Berkat semangkok bakso mercon kemarin, suasana hati Aira sudah kembali baik. Dia juga sudah berkumpul dengan teman-temanmya yang lain. Juna juga lega karena tadi pagi Aira sudah menyapanya dengan pukulan keras di bahunya. Bukankah itu berarti gadis yang kemarin mengibarkan bendera perang padanya sudah memaafkan dirinya. Huh! Dia lega.
Aira dan Juna berjalan di belakang Mikaila dan Wildan yang saling berpegangan tangan. Ridwan sendiri juga berada di belakang mereka dengan dua orang gadis yang baru dia kenalkan pada teman-temannya. Sindy dan Lidya.
Kadang teman-temannya heran, entah dari mana Ridwan selalu mendapat stok gadis yang mau diajak jalan olehnya. Ridwan memang tampan, ramah dan loyal pada setiap gadis yang dibawanya. Tapi, setidaknya playboy cap ikan teri itu selalu membawa gadis lebih dari satu. Apakah Ridwan memang setampan itu sehingga membuat gadis-gadis rela diduakan di depan matanya?
Juna sesekali berusaha merangkul pundak Aira sepanjang perjalanan ke kantin siang itu. Tapi gadis itu selalu menepis lengan kekar Juna. Juna hanya terkekeh mendengar gerutuan gadis tomboy di sampingnya.
"Lama-lama gue patahin tangan Lo Na!" Aira sungguh tidak bersemangat kali ini. Dia yakin jika Juna berhasil mendaratkan tangannya dengan nyaman di pundaknya, akan banyak lirikan sinis yang mengarah kepadanya.
"Ampun Ra." Juna terkekeh. Menggoda gadis di sampingnya sungguh menyenangkan. Kini tangannya punya sasaran lain. Digenggamnya erat tangan Aira. Gadis itu berusaha melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Juna.
"Kalo lo makin berontak, akan makin banyak cewek yang perhatiin kita. Nikmatin aja tangan gue." bisik Juna. Aira mendengus sebal. Lagi-lagi dia kalah dari Juna. Dengan terpaksa dia membiarkan tangan hangat Juna menggengam erat tangannya.
Jarak antara kelas dan kantin lumayan jauh. Mereka yang sudah duduk di kelas dua belas mengharuskan mereka menempati kelas yang dekat dengan ruang guru.
Selama perjalanan, Juna mengayunkan tangannya yang bertautan dengan tangan Aira dengan senyum yang tersungging di bibir kissable nya. Juna seperti seseorang yang baru saja memenangkan sebuah lomba. Tapi baginya kebanggaan saat menggenggam tangan Aira bahkan lebih dari itu. Ya. Gadis itu sulit ditaklukkan. Sedangkan di sampingnya, Aira sendiri berwajah masam. Gerutuan pun tak berhenti keluar dari bibir tipisnya.
Wildan dan Mikaila tersenyum mendengar perdebatan kecil antara Juna dan Aira. Sungguh hiburan menarik bagi mereka selama perjalanan yang lumayan panjang. Keduanya kini yakin bahwa Juna mempunyai rasa yang lain terhadap Aira.
"Wil, gue rasa Juna kepincut sama Aira." bisik Mikaila sambil cekikikan. Dia tadi sempat menoleh ke belakang dan mengetahui wajah cemberut Aira.
"Gue rasa juga begitu Mik. Gue nggak nyangka ternyata yang seperti Aira lah yang bisa menaklukkan hati Juna." Balas Wildan juga berbisik.
"Aira memang berbeda dengan cewek lain."
"Lo benar. Gue rasa mereka cocok."
"Hem. Pasti akan ramai kalau mereka berdua benar-benar jadian." Mikaila kini membayangkan jika mereka berdua benar-benar jadian, hubungan mereka berdua pasti akan ramai dengan perdebatan-perdebatan receh antara keduanya yang amatlah sering terjadi.
Dengan pembicaraan yang berbeda di setiap gandengan, akhirnya mereka ber tujuh sampai di kantin. Kedatangan mereka selalu menyita perhatian. Ya. Lebih khusus mereka memusatkan perhatian pada Juna.
Cowok tampan yang masih single tentu saja menjadi pusat perhatian. Bahkan apabila dia sudah mempunyai pacar sekalipun, saat ini kata-kata bijak seperti "Sebelum janur kuning melengkung. Tikung menikung masih berlangsung." Aneh memang. Zaman sekarang memang seperti itu. Bibit-bibit pelakor bertebaran tumbuh dengan suburnya.
Kini ketujuh remaja yang sejak tadi menjadi pusat perhatian sudah duduk di salah satu bangku kosong di kantin. Kali ini Sindy dan Lidya yang memesankan makanan dan minuman untuk mereka semua. Kadang teman-teman Ridwan bersyukur dengan adanya bantuan dari para gadis yang dibawa Ridwan.
"Dapat stok dari mana lagi Rid?" tanya Mikaila.
"Daun muda. Kelas sepuluh."
"Heran gue. Nggak ada abisnya aja Stok gadis yang dengan sukarela di duakan." tambah Aira.
"Tenang Ra. Kalo lo mau jadi pacar gue. Gue jamin nggak akan pernah merasa diduakan. Because you are the one." Juna menggenggam tangan Aira di atas meja.
"Lama-lama gue tampol juga mulut lo." Aira melepaskan tangannya kasar.
"Kenapa lo nggak iyain aja sih Ra?" tanya Wildan. Dia ingin membantu Juna.
"Lo ikut-ikutan gil* juga Wil?"
"Gue beneran Ra. Gue nggak pernah main-main sama perkataan gue." Juna jujur. Tapi sayangnya Aira selalu menganggapnya bercanda.
"Diam lo." Aira segera menyesap jus jambu yang baru disodorkan padanya. Kini semua diam. Mereka semua tahu itu kode keras dari Aira. Jangan mengganggu Aira saat makan. Kalau tidak, Habislah!
Ridwan menepuk pelan pundak Juna. Dia menjadi kasihan pada teman tampannya itu. Dengan wajah tampan yang selalu berhasil menaklukkan hati gadis manapun, nyatanya tidaklah mempan pada gadis tomboy yang diam-diam mencuri hatinya.
Makanan di meja mereka sudah habis. Hanya menyisakan beberapa camilan yang sudah berkurang dari bungkusnya. Wildan dan Mikaila saling menyuapi di depan Aira dan Juna. Ridwan sendiri seperti seorang raja dengan dua orang selir yang melayaninya. Juna, kapten basket itu tersenyum memandang gadis di sampingnya yang malah asik bermain game di handphone nya. Gadis itu terlihat lebih cantik saat serius.
Trio cantik yang berjalan dengan angkuh akan meninggalkan kantin, nyatanya mereka malah menghentikan langkah mereka tepat di depan meja Aira dan teman-temannya.
"Hai Juna." sapa Bela. Juna hanya menengok sekilas sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada game yang dimainkan Aira.
"Juna, gue mau bicara." lanjut Bela.
"Mau bicara, ya bicara aja. Nggak ada yang ngelarang." kata Juna tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Gue pengen bicara berdua sama lo."
"Maaf sibuk."
"Huft. Jun nanti malam jalan yuk." ajak Bela. Kini dia sudah berada di samping Juna. Berdiri tepat di samping cowok tampan itu.
"Sorry nggak ada waktu."
"Lo kenapa sih Jun malah milih cewek jadi-jadian itu." Bela melirik sinis pada gadis di samping Juna yang fokus pada game nya.
"Kalo lo udah selesai. Silahkan pergi." Juna menatap tajam pada ketiga cewek yang berdiri angkuh di dekat meja mereka.
"Ayolah Jun sekali saja."
"Pergi gue bilang."
"Gue pergi kalo lo setuju buat jalan sama gue."
"Lo benar-benar menguji kesabaran gue Bel."
"Ck. Kalian berisik sekali." Aira segera bangun dari duduknya tanpa berpaling dari layar handphone miliknya yang menampilkan salah satu permainan yang menjadikan cacing sebagai peran utamanya. Semua temannya mengikuti gerakannya. Lagipula jam istirahat akan segera berakhir.
Juna merangkul pundak gadis yang tidak mengalihkan perhatiannya dari layar handphone miliknya. Kini dia membiarkan lengan kekar Juna bertengger nyaman di pundaknya. Aira harus konsentrasi sekarang, atau kalau tidak, cacing yang sudah besar akan menabrak dan mati. Kan sayang.
Setidaknya dengan membiarkan Juna merangkulnya, sahabatnya itu akan membimbing jalannya hingga dia selamat sampai di kelasnya. Tanpa ada kecelakaan menabrak tembok misalnya.
Gadis itu tidak lagi berfikir tatapan sinis yang mengarah padanya. Dia sudah kenyang dengan nyinyiran orang Lain. Biarkan saja. Yang penting cacing yang bergerak di handphone tumbuh subur tanpa gangguan.
Juna tersenyum melihat gadis di sebelahnya yang sedang menikmati gamenya. Bisakah dia berharap jika gadis itu akan selalu bermain dengan handphone nya hingga membiarkan lengan kokohnya merangkul pundaknya.
Wildan dan Mikaila tersenyum melihat Juna dan Aira. Sungguh pasangan yang serasi. Tanpa mereka sadari mereka saling melengkapi dan saling membutuhkan. Aira membutuhkan Juna untuk menemaninya, karena selama ini Juna lah yang selalu setia menemani Aira. Sedangkan Juna, tanpa Aira sadari, dialah yang menjauhkan gadis-gadis yang menatap Juna dengan pandangan kagum dan ingin mendekati cowok tampan itu.
*
*
*
...Jangan lupa Like 👍...
...VOTE 😎 dan Rate 🌟lima...
...Komentar 📝, Kritik 📨dan Saran 📩...
...juga selalu dinanti😍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments