🐬Persahabatan adalah hubungan yang indah. Memberi tanpa berharap kembali. Menyayangi tanpa menyakiti.🐬
Sore ini Juna, Ridwan dan Wildan ada jadwal latihan basket bersama SMA Budi Pertiwi. Tentu saja Aira dan Mikaila akan menyaksikan pertandingan itu.
Kedua gadis itu sudah duduk di barisan penonton paling depan. Keduanya sudah heboh memberi semangat pada Juna dan semua timnya. Mikaila dari tadi sudah menggemakan nama sang kekasih.
Aira sendiri yang memang mengenal baik semua pemain basket tim sekolah mereka meneriakkan nama pemain yang sedang menguasai bola.
"Ayo Wil. Semangat!" Teriak Mikaila pada Wildan yang sedang mendribel bola di lapangan basket. Suaranya beradu dengan keseruan pemandu sorak yang tanpa henti menyanyikan Jingle milik mereka seperti kaset yang di replay tanpa henti.
Satelah posisinya terancam, Wildan segera mengoper bolanya pada Juna yang berada di depannya. Walaupun terhalang oleh pemain lawan, untungnya dengan gesit Juna dapat meraih bola itu dan segera melesat dengan bola di tangannya menuju ring lawan. Juna mengukur ketepatan tembakannya sebelum melempar bola itu masuk ke dalam ring lawan. Dan Wala! Bola itu dengan anggunnya masuk ke dalam ring.
Suara riuh penonton menggaungkan nama Juna sebagai kapten tim basket kebanggaan SMA Bakti Nusa yang selalu dapat mencetak banyak nilai untuk tim mereka.
Permainan kembali berlangsung sengit. Kedua belah tim sama-sama memiliki potensial yang besar. Selama bertanding dengan tim SMA Budi Pertiwi, tim SMA Bakti Nusa selalu mempunyai semangat berlipat karena mereka mendapat lawan yang seimbang.
Suara peluit panjang menandakan berakhirnya permainan. SMA Budi Pertiwi kali ini harus puas menelan pil pahit kekalahan. Meskipun dari dulu mereka adalah rival, tapi keduanya selalu bermain sportif dan tidak pernah membawa masalah yang terjadi di lapangan ke dalam keseharian mereka. Jadi intinya mereka akur dan saling mendukung.
"Selamat bro! Kali ini lo boleh menang. Lain kali gue nggak bakalan Biarin bola lo masuk ring gue." kata Doni, kapten tim sekolah tetangga saat menjabat tangan Juna.
"Gue pegang kata-kata lo. Gue nggak sabar nunggu pertandingan selanjutnya. Bermain bareng tim lo membuat semangat berlipat." jawab Juna yang disambut kekehan Doni sebelum mereka saling adu pundak. Salam sesama gentle.
Setelah semua tim saling menjabat tangan mereka segera kembali ke tempat duduk mereka. Mereka harus istirahat setelah tenaga mereka terkuras selama pertandingan.
Para gadis segera menyerbu mereka dengan membawa sebotol air mineral dan sebuah handuk. Mereka berharap jika salah satu dari yang mereka bawa akan diambil oleh Juna. Sang idola mereka.
Sambil berjalan Juna dan teman-temannya mengambil apa yang telah gadis-gadis itu bawa tanpa melihat pada di pemberi. Toh semua itu memang disediakan untuk mereka. Lagian mereka juga tidak meminta. Namun bagi para gadis yang barangnya diambil akan sangat bangga karena itu.
Aira yang masih duduk di bangku sangat kaget saat sebuah botol air mineral tiba-tiba melesat ke arahnya. Dia sedang membalas chat dari Elang saat itu. Untung saja refleknya cepat, jadi botol itu dapat ditangkap oleh tangan kirinya.
"Woy Jun! Lo mau bikin gue gegar apa? Main lempar aja." teriak Aira yang baru saja mendapatkan serangan mendadak dari Juna. Juna yang melihat Aira mengacungkan botol itu sedangkan tangan kananya sudah bertolak pinggang malah terkekeh melihatnya.
Para gadis yang ada disana sangat senang melihat kekehan Juna yang membuat mereka terbang setelah melihat senyum manis dari pangeran mereka. Sungguh pemandangan yang jarang mereka lihat.
"Gue cuma ngetes kesigapan nyonya Jones." kata Juna dengan tanpa melunturkan senyumnya.
Aira hanya mendengus menanggapi sikap tengil Juna. Dia kembali duduk setelah meletakkan botol yang berhasil ditangkapnya di kursi sebelahnya. Dia kembali fokus pada handphone miliknya yang tadi berkedip karena ada chat masuk.
Juna yang merasa diabaikan berjalan ke arah Aira dan duduk tepat di samping gadis yang sekarang sedang senyum-senyum sambil membaca satu pesan dari Elang. Juna mengernyitkan dahinya, penasaran sebenarnya dengan siapa gadis yang berhasil membuatnya terpesona beberapa hari ini berkomunikasi.
"Chat an sama siapa sih?"
"Mas Elang." Juna kecewa... tapi masih mencoba stay cool.
"Ada apa?" Tanya Juna dengan nada yang terdengar kesal. Mendengar itu Aira menoleh pada sahabatnya. Memicingkan mata untuk mengetahui apa yang sebernarnya ada di pikiran sahabatnya itu.
"Lo kenapa sih?"
"Nggak kenapa-kenapa. Emang kenapa?"
"Sepertinya ketika mbahas mas Elang lo selalu aneh deh." Aira meletakkan handphone nya di paha. Memusatkan perhatiannya pada Juna.
"Gue kan pengen tau aja Ra. Dia kan bisa bantu kita."
"Oh. Tadi mas Elang bilang perusahaannya setuju. Jadi bulan depan kita sudah bisa langsung datang untuk mengambil dananya."
"Bagus kalo gitu."
"Jun. Lo bau! Sana mandi!" kata Aira sambil menjepit hidungnya dengan telunjuk dan ibu jari tangannya.
Juna mendengus mendengar pengusiran secara halus yang dilakukan oleh Aira. Namun cowok tengil (menurut Aira sih...) itu tak urung berdiri dan berjalan menuju ruang ganti untuk membersihkan diri di sana.
Sepeninggal Juna, ada tiga gadis yang mendatangi Aira dengan berkaca pinggang.
"Woy wanita jadi-jadian!" panggil Bela, ketua geng Trio Cantik. Yah walaupun mereka bertiga memang cantik sih. Tapi narsis juga kan namanya.
Aira yang tidak merasa dipanggil hanya diam sambil terus cekikikan membaca novel online bergenre komedi yang selalu berhasil mengocok isi perutnya.
"Lo nggak punya telinga?" timpal Megan, salah satu dayang Bela. Aira masih diam.
"Lo tuli ya!" Teriak Bela yang sudah kehilangan kesabarannya. Aira menghentikan aktifitasnya, menoleh ke kanan dan ke kiri, tak lupa menoleh ke belakang. melihat adakah orang lain di dekat dirinya yang di ajak bicara oleh tiga gadis di depannya itu. Nihil! Tak ada orang lain disana. Hanya ada Aira. Karena Mikaila sejak pertandingan berakhir langsung menghampiri Wildan sebelum cowoknya dikerubuti lalat-lalat penganggu.
"Lo bicara sama gue?" Aira menunjuk dirinya sendiri.
"Emang ada orang selain lo disini?"
"Oh bicara sama gue ternyata. Ada apa?" tanyanya santai. Walaupun dia sebenarnya tahu arah pembicaraan ketiga gadis di depannya itu. Sudah sering dia mengalami hal itu selama dia berteman dengan Juna. Sebagai cewek yang paling dekat dengan Juna, Aira selalu menjadi mangsa bagi fans fanatik Sang Kapten basket idola.
"Gue pengen lo jauhin Juna." kata Bela mengintimidasi.
"Kenapa?"
"Karna lo nggak pantes buat Juna."
"Maksud lo apa hah?" Aira mulai terpancing. Dia berdiri dari duduknya dan berbalik mengintimidasi ketiga cewek itu. Aura yang dikeluarkan Aira membuat Megan dan Dira merinding dan menurunkan tangannya dari pinggangnya. Mereka tahu betul siapa Aira dan bagaimana kemamluan beladirinya. Jikapun mereka bertiga melawan Aira bersama-sama, tentu saja mereka akan tetap berada pada pihak yang kalah.
"Maksud gue lo nggak pantas dekat sama Juna. Lo lihat penampilan lo yang kayak wanita jadi-jadian. Lo nggak pantes dekat sama Juna." kata Bela gugup. Sebenarnya dia juga merasa terintimidasi oleh aura yang dikeluarkan Aira. Tapi dia harus bisa menjalankan misinya untuk menjauhkan Aira dari Juna.
"Jadi menurut lo yang pantas dekat sama Juna itu lo dan teman-teman lo yang kayak ulet keket ini? Dengar ya kalian! Yang menentukan pantas tidaknya orang itu dekat Juna itu Juna sendiri. Kalau dia maunya dekat sama gue ya gue bisa apa? Kalau lo merasa pantes dekat dengan Juna, buktikan dengan Juna mau dekat sama Lo! Paham lo pada! Good bye!" Aira meninggalkan Trio Cantik yang masih bergeming di tempatnya. Mereka benar-benar mati kutu dan tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan oleh Aira.
Dari kejauhan, Juna terkekeh melihat pertarungan tiga lawan satu yang kali ini lagi-lagi dimenangkan oleh nyonya Jones. Memangnya siapa yang bisa mengalahkan cewek dengan kekuatan cowok itu?
Aira yang melihat Juna terkekeh semakin masam. Lagi-lagi dia yang kena batu dari semua yang tidak dia lakukan.
"Jangan cuma bisa tertawa lo! Urusin sana fans fanatik lo!"
"Kan udah ada lo Nyonya Jones! Urusan itu gue serahkan sama lo." kata Juna santai sambil merangkul pundak Aira.
Aira menggedikkan bahunya agar tangan Juna lepas dari bahunya. Dia bergidik membayangkan hari-hari damainya yang sebentar lagi akan hilang. Perlakuan Juna ini akan menyebabkan kecemburuan sosial padanya.
*
*
*
...Tanks for Reading 😍...
...Jangan lupa sentuh 👍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments