Hari ini pagi-pagi Juna sudah menjemput Aira untuk mengajaknya menemaninya membeli kue untuk diberikan pada anak didik mereka. Juna sempat menjanjikan pada mereka akan memberi kue jika ulangan yang diberikan Juna mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kini Aira dan Juna sudah berada di Ananda Bakery. Toko kue langganan keluarga Juna. Sejak keluar dari mobil, keduanya menjadi sorotan pengunjung toko kue itu.
Pasalnya, Juna yang selalu berpenampilan cool itu datang dengan seorang gadis yang seperti tidak memperhatikan penampilan. Yah walaupun itu memang benar. Aira tidak memperhatikan penampilannya.
Kaos hitam yang sudah pudar warnanya, celana jeans yang robek di beberapa bagian. Rambutnya diikat tinggi dan wajah yang polos tanpa make up sedikitpun. Dan lihat cara jalannya. Sungguh tidak anggun. Tapi Siapa peduli?
Aira yang menyadari bahwa dirinya menjadi bahan penilaian hanya cuek menanggapi. Toh itu semua tidak merugikan dirinya. Terganggu? tidak juga. Aira sudah kebal dengan semua nyinyir yang dia terima.
"Ra lo mau makan kue dulu?" tanya Juna saat mereka menunggu pesanan mereka dikemas.
"Nggak ah! Gue nggak suka kue juga." jawab Aira sambil mendudukkan dirinya di kursi yang paling dekat dengan dirinya.
"Mas Juna itu pacarnya ya?" tanya salah satu pegawai yang melayani Juna. Juna sering kesana bersama mamanya. Jadi banyak pegawai yang mengenalnya. Orang ganteng kan memang gampang diingat.
"Pengennya sih..." jawab Juna sambil melirik Aira. Aira yang mendengar jawaban dari Juna mendengus sebal. Oh Ayolah! Tidak cukupkah penderitaan yang harus dilalui karena cowok tengil itu di sekolah. Aira yakin di tempat dia duduk sekarang, juga banyak fans fanatik Juna. Juna memang tampan sih. Tak heran fansnya bertebaran.
Setelah membayar, Juna mengajak Aira keluar. Di kedua tangannya ada tas plastik berisi tiga puluh kotak berisi kue.
"Ra kuncinya di saku celana." kata Juna saat mereka berada di depan mobil Juna. Aira yang mendengar itu langsung bergidik. Dia tak mungkin merogoh saku celana seorang cowok kan.
"Kenapa masih diam aja sih! Berat tau!" keluh Juna.
Tanpa menjawab Aira mengambil tas plastik di tangan kanan Juna.
"Sudah. Sekarang silahkan ambil sendiri kuncinya."
"Hehehe. Gue lupa kalo lo tuh cewek." Juna nyengir. Dia benar-benar tidak sadar jika perkataannya sangat tidak sopan. Bagaimana mungkin meminta seorang cewek merogoh saku celananya. Aira hanya memutar bola matanya malas.
"Kenapa sih lo nggak cari pacar aja Na?" tanya Aira saat keduanya sudah duduk di dalam mobil Juna. Juna masih enggan menjawab. Dia masih memikirkan alasan yang tepat.
"Na, Juna. Jawab dong!" Juna masih diam.
"Woy ini ada orang sebelah lo tanya." Aira memukul bahu Juna. Juna meringis merasakan ngilu. Tenaga Aira memang tidak boleh di anggap remeh.
"Aduh Ra! Sakit tau."
"Sukurin! Salah sendiri, dari tadi gue dikacangin. Atau jangan-jangan lo bengkok ya Jun?" Aira menunjuk Juna tajam dengan mata memicing. Juna mendelik mendengar tuduhan kejam yang ditujukan untuknya.
"Enak aja! Gue lurus selurus-lurusnya. Lo mau coba?"
"Ogah! Jijik gue." Aira reflek menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Mengantisipasi aksi dadakan dari Juna.
"Hahahaha. Lihat lo nggak nafsu gue."
"Bagus kalo gitu. Kalo lo berani macam-macam sama gue, habis lo!"
"Nggak ada yang bakal berani sama lo Ra. Gue yakin lo bakal jomblo abadi."
"Nyumpahin gue lo ya!"
"Hahahaha sumpah Ra! Lo lucu kalo marah."
Aira mendengus. Dia membuang muka ke luar jendela mobil. Tak lama kemudian suara handphone nya mengalihkan perhatiannya. Di layar smartphone nya tertulis nama Ridwan sedang memanggil.
📞 halo Ra.
📞 Wa'alaikum salam.
📞Eh. hehehe. Assalamualaikum Aira
📞Wa'alaikum salam. Ada apa Rid?
📞Pagi-pagi lo diculik sama siapa?
📞Hah? Maksud lo?
📞Gue di rumah lo. Kata nyokap lo tadi dijemput pake mobil. Siapa?
📞Oh gue sama Juna. Beli kue buat anak-anak. Ni perjalanan kesana. Langsung kesana aja.
📞Ok. bye Ra.
📞Bye Rid.
"Ra lo mau nggak Ntar pulang dari rumah baca temenin gue ke Mall?." kata Juna di tengah perjalanan.
"Ngapain?"
"Cari kaos. Sekalian jalan. Udah lama juga kan kita nggak keluyuran di Mall." Memang benar kata Juna. Mereka sudah lama tidak pergi ke mall.
"Oke lah. Lagian gue juga nggak bawa motor."
"Yess."
*****
Sesuai janji Aira tadi, sore ini dia menemani Juna untuk jalan di Mall. Walaupun jauh dari kata romantis, tanpa pegangan tangan mesra, Tanpa memandang saling cinta, Kedua remaja itu keluar masuk toko pakaian yang ada di Mall.
"Lo sebenarnya cari kaos model gimana si Na? Capek gue daritadi keluar masuk toko." Aira duduk di kursi kafe di dalam Mall itu.
"Nggak tahu. Gue cuma cari yang pas di hati gue."
"Lo main hati sekarang?" Juna menggedikkan bahu. Dia juga tak tahu apa maksud perkataan Aira.
"Nah itu kayaknya cocok." Juna melihat sebuah kaos berwarna hitam dengan tulisan "Galak Pake Banget" di bagian depannya.
Saat Aira menemukan apa yang diperhatikan Juna, Aira menahan tawanya. Juna langsung menuju toko yang memajang kaos itu dan membelinya. sedangkan Aira tetap berada di kafe itu.
Juna yang datang sambil menenteng peperbag yang Aira sudah bisa menebak jika isinya adalah kaos tadi kini melepaskan tawa jahatnya.
"HAHAHAHAHAHAHAHA." Aira tertawa begitu keras sampai keluar air matanya.
"Ngapain lo ketawa kayak gitu? Merinding gue jadinya."
"Pft. Bentar Na. Gue selesein dulu. Hahahaha"
"Ni anak kenapa sih? Kesambet jurik mana lo?!" Juna yang belum mengetahui alasan Aira tertawa sebegitu kerasnya hingga menjadi pusat perhatian pengunjung kafe itu hanya bisa meminta maaf atas ketidaknyamanan yang mereka buat. Untung Juna cakep, jadi mudah dimaafkan deh.
"Gue udah nggak sabar pengen liat lo pake nih kaos." kata yang berhasil Aira katakan setelah dengan susah payah menghentikan tawanya.
"Emang kenapa sih?"
"Sebenarnya tujuan lo beli kaos itu untuk apa?"
"Di pakek lah. Emang buat apa lagi."
"Lo yakin?" Aira menaik turunkan alisnya.
"Yakinlah."
"Bukannya buat jauhin cewek dari lo ya?"
Juna menelan ludahnya kasar. Dia tidak tahu bahwa gadis di sampingnya mengetahui niat terselubungnya.
"Nggak bakal mempan Na. Mau lo pakai kaos yang tulisannya "Awas Anj*ng Galak" aja Belom tentu mereka pergi. Bagi mereka lo tu magnet. Mau ngapa-ngapain pasti jadi pusat perhatian. Kayak sekarang misalnya. Lo cuma duduk diam, tapi lihatlah semua mata cewek disini ngarah ke lo."
"Jadi percuma dong?"
"Hem." Aira menyesap kopinya.
"Gue risih dikerubungi lalat-lalat itu. Pengganggu yang menyebalkan!"
"Gue tahu cara supaya lo terhindar dari mereka." Aira memandang Juna dengan serius
"Apa?"
"Lo cari pacar. Yang penting terkuat di antara mereka. Jadi dia bisa ngejauhkan cewek-cewek lain dari lo."
"Itu namanya bunuh diri Ra."
"Itu namanya solusi ogeb"
"Solusi seperti apa itu? Yang ada malah tambah ribet."
"Gini ya Na. Kalo lo punya cewek yang dominan diantara yang lain. Dia akan melindungi lo dari para lalat itu. Lalat-lalat yang ada di sekitar lo bakal pergi karena takut sama "ratu lalat" itu."
"Dan ratu lalat itu yang akan mengerubungi gue sepanjang waktu dan setiap tempat? ogah. Tapi kalo yang jadi ratunya lalat itu lo gue mau Ra." Juna menatap Aira lebih arti.
"Puft. Hahaha Na lo ngigo ato gimana sih? Dari tadi ngomongnya ngelantur terus."
"Gue serius Ra. Cuma lo yang bisa jadi Ratu lalat"
"Kenapa jadi gue ratu lalatnya sih. Nggak banget."
"Ra. Yang paling bisa menghadapi para lalat itu lo Ra."
"Gue emang bisa menghadapi mereka. Tapi itu demi kenyamanan gue sendiri. Kalo mereka nggak ganggu gue, gue fine aja. Kalo gue mesti tiap hari menghadapi mereka, yang ada gue kering kerontang setiap hari makan ati. Lagian gue nggak ada motivasi buat itu."
"Huuuh. Padahal cuma lo Ra yang pantas jadi ratu lalat."
"Kalo lo masih bahas gue jadi ratu lalat. Gue tampol mulut lo?" Juna reflek menutup mulutnya. Jangan sampai ancaman Aira terjadi. Horor...
*
*
*
...Jangan lupa like 👍 ya man teman. 😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments