🌴Hiduplah Untuk Berguna Untuk Orang Lain. Jangan sekali-kali berfikir hidup untuk memanfaatkan orang lain.🌴
"Kalian dapat dana darimana kemarin?" Juna penasaran karena jumlahnya yang banyak. Mereka mendapat sokongan dana sebesar tiga juta rupiah hari itu. Biasanya mereka hanya mendapat satu juta dari setiap perusahaan yang menjadi donatur mereka. sebelumnya mereka mempunyai tiga donatur tetap.
"PT. AMT Globaindo." jawab Aira singkat setelah menelan bakso yang dia makan. Mereka sedang istirahat di kantin sekolah.
"Itu kan perusahaan besar Ra." Mikaila tahu itu karena dialah yang paling rajin membaca majalah. Dan perusahaan besar seperti AMT Globalindo sering menjadi topik dalam berbagai majalah.
"Bener Mik. Perusahaan itu gede banget. Gedungnya aja tinggiiii banget. Aira aja sampai tersesat saat cari toilet." penjelasan Ridwan membuatnya mendapatkan hadiah pukulan keras di belakang kepalanya dari Aira.
"Aduh Ra! Sakit tau." Ridwan mengelus kepalanya yang terasa nyut-nyutan. Walaupun cewek, Aira tentu mempunyai kekuatan melebihi cewek pada umumnya.
"Rasain lo! Gue bukan tersesat waktu itu. Emang toiletnya jauh."
"Iya-iya."
"Menurut lo bisa nggak mereka jadi donatur tetap kita?" tanya Wildan. Jika perusahaan sebesar AMT Globalindo menjadi donatur mereka, maka rumah baca Bintang akan makmur Sejahtera.
"Eemm. Kalau kita bisa mendekati pemiliknya, aku rasa bisa." jawab Aira sambil mengetuk-ngetuk dagunya pelan.
"Emang lo kenal?" Juna menatap lekat Aira. Aira menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya.
"Yang gue tahu CEO nya masih sangat muda. Dan.... tampan. hihihi" jawab Mikaila yang langsung mendapatkan pelototan dari sang kekasih.
"Tenang Beb. Percuma ganteng kalo bukan milik kita. Jadi, bagi Mikaila yang unyu-unyu ini, pacar Mikaila lah yang paling ganteng." Wildan tersenyum mendengar gombalan yang Mikaila lancarkan.
"Huweek" Aira, Ridwan dan Juna kompak merasa mual.
"Lebay lo pada!" Juna memukul bahu Wildan yang dengan mudah luluh oleh rayuan Mikaila.
"Eh tapi bener kok yang aku bilang tadi."
"Soal apa?" Aira tidak tahu arah pembicaraan satu-satunya teman ceweknya itu.
"Mengenai CEO itu. Aku beberapa kali membaca di majalah tentang perusahaan itu. CEO nya adalah anak dari pemiliknya. Dan semenjak dipegang oleh CEO itu, perusahaan jadi lebih maju."
"Emang siapa namanya?"
"Hehehe. Lupa gue."
"Huuu dasar!" Aira dan Ridwan langsung menoyor kepala Mikaila.
*****
Sore ini Aira pulang sore. Dia baru saja selesai berlatih karate bersama teman-temannya yang lain. Hari ini mereka ada ekstra kurikuler Karate.
Aira berjalan santai di lorong sekolah. Teman-temannya sudah pulang. Di sekolah itu hanya tinggal beberapa murid saja yang masih ada.
Motor Ninja yang dikendarai Aira segera melesat meninggalkan area sekolahan. Motor itu melaju kencang membelah jalanan. Aira memang sangat menyukai berkendara dengan kecepatan tinggi. Bahkan teman-teman nya kalah jika balapan dengannya.
Saat di perjalanan tiba-tiba hujan turun. Aira reflek membelokkan motornya ke sebuah Cafe yang berada di sisi jalan. Dia harus menyelamatkan tas beserta seluruh isi di dalamnya. Ia tidak membawa mantel karena memang tidak suka memakai benda yang membuatnya risih itu.
Aira berlari kecil masuk ke dalam Kafe. Segera mencari kursi kosong dan mendudukkan dirinya. Mengambil tisu yang ada di atas meja untuk mengelap air yang membasahi wajahnya.
Dari dalam tas, Aira mengambil handphone miliknya. Juga mengambil headphone untuk mendengarkan musik dari handphone miliknya.
Segelas minuman hangat segera ia minum saat minuman itu baru di antar oleh seorang waiters.
"Sial! Rambut gue basah." Aira mengibas-ngibaskan pelan rambutnya yang terlihat menyatu karena basah. Air yang di hasilkan dari kibasan Aira pada rambutnya memercik ke segala arah. Dan tanpa sengaja air itu mengganggu kedamaian seorang laki-laki yang duduk di belakangnya.
"Woy. Airnya kena berkas gue." kata laki-laki itu setelah sampai di depan Aira. Aira mengangkat kepalanya. Melepasakan headphone yang dia gunakan untuk menutup telinganya. "Maaf mas. Ada apa ya?" tanya Aira. Memang dia tidak mendengar kata-kata Elang.
"Air dari rambut kamu mengenai berkasku." Elang menunjuk berkahnya yang ada di belakang Aira.
"Eh maaf mas. Tadi saya kehujanan jadi rambut saya basah." Aira nyengir. Kini Laki-laki itu terkesiap mengenal siapa yang ada di hadapannya. Aira terlihat lebih segar sekarang.
"Eh mas yang waktu itu di AMT ya?" tanya Aira yang mengenali orang yang sudah dua kali dengan tanpa sengaja terganggu ketenangannya olehnya.
"Iya." jawab Elang. Ya. Orang itu adalah Elang. Tanpa diduga, Elang malah duduk di kursi depan Aira.
"Boleh aku duduk disini?" tanyanya, padahal dia sudah duduk disana. Aira hanya menganggukan kepalanya.
Aira menjadi canggung setelah kedatangan Elang. Ia masih tidak mengetahui kenapa Elang duduk di depannya. Aira menjadi gugup saat memikirkan kemungkinan laki-laki di hadapannya ini mau minta pertanggungjawaban karena telah membasahi berkas miliknya. Elang tersenyum melihat Aira gugup.
"Kamu ke AMT ada urusan apa? Apa kakakmu kerja disana?" melihat Aira yang memakai seragam sekolah membuat Elang berfikir seperti itu.
"Ah tidak. Saya dan teman saya kesana karena kami mengajukan permohonan donatur." jawaban Aira membuat Elang mengangkat alisnya. Ia berfikir untuk apa mencari donatur untuk remaja yang masih sekolah.
Mengerti kebingungan Laki-laki di hadapannya Aira pun menjelaskan bahwa ia mencari dana untuk rumah baca yang ia dan teman-temannya dirikan. Elang yang mendengar merasa takjub pada gadis remaja di depannya.
"Mas kerja disana ya?" terbesit ide untuk meminta tolong pada Elang untuk memudahkan jalannya untuk menjadikan AMT donatur tetap mereka. Boleh dong dia berharap. Entah kenapa dia merasa nyaman berbicara dengan laki-laki tampan di depannya itu.
"Iya."
"Nama saya Aira." Aira mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh Elang.
"Elang."
"Mas Elang, saya boleh minta tolong nggak?"
"Minta tolong apa?"
"Kenalkan saya sama pemiliknya." Alis Elang kembali terangkat.
"Buat apa?"
"Emm selama ini, Rumah Baca Bintang sering kekurangan dana. Jadi kami ingin menjadikan AMT donatur tetap rumah baca bintang." Mendengar penjelasan Aira senyum Elang terbit. Ia kira Aira sama seperti gadis-gadis lain yang ingin menjadi kekasih dari CEO di perusahaan besar seperti AMT Globalindo. Ternyata dugaanya salah.
"Kenapa mas Elang malah tersenyum? Apa pemiliknya pelit? Saya rasa tidak. Bahkan pertama memberi donasi, AMT memberi banyak donasi."
"Tidak begitu. Baiklah Aku bisa membantumu. Tapi ada syaratnya." mendengar jawaban Elang mata Aira berbinar senang disertai senyum manis terpatri di wajah polosnya. Elang terpesona oleh aura yang dipancarkan gadis di depannya.
"Syaratnya apa saja mas, pasti saya dan teman-teman saya akan melengkapi." bagi Aira syarat apapun akan dia lakukan kali ini.
"Jangan bicara formal denganku."
"Maksudnya?" hanya seperti itu syaratnya? Aira tadi sudah membayangkan syarat ribet untuk memenuhi segala jenis prosedur untuk menjadi donatur tetap seperti perusahaan lainnya.
"Mulai sekarang kita gunakan bahasa aku-kamu. Setuju?"
"Setuju!" Aira reflek mengulurkan tangannya. Elang yang melihat itupun tersenyum dan menyambut tangan itu. Walaupun sebenarnya Aira merasa tidak enak hati mengingat Elang usianya jauh di atasnya, namun demi rumah baca bintang, Aira akan dengan senang hati melakukannya.
"Setuju!" Kata Elang mantap sambil menaik turunkan tangan mereka berdua yang saling menggenggam.
"Langkah pertama kamu berikan nomer hapemu." Elang menyodorkan handphonenya kepada Aira. Kini giliran Aira yang mengangkat alisnya.
"Kalau aku tidak tahu nomer telfonmu, gimana aku menghubungimu kalau rencana kita berhasil?"
"Ooh." Aira segera memasukkan nomor handphone nya pada handphone mahal milik Elang. Saat ia sedang mencatat terbesit ketidak fahamannya mengenai ucapan Elang tadi.
"Ada apa?"
"Emang kita sudah membuat rencana?"
"Serahkan semuanya sama aku. Kamu tinggal terima beresnya."
"Ok." Aira kembali meminum minumannya yang dari tadi nganggur karena urusan negosiasi dengan Elang.
Elang merasa harus menyembunyikan jati dirinya dari gadis di depannya. Gadis itu sangat istimewa. Ia merasa jika Aira tahu siapa dia sebernarnya, Aira akan sulit untuk di dekati, padahal keinginan terbesarnya sekarang adalah mengenak Aira lebih jauh lagi.
*
*
*
...Tinggalin jejak Ea.... 😍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments