🌻Percayakah kamu pada keberuntungan? Keberuntungan akan datang jika kita harapkan. Jadi, Berdo'alah agar selalu bertemu dengan keberuntungan.🌻
Pagi ini, Aira sudah berdiri di halte bis dekat rumahnya. Dia hanya pamit pada para pekerja dirumahnya. Hari ini dia malas walau hanya melihat wajah laki-laki yang selalu memandang remeh dirinya.
Aira berdiri sambil memainkan handphonenya. Memeriksa jika ada berita terbaru yang ada di sosmednya. Dia memang bukan seorang gadis yang aktif di sosmed. Aira hanya membukanya sesekali di waktu senggang. Itupun jika dia lagi mood.
Sudah setengah jam Aira berdiri sendirian di halte itu sambil sesekali ikut menyanyi saat mendengar lagu yang diputar di handphone miliknya melalui headphone yang dipasang di kedua telinganya.
Tin tin suara klakson mobil yang keras membuat Aira menoleh pada mobil yang berdiri di depannya. Dia mengernyit karena tidak mengenal mobil mewah berwarna hitam itu.
"Hai Ra." sapa seorang dari dalam mobil setelah kaca mobil itu terbuka.
"Eh mas Elang." Aira kini melihat makhluk tampan itu lagi setelah hampir satu bulan berlalu. Aira segera mendekati mobil itu sambil melepaskan headphone dari telinganya dan memasukkan handphone beserta headphonenya ke dalam tas ranselnya.
"Ngapain Ra?" Elang melihat sekitar. "Nunggu bis?" lanjutnya.
"Iya."
"Motor kamu kemana?"
"Masuk bengkel." dustanya. Dia tak mungkin menjawab yang sejujurnya. Bahkan jika salah satu temannya bertanya. Dia tak mau dikasihani. Cukup hanya tidak dihargai. Pikirnya.
"Rumah kamu dimana?"
"Sekitar sini sih." Aira tidak menunjuk rumahnya yang bahkan terlihat dari sana.
"Ya udah ayo masuk. Biar mas antar." Tanpa menunggu, Elang sudah membukakan pintu dari dalam.
"Nggak usah mas. Nanti Ngrepotin."
"Naik sendiri atau nunggu mas jemput?" Aira segera masuk dan duduk di sebelah kemudi setelah mendengar ancaman halus dari Elang. Elang tersenyum melihat Aira yang sedang memasang seatbeltnya.
"Maaf Aira ngrepotin." kata Aira yang langsung mendapatkan hadiah berupa usapan lembut di kepalanya. Dia merasa di sayangi. Nyaman.
"Nggak lah. Kamu mau sarapan dulu?" Elang melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum panjang masih di angka dua, sedangkan jarum pendek menunjukkan di atas angka enam. Masih ada waktu. Aira menggeleng.
"Mas belum sarapan?" tanya Aira setelahnya. Dia berfikir jika Elang menawarinya sarapan bisa berarti laki-laki di sampingnya itu juga belum sarapan sama seperti dirinya.
"Apalah nasib jomblo Ra. Belum ada yang siapin sarapan." kata Elang memelas. Aira terkekeh melihat wajah konyol Elang.
"Ya sudah mas. Kita sarapan dulu saja."
"Oke my princes." Elang tersenyum hangat.
'Jangan senyum begitu mas. Kamu tahu nggak sih kalau senyummu itu bisa saja berbahaya bagi jantung orang.' Aira. Jantungnya sendiri sudah berdebar sejak tadi. Bertahanlah sebentar lagi jantungku sayang.
Aira segera menundukkan wajahnya. Setiap berdekatan dengan Elang Aira selalu gagal mengontrol mimik wajahnya. Wajahnya seperti memiliki kemauan sendiri untuk merespon apa yang terjadi. Sekilas semburat merah terlihat di pipi putihnya.
hening....
Elang melirik ke arah Aira. Gadis itu tidak seperti biasanya. Ada awan hitam yang sepertinya menyelimutinya. Tapi Elang tidak mungkin mendesak Aira untuk memberitahu alasannya. Dia belum begitu mengenal gadis di sampingnya.
"Mau sarapan nasi uduk?" tanya Elang ketika melihat gerobak nasi uduk di pinggir jalan. Bisa saja dia mengajak Aira makan di kafe bahkan restoran, tapi melihat gadis sederhana di sampingnya sepertinya akan lebih nyaman jika makan di tempat seperti yang dia usulkan.
"Boleh mas. Disitu enak. Udah lama juga." mata Aira berbinar senang. Elang tersenyum melihat ekspresi Aira. Dia merasa tepat membawa Aira ke tempat itu.
Mobil Elang menepi. Elang dan Aira segera keluar. Aira segera memesan dua porsi beserta minumannya untuk mereka berdua. Sedangkan Elang langsung duduk di bangku yang disediakan.
"Eh mbak Aira. Lama nggak mampir." sapa sang penjual nasi uduk yang sepertinya sudah akrab dengan Aira.
"Iya mang Dadang. Kamaren-kemaren sibuk. Hehehe."
"Eh datangnya sama mas ganteng to?" tanya Dadang saat mengantar pesanan Aira. "Pacarnya ya mbak?"
"Mang Dadang apa-apaan sih! Bukan mang. Cuma teman." Aira melirik Elang dengan perasaan tidak enak. Mencoba melihat ekspresi laki-laki tampan yang duduk tenang di sampingnya.
"Mbak Aira hebat ya! Temannya ganteng-ganteng." mang Dadang ingat jika Aira beberapa kali datang bersama dengan Juna, Wildan atau Ridwan. Elang menjadi masam mendengar pernyataan mang Dadang.
'Dengan siapa Aira biasa makan disini? ' Elang.
"Mang Dadang bisa aja." Aira segera menyantap nasi uduknya. Sedangkan mang Dadang kembali sibuk melayani pelanggan yang lain.
"Kamu biasa makan disini Ra?"
"Kalau nggak sempat sarapan di rumah aja sih." Elang mengernyit heran. Bukankah jika sarapan di jalan seperti ini malah semakin menghabiskan waktu.
"Nanti aku jemput ya." kata Elang saat mereka sudah melanjutkan perjalanan mereka.
"Jemput?"
"Iya. Nanti aku jemput kalau mau ke AMT. Hari ini jadwalnya ambil kan."
"Emm. Maaf mas. Aku sudah janjian sama teman. Kan uangnya juga buat rumah baca. Jadi kalau diambil sendiri tidak enak sama yang lain."
"Baiklah. Ngomong-ngomong sekolah kamu mana Ra?"
"Oh iya. Sampek lupa aku. SMA Bakti Nusa mas."
"Kebetulan sekali. Mas dulu juga sekolah di sana."
"Oh ya?!"
"He'em. Pak Bandi masih disana Ra?"
"Masih mas. Masih jadi setannya gerbang." Aira dan Elang terkekeh mengingat sosok guru mereka yang memiliki kepala botak sepeti bola pingpong yang setiap hari berjaga di gerbang sekolah. Aira melirik jam digital di audio mobil Elang.
"Masih ada lima belas menit lagi. Sempat kok." Elang mengerti pikiran Aira. "Maafin mas ya, ngajak sarapan kamu dulu tadi."
"Nggak usah ngerasa bersalah mas. Aira sudah biasa telat soalnya. Aira yang nggak enak sama mas. Mas bisa telat nanti masuk kantor."
"Nggak usah dipikirkan." sekali lagi Aira merasakan tangan hangat laki-laki itu mengusap kepalanya.
deg...
Apa-apaan ini? Kenapa jantungku berdebar lagi. Aira
Aira segera turun setelah mengucapkan terima kasih pada sang penyelamatnya pagi ini. Banyak siswa yang melihat Aira turun dari mobil mewah itu. Mereka bertambah heran saat melihat Aira melambaikan tangannya pada sang pemilik mobil sebelum mobil itu melaju.
Kalimat-kalimat nyinyir langsung didengar Aira saat itu juga. Aira menggelengkan kepalanya agar dia tidak terpancing emosi. Biarkan saja mereka dengan segala pemikirannya.
Aira mendengar jelas banyak kata-kata miring mengenai dirinya tadi. Ada yang berkata Aira sombonglah, sok jual mahal lah, Ganjenlah, sampai yang bikin panas, simpanan Om-om. Aira tidak habis fikir, dari mana mereka mendapatkan kesimpulan mereka. Mereka bahkan tidak melihat siapa yang mengantar Aira tadi. Elang sangat tidak cocok dipanggil Om.
Maha benar kamu Netizen. Terserah mau nyinyir kayak apa. Aira sudah sering masuk dalam obrolan gosip di akun admin lambe yang suka nyinyir ngurusin urusan orang. Sudah kebal rasanya telinga Aira mendengar Kalimat-kalimat nylekit dari bibir-bibir tipis biang gosip.
Ya sudahlah. Biarkan saja. Asal mereka bahagia dengan hoby unfaedah mereka. Hanya satu kata yang bisa Aira sampaikan. TERSERAH.
Aira berjalan santai menuju kelasnya. Membiarkan bisik-bisik tetangga menggema ke seluruh penjuru sekolah. Dia bisa apa. Di dunia modern ini semua bisa menyebar dengan cepat.
"Ada apa lagi Ra?" Juna yang datang langsung merangkul pundak Aira. Aira pun melakukan hal yang sama.
"Biasa. Artis kan gitu. Ada hal menarik sedikit saja langsung booming beritanya." jawab Aira enteng. Dia memang seperti itu. Mengentengkan anggapan orang lain.
Aira sadar betul jika interaksi dengan Juna akan menambah bumbu pada sarapan panas para penikmat berita ghibah itu. Tapi apa pedulinya. Selagi tidak merugikan dirinya itu tidak masalah.
Memangnya Siapa yang berani mengusik ketenangan Aira Salsabila Raharja. Atlet Silat no satu sekolah yang dua tahun berturut-turut selalu menyumbangkan emas pada sekolah dalam acara PORSENI antar SMA se Provinsi.
Belum lagi melihat siapa saja yang berdiri di belakang Aira. Juna sang idola para gadis yang merupakan the most Wanted nya SMA Bakti Nusa. Ridwan dan Wildan yang tak kalah pamor dari Juna. Belum lagi Mikaila, anak dari pemilik yayasan juga berdiri mendukung Aira. Siapa yang berani menyinggung mereka berlima.
Sebenarnya, Aira dan teman-temannya terkenal di sekolah sebagai kelompok yang paling ditakuti dan juga di kagumi. Walaupun mereka terkenal suka membolos dan telat, paling sering berurusan dengan guru BP, tapi tidak memudarkan keirian siswa yang lain untuk dapat masuk menjadi salah satu anggota dari "Berandal Sekolah."
****
Author : Om Elang anterin aku juga dong. 😅
Elang : Ngajak gelut Thor? 😤
Author : Maap Maap. Akoh kan cuma niruin temennya Aira😏
Aira : Aku nggak punya teman tukang nyinyir Thor 🙄
Author : Ya udah deh maap maap. Akoh salah kamar kayaknya...🤐
Aira : Balik sini Thor! Apa maksud kamu? 😡
Author : Jurus langkah seribu! Lariiiiiii 🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀🏃♀
*
*
*
...Maaf Typo 🙏 bertebaran...
...Terima kasih udah nyempetin...
...baca karyaku 😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments