutnya disertai senyum manis yang membingkai bibirnya.
Mamiku bernama Amira Permatasari. Mamiku itu mempunyai wajah yang awet muda. Mami orang yang kalem dan sangat penyayang. Walaupun kadang aku merasa jika kasih sayang yang mamiku berikan padaku berbeda dengan kasih sayang yang diberikannya pada kak Safna. Tapi ya, sudahlah. Memang seperti itulah hidupku. Selalu nomer dua. Tapi tidak dengan para sahabatku yang selalu saling menyayangi. Hehehe
Kebanyakan sahabatku cowok. Ada Ridwan Junaidi yang ganteng tapi playboy cap ikan teri. Wildan Adipati yang paling dewasa di antara kami. Arjuna Andipa Diwangka yang paling cakep diantara ketiga teman laki-lakiku. Dia merupakan kapten tim basket sekolahku dan menjadi incaran para Awewe disini. Tapi sikap dinginnya pada cewek membuatnya menjadi jomblo abadi. Sama kayak aku sih. Hehehe
Nah aku juga punya sahabat cewek. Namanya Mikaila Ananta, dia pacarnya Wildan. Mikaila punya sifat yang serba kebalikan dari sifatku. Entahlah bagaimana awalnya aku bisa berteman dengannya. Tapi selama dua tahun aku sekolah di SMA Bakti Nusa ini, dialah satu-satunya teman cewek yang aku punya.
Pasti penasaran kan gimana sikap temanku Mikaila yang merupakan sisi yang bertolak belakang denganku?
Dia itu cakep, feminim, tutur katanya lembut, menjunjung tinggi yang namanya sopan santun, rajin dalam segala hal dan paling bisa menghargai waktu.
Nah! Pasti sudah tau kan sifatku itu bagaimana sekarang? Ya. Semuanya kebalikan dari sahabatku itu. Aku tuh ya udah tomboy, kata-kata ku kasar, kadang aku juga kurang sopan sih, hehehe, terus aku paling males kalau berurusan dengan kegiatan kewanitaan seperti memasak, berdandan atau apalah dan yang paling parah adalah aku paling sering telat datang ke sekolah.
Dan sifatku yang juga berkebalikan dengan sifat kakakku lah yang membuatku sering kena omel dari papi dan mami. Mereka selalu menginginkan kalau aku jadi seperti kakakku yang serba perfect. Tapi kan aku beda dengan kakakku. Aku bukan bayangannya.
Dan karena itulah aku tidak begitu betah berada di rumah. Aku lebih sering menghabiskan waktuku dengan nongkrong bareng teman-temanku di warung sederhana dekat sekolahku.
Tapi tenang, semua yang ada padaku nggak semuanya buruk kok. Aku dan teman-temanku walaupun kami termasuk anak-anak yang lumayan menguras tenaga para guru di sekolah, kami ini juga merupakan guru yabg baik bagi banyak anak jalanan yang tinggal di salah satu kolong jembatan di daerah sekitar sekolah kami.
Aku dan teman-temanku mendirikan rumah baca di pinggir sungai disana. Kami sering mencari donatur untuk mendanai rumah baca Bintang yang sudah setahun lebih kami dirikan. Ada sekitar dua puluh anak jalanan yang menjadi pengunjung setia dan mereka juga setia mendengarkan pembelajaran sederhana dari kami Siswa-siswi yang di sekolah kami termasuk siswa dengan prestasi pas-pasan.
"Mika waktunya lo yang ngajar anak-anak." kata Juna saat dia telah selesai memberikan pengajarannya pada Mika yang sedang duduk bersantai denganku dan juga Wildan di pos pinggir sungai.
"Siap Bos!" Mikaila segera bangun dari duduknya dan berjalan ke arah rumah petak sederhana yang kami sebut dengan rumah baca Bintang.
"Buku anak-anak banyak yang kena air hujan. Banyak atap yang bocor." kata Juna setelah kepergian Mikaila.
""Heem. Tapi dana kita nipis Bro." jawab Wildan selaku bendahara rumah baca kami.
"Kalo gitu sementara kita tutup pake plastik dulu gimana?" usulku. Ini juga tanggal tua, jadi kami pun sedang seret dana.
"Oke! Kalo untuk itu ada dananya."
"Jun lo lergi sama Ridwan beli plastik." kataku pada Juna.
"Bareng lo aja ya. Capek gue kalo bareng playboy cap ikan teri itu." kata Juna. Juna sudah hafal gimana kelakuan Ridwan di luar sana. Dia pasti akan menggoda para gadis yang ada. Dan tentu saja Arjuna akan terkena imbas dari kegiatan tepe-tepe teman playboynya itu.
"Ck. Lo itu emang nggak bisa diajak seneng-seneng Jun. Percuma lo punya tampang cakep kalo cuma buat pajangan." 8
Tanpa membalas perkataan Ridwan serta menunggu jawaban dariku, Arjuna langsung mengambil uang yang diangsurkan Wildan lalu menarik tanganku.
Setelah aku dan Arjuna mendapatkan plastik yang kami butuhkan, Aku dan teman-temanku langsung melancarkan aksi kami untuk menutupi setiap rak buku agar buku-buku yang kami dapat dengan susah payah dapat terselamatkan dari ganasnya air hujan. Bukankah bagi sebuah buku air adalah salah satu musuhnya setelah api?
Rumah petak yang kami manfaatkan untuk rumah baca itu luasnya empat kali tujuh meter yang kami bagi menjadi dua. Satu bagian kami gunakan untuk tempat membaca dan juga tempat kami membagi sedikit ilmu kami. Dan sebagian lagi kami gunakan untuk tempat rak-rak buku yang kami dapat dari sumbangan para donatur.
Ya. Setiap akhir pekan, aku dan ke empat sahabatku akan pergi ke rumah baca. Jika hari-hari biasanya kami hanya sesekali jika ada sesuatu yang perlu diurus ataupun ketika kami ada waktu senggang. Setiap satu bulan sekali kami akan menemui beberapa donatur untuk meminta sedikit dana untuk mengelola rumah baca kami.
Kami bisa mendirikan rumah baca disini juga mendapat dukungan dari warga sekitar dan dengan sepengetahuan para preman disini. Kami dulu pernah berdebat dengan para preman dan akhirnya kami bisa mendirikan rumah baca Bintang dengan catatan kami akan memberi mereka uang keamanan sebesar dua ratus ribu setiap minggunya pada mereka. Itu sebagai ganti rugi karena anak didik kami adalah anak buah mereka yang akan libur setiap akhir pekan.
Yah, walaupun kami harus membayar untuk itu kami dengan senang hati melakukannya.
Walaupun banyak orang yang mengetahui Kegiatan kami ini, namun nyatanya keluarga kami sendiri tidak ada yang tahu. Jadi sering kami disangka yang macam-macam oleh keluarga kami. Miris.
~♡Aira_1♡~
*
*
*
...Jangan jadi pembaca gaib 👻 ya Reader...😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
nengkirana
kak queenn...maaf sbelumnya🙏 kok cerita han aruna blom di lanjut? aku nunggu banget lho!!🤗🤗 yg ini aku fav dlu aja ya...
2023-02-07
1