Seorang laki-laki tampan sedang uring-uringan dari pagi tadi. Sore ini seharusnya dia menemani gadis incarannya. Tapi gara-gara klien memundurkan jadwal meeting yang seharusnya dijadwalkan pukul sepuluh pagi harus di undur hingga setelah makan siang. Padahal dia sedang berada di negeri tetangga yang setidaknya memakan waktu tiga jam untuk kembali ke tanah airnya tempat dimana gadis incarannya berada.
Reno, sekretarisnya tidak berani berhadapan dengan Elang. Ya laki-laki itu adalah Elang. Sore ini sebenarnya dia ada janji dengan Aira untuk ikut gadis SMA itu pergi ke rumah baca. Tapi, Tuan Hasan memundurkan meeting mereka karena sang istri yang sedang hamil minta di temani untuk berbelanja keperluan bayi.
Reno hanya tertunduk di depan atasannya yang dari tadi mondar-mandir di kamar hotel tempatnya menginap.
"Tuan sebaiknya kita turun sekarang. Sepuluh menit lagi meeting akan dimulai." dengan takut, Reno mengingatkan jadwal pada atasan galaknya itu.
"Huft. Baiklah ayo kita berangkat."
Reno akhirnya lega saat wajah atasan yang dari tadi terlihat uring-uringan sudah berubah menjadi datar seperti biasanya. Dia segera mengambil semua berkas yang diperlukan untuk meeting dengan tuan Hasan.
Elang berjalan dengan gagahnya dengan Reno yang setia berjalan di belakangnya. Keduanya menjadi pusat perhatian saat memasuki restoran di lantai dua hotel itu.
Reno memiliki wajah yang juga tampan. Di PT. AMT Globalindo dia merupakan idola ke 2 setelah sang atasannya sendiri. Tapi sifatnya berbeda dengan bos yang selali memasang wajah datar. Reno sendiri lebih ramah dan terkadang humoris.
Hari ini mungkin hari sial untuk Elang. Rapat yang seharusnya berjalan satu jam malah berlangsung selama dua jam. Sifat tuan Hasan yang bertele-tele dan tidak bisa diajak serius membuat pembahasan mereka berlangsung lama.
Elang keluar ruang VIP restoran dengan wajah ditekuk. Bukan sebab kegagalan yang dia dapat, tapi lebih kepada rasa kesalnya karena tidak dapat pulang malam ini. Tepat saat dia akan keluar ruanga Reno memberitahu bahwa penerbangan mereka di delay karena cuaca buruk. Di luar memang sedang turun hujan deras.
Akhirnya Elang kembali ke kamar hotel mereka. Sedangkan Reno pergi ke resepsionis hotel untuk menambah kamar. Mereka hanya menyewa satu kamar karena mereka memang tidak berniat menginap.
"Papa harus ganti rugi untuk semua ini." gumam Elang. Ia ingat kemarin ayahnya dengan seenaknya menyuruhnya untuk menggantikannya meeting dengan tuan Hasan.
Flash Back on...
Di sebuah dapur apartemen mewah, seorang laki-laki sibuk dengan berbagai peralatan dapur. Laki-laki itu adalah Elang. Biasa hidup sendiri di luar negri saat kuliah s-1 dan S-2 nya, membuat Elang terbiasa berkutat di dapur untuk memasak makanan untuk dirinya sendiri. Sehingga saat dia pulang satu tahun lalu, Elang memutuskan untuk meninggalkan Mansion orang tuanya dan keluar dari zona aman dan tinggal di apartemen miliknya.
Suara bel pintu membuatnya menghentikan aktifitasnya untuk sementara. Dia memutar knop kompor untuk mengecilkan api agar sosis yang sedang digorengnya tidak gosong. Dengan langkah besar dia menuju pintu apartemennya. Dia sengaja untuk merahasiakan kode apartemennya tidak diketahui siapapun kecuali Reno agar dia memiliki privasi mengingat kedua orang tuanya kadang memiliki sikap yang ajaib.
"Papa" Sapa Elang ketika dilihatnya laki-laki paruh baya yang tersenyum di balik pintu. Elang segera masuk dan diikuti oleh papanya. Elang kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur. Setelah sosis matang, Elang meletakkan sosis goreng itu di atas pasta yang telah dia masak dan telah di letakkan ke atas dua buah piring.
Adrian, papanya yang dari tadi duduk di meja makan tersenyum saat melihat anak semata wayangnya meletakkan piring berisi pasta karya anak laki-lakinya itu di depannya. Adrian langsung memasukkan pasta itu ke dalam mulutnya. Malam itu memang dia belum sempat makan setelah mengantarkan sang istri dari salon tadi dia langsung pergi ke apartemen anaknya.
"Perfectto." kata Adrian sambil menyatukan ibu jari dan telunjuknya dan memainkannya di depan bibirnya. "Perempuan yang jadi istri mu pasti beruntung mempunyai suami yang pintar masak sepertimu." lanjutnya saat dia menggeser piring yang isinya telah pindah ke dalam perutnya.
"Hem." Elang segera menumpuk piring Adrian dan piringnya sendiri untuk dibawa ke dapur untuk dicuci. Elang ini tipe pria yang cinta kebersihan dan kerapian. Jadi dia tidak suka menumpuk piring kotor. Tapi beda saat melihat Aira yang sering berpenampilan kurang rapi, ia malah suka. Aneh.
"Papa ada apa kesini?" to the point Elang setelah dia duduk di sofa di samping sang papa yang tengah menonton pertandingan sepak bola di televisi layar lebar miliknya.
"Papa hanya ingin berkunjung. Memang tidak boleh?"
"Ck. Cepat katakan pa. Elang tahu papa tidak mungkin repot-repot kesini kalau tidak ada apa-apa."
"Kamu memang anak papa Boy!" Adrian memukul bahu anaknya keras. Elang mengusap bahunya yang baru dipukul papanya. "Besok mamamu meminta Papa untuk menemaninya mengunjungi nenek. Besok papa ada jadwal meeting dengan tuan Hasan di Malaysia. Jadi papa minta kamu menggantikan papa." Adrian memandang lekat wajah sang anak. Baginya istrinya adalah prioritas untuknya.
"Tapi pa. Besok weekend. Dan Elang sudah punya janji dengan seseorang sore hari."
"Ayolah Lang. Hitung-hitung buat kamu belajar juga sebelum papa melepas AMT sepenuhnya padamu. Besok saat itu tiba kamu juga harus siap sedia kapanpun. dibutuhkan. Jadi mulailah belajar dari sekarang."
Elang mendesah. Memang benar apa yang dikatakan Papanya. Sebagai anak semata wayang, tentu dia harus siap jika sewaktu-waktu dia akan diberi tanggung jawab besar untuk memimpin perusahaan yang membawahi ribuan karyawan itu.
"Jam berapa Meetingnya?"
"Menurut jadwal jam sepuluh pagi." Adrian menautkan alisnya berfikir. Dia sudah lam bekerja sama dengan tuan Hasan. Dia tahu karakter tuan Hasan yang kadang sulit diajak serius saat meeting karena tuan Hasan adalah tipe orang yang tidak suka suasana canggung dan terlalu serius. Dia sering mengubah jadwal seenaknya.
Elang sedikit lega. Jadi setelah meeting dia bisa langsung pulang dan pergi ke taman baca untuk bertemu dengan Aira. Gadis manis yang selalu memenuhi fikirannya sejak dua bulan lalu. Huh! Bahkan dia masih jalan di tempat untuk mendekati gadis itu.
"Semua yang kamu butuhkan sudah aku serahkan pada Reno. Aku juga sudah meminta Norman untuk mengirim bahan untuk presentasi ke email mu." Adrian menatap anaknya yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Tapi dia yakin yang difikirkan anaknya itu bukanlah masalah pekerjaan.
"Kamu janjian sama siapa Boy?" Adrian penasaran.
"Teman."
"Laki-laki apa perempuan?" Elang mengernyit. Papanya ini tidak seperti biasanya. Papanya tidak pernah kepo dengan kehidupannya.
"Carilah pacar Boy. Kenalkan pada papa dan mama."
Elang tersenyum tipis. Ingat itu, tipis. Bahkan Adrian yang berada di depannya bahkan melihat wajahnya tak menyadari senyum tipis itu. Senyum tipis yang terbit hanya karena mengingat satu nama, Aira. Gadis SMA itu selalu menarik di matanya.
Flash Back off....
*
*
*
*
...Jangan lupa like 👍...
...VOTE 😇 dan Rate 🌟...
...Ramaikan kolom komentarnya... 😎...
...Salam sayang 😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
M Raihan Afif Siahaan
jadi ingat aira kan
😂
2024-07-24
1