Sepulang sekolah, Aira dan Ridwan pergi untuk mencari donatur baru. Merdeka berdua sudah mendatangani tiga perusahaan. Tapi dari ketiganya tidak mendapatkan hasil.
Bahkan, di salah satu perusahaan merrka malah diusir secara kasar oleh satpam.
"Permisi mbak." Aira menemui resepsionis yang berada di lobi perusahaan itu.
"Ada apa dek?"
"Maaf mbak, kami dari "Rumah Baca Bintang" ingin mengajukan permohonan donatur." kata Aira sopan.
Mbak-mbak resepsionis itu mengamati penampilan kedua remaja yang ada di depannya. Aira yang kali ini memakai kemeja lengan panjang berwarna hijau muda dengan celana jeans ketat, rambut dikuncir kuda seperti biasa.
Sedangkan Ridwan memakai kemeja kaos lengan pendek berwarna hitam dengan celana jeans yang sobek di bagian lututnya.
"Kalian penipu ya?!" kesimpulan akhir resepsionis itu setelah memperhatikan penampilan Aira dan Ridwan. Dari wajahnya saja kelihatan mereka masih seusia SMA. Mengapa mereka minta permohonan donatur. Buat apa coba?
"Bukan mbak. Mbak bisa baca Proposal kami dulu." Aira menyerahkan map berwarna biru tua itu.
"Tidak perlu. Kalian keluar saja."
"Mbak bahkan belum membacanya."
"Keluar atau saya panggil Security." kata Mbak resepsionis itu sambil menunjuk Aira dan Ridwan dengan telunjuknya.
"Mbak jangan sombong! Mentang-mentang kerja di tempat bagus seenaknya menilai orang!" Ridwan yang mulai terpancing amarahnya berteriak pada resepsionis itu.
"Security-security!" teriakan resepsionis itu langsung mendapat respons dari dua orang laki-laki berbadan besar yang memakai seragam hitam putih itu masuk ke lobi.
"Tolong usir mereka pak" perintah yang membuat Aira dan Ridwan kini di usir dengan cara memalukan dari sana.
Setelah kejadian pengusiran itu, Aira mengajak Ridwan untuk istirahat sebentar untuk mendinginkan hati mereka.
"Seharusnya lo bisa mengontrol diri Rid." kata Aira setelah menyedot es sari tebu yang dibelinya.
"Emosi gue Ra. Seenaknya aja tu orang. Mentang-mentang pakaian kita kayak gini, kita dikira penipu."
"Udahlah Rid. Manusia kan memang gitu. Nggak usah dimasukin hati. Malah kita yang kena darah tinggi nanti."
"Kalo masalah kesabaran emang lo jagonya." Ridwan menepuk pundak Aira pelan.
"Sudah tenang? Ayo lanjut." Aira melempar gelas plastik yang isinya sudah habis itu ke dalam tong sampah.
"Oke." Ridwan melakukan hal yang sama.
Mereka berdua kembali menaiki motor mereka masing-masing menuju perusahaan yang sudah mereka sepakati sebelumnya.
Kini mereka tiba di halaman perusahaan besar. Di depan gedung ada tulisan PT. AMT Globalindo berukuran besar berwarna keemasan.
"Kali ini kita mesti dapet. Lo harus bisa kontrol emosi. Lo diam nggak usah ikut bicara nanti disana." Aira menoleh Ridwan sebelum mereka memasuki gedung besar itu
"Oke Ra."
"Ada yang bisa saya bantu dek?" tanya mbak resepsionis dengan nametag bertulis nama Yosi di dadanya itu.
"Mbak, kami mau mengajukan permohonan donatur ke perusahaan ini."
"Ow. Langsung ke bagian humas saja dek. Lurus lorong kedua. Nanti pintunya ada tulisan Humas."
"Baik mbak. Terima kasih."
Aira dan Ridwan segera berjalan menuju ruang yang dimaksud Yosi tadi. Dari kejauhan ruangan bertuliskan humas itu sudah kelihatan. Aira dan Ridwan saling melirik dan tersenyum.
Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang dirasakan oleh Aira dan harus segera dituntaskan.
"Rid. Gue ke toilet bentar ya. Kebelet pipis gue."
Dengan berat hati akhirnya Ridwan menerima map berisi Proposal yang daritadi dipegang oleh Aira. Kini dia harus menunggu Aira dengan duduk diam di salah satu sofa di sudut ruangan.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Aira dapat menemukan toilet yang ada di ujung lorong. Setelah beberapa menit di dalam toilet Aira keluar toilet dengan perasaan lega.
"Untung aja keburu." gumamnya ketika berjalan kembali ke ruangan tujuan awalnya.
Ting
Suara handphone nya sontak membuatnya merogoh saku celana tempat benda pipih itu berada. Dilihatnya ada pesan Whatsapp dari Juna.
ArJones😎🗨 Lo dmn Ra?
^^^Gue msh di prshn. Blm dpt 🗨 Air_aSal👾^^^
ArJones😎 🗨 Ok. Smngt!
Brukk
Aira tidak sengaja menabrak seseorang yang juga sama dengan dirinya, berjalan sambil menunduk. Jidat Aira menabrak dada orang itu. Dia sampai mundur satu langkah karena tabrakan itu.
"Aduh." Aira mengelus dahinya yang berdenyut setelah menabrak sesuatu yang lumayan keras. Orang yang menabrak Aira memperhatikan Aira yang meringis setelah menabrak dada bidangnya.
"Apa sih keras banget. Nggak mungkin kan kalo ada tiang di tengah jalan kayak gini." lanjut Aira sambil mengelus keningnya yang berdenyut. Orang itu menaikkan alisnya mendengar ucapan Aira.
"Kalau mau tau apa yang baru saja kamu tabrak, lihat dong!" mendengar suara bass di depannya, Aira seketika mengangkat wajahnya. Di depannya dia melihat seorang laki-laki tampan dengan bibir tipis, hidung mancung, alis yang tebal, serta sorot mata yang tajam sedang memperhatikan nya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Maaf mas. Nggak sengaja." kata Aira sambil nyengir sebelum pergi dari hadapan laki-laki itu. Laki-laki itu memperhatikan pergerakan Aira yang berjalan terburu-buru sampai dia hilang setelah dia berbelok.
"Menarik." gumam laki-laki itu.
Elang Dirgantara Mahes. Seorang laki-laki berumur dua puluh lima tahun, anak dari pemilik perusahaan tempat Aira berada saat ini. Dia disana sebagai CEO dari perusahaan ayahnya.
Dia adalah seorang atasan yang bisa di bilang kejam, berwajah datar dan bersifat dingin. Dia tidak akan segan-segan memecat karyawannya yang kinerjanya kurang baik.
Wajahnya yang tampan selalu mampu membuatnya menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada. Tatapan matanya yang setajam namanya membuatnya mampu menaklukkan setiap wanita yang berada di dekatnya. Namun juga menimbulkan ketakutan bagi mereka yang berani memprovokasinya.
Namun sampai sekarang belum ada seorangpun gadis yang pernah menjadi kekasihnya.
Elang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin dari sebuah perusahaan besar. Dia selalu serius belajar untuk menjadi layak sebagai Presdir di masa depan sehingga dia tidak punya waktu untuk dekat dengan makhluk bernama wanita.
Walaupun di luar sana banyak wanita yang antri untuk menjadi kekasihnya, bahkan mereka dengan suka rela melempar tubuh mereka ke atas ranjang sang CEO muda itu, namun tak sekalipun Elang menanggapi mereka.
Entah mengapa, saat melihat Aira dirinya tertarik untuk memperhatikan tingkah gadis yang menurutnya lucu. Mendengar gumaman Aira mampu membuatnya menarik sudut bibirnya walau hanya sedikit.
"Lama banget sih Ra." wajah kesal Ridwan menyapa Aira yang baru saja kembali.
"Sorry."
"Yang lo keluarin apa sih Ra?"
"Ya air lah. Emang apa lagi?"
"Batu kali."
"Lo pengen gue sakit?"
"Ya kali pipis aja hampir setengah jam."
"Perusahaan ini luas. Buat temuin toilet aja butuh waktu lama. Udah gitu tadi ada accident dikit."
"Accident apa?"
"Gue nggak sengaja nabrak orang. Dada orang itu keras banget Rid. Sampek nyut-nyutan jidat gue." Aira kembali teringat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Pala lo yang kerasnya kayak batu ini ada yang kalahin Ra?" Ridwan memukul ringan kening Aira.
"Ngajak duel lo?" sarkas Aira.
"Sorry-sorry. Ya sudahlah ayo cepet masuk. Cewek gue udah minta dijemput."
"Huu pacaran mulu. Cewek lo yang mana lagi?"
"Fita, anak X IPS."
"Lo udah putus sama Nina? Bukannya kemaren lo baru jalan sama dia?"
"Belom. Gue kan masih dalam masa percobaan."
"Awas lo kena karma."
"Itu urusan nanti. Yang penting sekarang dinikmatin dulu."
"Serah lah"
*
*
*
...Jangan lupa TINGGALIN jejak ya... 😘...
...Jangan jadi pembaca gaib 👻, Sempatkan menyentuh tanda 👍setelah membaca okeh 😉...
...Love You all 😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments