Siang menjelang. Kini semua orang sudah berada di dalam rumah baca. Mereka sedsng menikmati makan siang bersama. Anak-anak jalanan duduk rapi memakan makanan mereka.
Karena ada donasi dari AMT, Aira dan teman-temannya memutuskan untuk memberi mereka makan setiap minggu. Karena mereka sandi rumah baca dari pagi sampai siang. Anak-anak jalanan terlihat sangat menikmati makanan mereka. Mereka jarang makan makanan seperti itu.
"Terima kasih kak Elang." kata Wildan.
"Untuk?"
"Karena bantuan kak Elang kami bisa membelikan anak-anak makanan."
"Hanya bantuan kecil. Melihat mereka bahagia rasanya juga bahagia."
"Ya benar. Kebahagiaan itu memang mudah menular." kata Mikaila.
"Lo ambil Na." Aira menyodorkan nasi bungkusnya. Meminta Juna mengambil acarnya. Dia tidak menyukai acar. Juna dengan senang hati mengambilnya. Walaupun dia sebenarnya tidsk menyukai, tapi demi Aira dia rela makan acar itu.
"Sini. Biar gue ambil." Juna tersenyum.
"Makasih Jones. Lo emang selalu mengerti selera gue. Hehehehe." Aira menepuk pelan pundak Juna. Aira tidak sadar jika Elang yang duduk di depannya berwajah gelap. Dia merasa kalah dari Juna dua-kosong. Tadi dia mau duduk di samping Aira sudah di dahului Juna, dan sekarang melihat kedekatan mereka sungguh membuat hatinya panas.
"Kalian pacaran?" tanya Elang.
"Uhuk uhuk" Aira tersedak. Juna segera mengangsurkan gelas air mineral yang sudah di tusuk dengan sedotan. Juna pun menepuk pelan punggung Aira.
"Pelan-pelan Ra."
"Gue pacaran ama bocah tengil ni? Hiiii. Ogah." kata Aira memandang Juna dengan tatapan jijik. Elang tersenyum lega mendengarnya.
"Kenapa ratu lalat?"
"Udah deh Na jangan bahas ratu lalat lagi." sarkas Aira.
"Ratu lalat?" tanya Mikaila.
"Gue minta Aira jadi pacar gue buat jauhin lalat-lalat yang bertebaran."
"Apa?!" Mikaila dan Wildan kaget. Itu artinya Juna nembak Aira? Siapapun tak akan percaya. Jika sampai mereka berdua jadian, akan gempar satu sekolahan. Apalagi mereka bersua selalu ribut masalah-masalah receh. Pasti hubungan mereka akan ramai.
"Gue nggak mau. Ogah gue berurusan dengan fans fanatik lo."
"Tapi kan Ra lo tau gue... "
"Na... jangan bahas sekarang oke?" potong Aira. Juna menghela nafas. Aira selalu menghindar jika mereka membahas perasaannya. Baiklah dia menyerah untuk sekarang. Lagipula disana ada Elang. Jika dia ditolak lagi oleh Aira, apalagi di depan Elang, hilang sudah harga dirinya.
"Kalian mesti cerita." Mikaila menunjuk tajam Aira dan Juna yang duduk di depannya. Aira menggedikkan bahu. Dia tidak mungkin cerita kalau Juna mengungkapkan cinta padanya dan dia tolak. Bahkan sudah dua kali. Cukup hanya Juna dan Aira yang tahu.
Mereka pun melanjutkan makan mereka yang tertunda, lagi-lagi pembahasan masalah ratu lalat. Aira sudah bosan membahasnya. Selalu saja membuat jantungnya berdebar.
Setelah makanan mereka habis, anak-anak jalanan segera pamit untuk pulang. Mereka sangat berterima kasih pada Aira dan teman-temannya karena telah mau peduli terhadap kehidupan mereka.
"Kalian pulang sana. Jangan ganggu kami makan." usir Aira. Dari tadi dia terganggu menikmati makanannya. Padahal perutnya sudah demo minta diisi.
"Iya-iya kak Aira galak." jawab salah satu dari mereka cengengesan yang mendapat pelototan dari Aira.
"Tenang Ra. Ayo lanjut makannya." Juna mengelus lengan Aira.
"Lo sengaja ngajak gue duel hah?" bentak Aira saat mengetahui lengannya kotor karena kena tangan Juna yang tadi niatnya mau meredakan kemarahan gadis di sampingnya. Dia lupa jika dia makan tanpa menggunakan sendok sehingga membuat lengan Aira kotor.
Elang segera mengambil tisu yang ada di depan mereka dan menarik lengan Aira yang kotor. Dengan lembut Elang mengelap lengan Aira dengan tisu yang telah dia beri air agar mudah membersihkan lengan Aira.
"Maaf Ra. Gue kan tadi maksudnya mau redain marah lo. Gue kan lupa kalau tangan gue kotor."
"Huh! Dasar."
"Udah Ra jangan marah-marah. Mending makan lagi." Elang mengangsurkan nasi kotak Aira yang tadi dia letakkan di sebelahnya. Dengan wajah cemberut Aira memakan makanannya. Dia bahkan terlihat kesal saat mengunyah makanannya.
"Senyum dong Ra. Ntar cantiknya ilang lo" goda Juna.
"Diam lo ogeb!!!" teriak Aira sampai mengagetkan semua yang ada di sana. Aira paling tidak suka jika ada yang mengganggunya saat makan.
"Kak Elang. Tolong bawa Aira pergi dulu ya. Ni anak bentar lagi keluar tanduknya." bisik Mikaila pada Elang yang duduk di sampingnya.
Tanpa menjawab, Elang meraih tangan Aira dan menarik Aira untuk bangun. Dengan emosi yang masih di ubun-ubun, aira bangun dari duduknya. Elang mengelus pundak Aira agar amarah gadis itu mereda.
"Ra maafin gue." Juna berusaha meraih tangan Aira. Tapi Aira segera menepisnya. "Gue kan cuma bercanda Ra."
"Lo tau gue Na."
"Iya-iya Maafin gue. Gue nggak bermaksud ganggu lo. Gue gantiin ya. Gue traktir lo makan apa aja."
"Nggak nafsu. Udah maa Elang ayo kita pergi."
Aira menarik tangan Elang dan membawanya pergi dari sana. Dengan mengendarai motor Aira, Elang membawa Aira pergi dari tempat yang merusak moodnya.
Elang membelokkan motornya ke sebuah warung bakso di pinggir jalan. Tanpa berkata apa-apa menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam warung.
Keduanya duduk di bangku paling belakang. Aira sesekali mendengus kesal. Elang yang melihat itu tersenyum. Gadis di sampingnya ini sungguh sangat menakutkan kalau sedang marah.
"Yang aku dengar kalo cewek sedang marah akam senang jika diberi kue atau coklat. Tapi karena kamu istimewa, aku yakin kamu suka makanan yang pedas untuk menghilangkan kekesalanmu." Elang memesankan bakso mercon untuk Aira.
Aira yang melihat bakso dengan kuah yang mengepul dan mendengar tadi bakso apa yang telah di pesan oleh Elang segera meraih mangkuk yang memandang di depannya. Diciumnya aroma harum khas kuah bakso yang menggoda selera. Perutnya memang lapar sekarang. Di rumah baca tadi dia hanya memakan tiga suap nasi gara-gara Juna merusak moodnya.
Elang tersenyum melihat gadis di depannya. Aira terlihat sangat menikmati semangkok bakso di hadapannya. Peluh di kening Aira bercucuran, menandakan dalam tubuh Aira sedang merasakan sensasi panas yang berasal dari bakso yang dia makan.
Gerakan Aira mengusap peluhnya membuat Elang terpesona. Dia bahkan sangat heran merasa dirinya terpesona pada gadis berpeluh. Dulu dia merasa jijik melihat peluh seseorang. Tapi dia sekarang bahkan melihat gadis berpeluh yang terlihat seksi di depannya.
Tanpa sadar, tangannya mengelap keringat di kening Aira. Keduanya terdiam. Aira bahkan tersentak saat merasa sentuhan seseorang pada keningnya. Jantungnya serasa berdetak lebih kencang sekarang.
Elang juga merasakan hal yang sama. Ini pertama kalinya dia menyentuh gadis seorang gadis. Dia menarik tangannya dengan canggung. Kemudian berdeham untuk menghilangkan kecanggungan antara keduanya.
"Maaf Ra. Eemm aku lihat tadi kening kamu berkeringat. Pasti itu tidak nyaman." Elang tersenyum lembut.
"Terima kasih mas." Aira kembali mengambil tisu dan menyeka keringatnya sendiri. Dia takut jika Elang akan melakukannya lagi. Itu tak baik untuk kesehatan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih kencang.
Di tempat lain, Juna menyesal telah merusak mood Aira. Padahal dia tahu jika Aira paling tidak suka jika dia di ganggu saat makan. Dia merasa menjadi cowok paling bodoh sekarang.
"Sudahlah Na. Jangan terlalu difikirkan. Gue yakin besok Aira sudah Maafin lo." Wildan menepuk pundak Juna.
"Ya. Wildan benar Na. Lo tau kan Aira nggak bisa marah lama-lama sama lo." timpal Mikaila.
Ya. Selama ini Juna dan Aira sering berdebat untuk hal-hal kecil. Dan keduanya juga sering marahan. Tapi kemarahan mereka tidak pernah bertahan lama. Kadang teman-temannya yang lain merasa jika mereka berdua akan menjadi pasangan yang serasi.
*
*
*
...Terima kasih sudah membaca karya Author 💘...
...Jangan lupa Like 👍...
...VOTE akoh 😎...
...Rate juga 🌟lima ya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments