Malam ini Aira duduk bersama maminya. Dia sedang ada misi untuk menambah uang jajan yang hampir terkuras habis. Kemarin saat belanja alat tulis dia harus merelakan sebagian uang jajannya karena uang yang mereka bawa kurang.
Uang yang mereka dapat dari ngamen kemarin berkurang dua ratus ribu yang harus mereka berikan kepada para preman. Aira yang membutuhkan buku perkalian untuk anak didiknya harus membeli sendiri buku itu karena sudah tidak ada uang.
Pasti penasaran kan misi apa yang dilakukan Aira untuk mendapatkan asupan uang jajannya? Misi itu adalah menemani kerempongan sang Mami saat melihat sinetron di salah satu saluran Televisi nasional yang sudah menjamur di masyarakat.
Saat menonton sinetron itu, Maminya seperti punya dunianya sendiri. Ikut heboh jika adegan yang menarik. Ikut marah jika ada orang yang berperan sebagai tokoh antagonis sedang berakting. Dan yang paling ramai saat mencoba memberitahu kebenaran pada para pemain di sinetron tersebut.
Amira akan teriak heboh agar orang di dalam layar datar televisi itu bisa mendengarkan suaranya. Padahal sampai urat suaranya putus, artis yang ada di layar kaca tidak mungkin bisa mendengarnya.
"Mam, itu emang dibuat seperti itu sama sutradaranya."
"Tapi itu kenapa mau-maunya dibodohi sama perempuan kegatelan. Padahal istrinya lebih baik."
"Yayayaya maha benar mami dengan segala persepsinya." Aira memutar bola matanya malas. Apa yang diharapkan? Maminya akan menurut dan menghentikan penyiksaan terhadap Aira yang hampir mati karena bosan? Tidak mungkin!
Aira hanya duduk diam disampingnya sang mami. Sekali-kali Aira harus menjadi sasaran pelampiasan jika maminya tidak puas dengan yang dilakukan aktor dalam drama itu. Atau ketika adanya pelakor yang sedang melancarkan aksinya. Di saat seperti itulah sebenarnya peran Aira lebih dominan. Ya. JADI PELAMPIASAN.
"Aduh Saaa. Itu kamu bilangin sama Angga jika Anya tidak salah." Maminya menggoyang-goyangkan lengan Aira seperti seorang anak yang merengek pada ibunya.
'Sebenarnya yang jadi ibu disini siapa sih?kenapa sekarang aku malah merasa yang seperti kerepotan karena anaknya ngambek?'
"Mam itu di TV. Gimana cara bilanginnya coba?"
"Kita datangi tempat syutingnya aja yuk. Itu kan daerah dekat sini aja."
'Well. Punya mami gini amat ya kalau menyangkut kesinetronan."
"Ayo Sa temani mami kesana." maminya menarik lengan Aira untuk mengikutinya
"Mereka udah pada bubar kali mi. Itu syutingnya juga bukan hari ini. Mungkin proses syutingnya sudah beberapa minggu yang lalu."
"Begitu ya?"
"Iya Mamiku yang kusayang."
Perdebatan berakhir karena iklan juga berakhir. Maminya kembali fokus pada layar kaca di depan mereka.
"Nah kan ketahuan Sa. Dari tadi di kasih tahu nggak mau dengar. Nyesal kan suaminya sekarang."
Heemm. Terkadang Aira membayangkan akan lebih baik jika tayangan di televisi adalah iklan semua. Pasti hidupnya akan damai dari Mami yang akan menjadi sutradara di depan layar kaca. Satu kata yang bisa dikatakan. Be-ri-sik.
Sementara sang mami sedang fokus-fokusnya sama sinetron kesukaannya, Aira meraih handphone yang dari tadi anteng di atas meja kecil di samping sofa tempatnya duduk. Aira suka mengatur Handphone nya dalam mode silent.
Menyalakan benda pipih itu. Saat dia membuka Handphone nya, ternyata grup whatsapp yang bermama "Berandal Sekolah" sudah ramai diisi oleh chat dari teman-teman nya.
"Berandal Sekolah"
Cap Teri (Ridwan) 🗨 Woy bsk jngn lupa ad ulangan akuntansi
Jones (Jomblo ngenes alias Juna) 🗨 Lo ngingetin qt ap ngingetin lo sndri?
Mikimos (Mikaila)🗨 Lo bljr aj yg rajin
Si Bos (Wildan) 🗨 Jgn pcarn mulu
Jones 🗨 Kaya lo nggak aja 😏
Cap Teri 🗨 Pcarn untuk tmbah stamina bro
Si Bos 🗨 Betul 👍
Mikimos 🗨 Nyonya Jones mana nih nggak muncul?
^^^Nyimak 😎 🗨 Anda^^^
Jones 🗨 Lg Ngapain lo?
Cap Teri 🗨 Nggak kreatif bener ne Mlm?
^^^Gue Lgi dlam misi bsr 🗨 Anda^^^
Mikimos 🗨 Sok penting lo
Si Bos 🗨 Misi mikirin cara buat bolos bsok ya?
^^^Nggak lah. Misi gue lah pntng dari itu. Misi gue adlh misi memperjuangkan ketebalan dompet. 😆😆😆 🗨 Anda^^^
Jones 🗨 Slmt mnderita 🤣🤣🤣🤣
^^^Sial lo👊 🗨 Anda^^^
Cap Teri 🗨 Kalo udh nggak kuat lambai tangan y beb. Ntar abang samperin😆
^^^Hoek 🤮🤮🤮🗨Anda^^^
Mikimos 🗨 Mari kita Do'akan tmn qt yg sdng dalam misi memperjuangkan kedamaian dompetnya.
Si bos 🗨 Aamiiin 🤲 🤭🤭🤭
*****
Aira kembali meletakkan Handphone nya. Teman-teman nya sudah hafal dengan perilaku buruknya yang suka kabur kalau pembicaraan nya tidak berfaedah apa lagi jika menyudutkan dirinya.
Akhirnya Aira dapat bernafas lega saat mendengar suara musik yang menandakan sinetron tadi telah selesai. Aira melihat Amira yang duduk di sampingnya dengan mata yang sembab. Tanpa bertanya, Aira sudah tahu pasti apa yang menyebabkan Maminya menangis. Aira hanya bisa menggaruk pucuk hidungnya dengan pikiran yang memikirkan Maminya yang bisa-bisanya menangis untuk hal yang sudah jelas-jelas dibuat-buat.
"Akhirnya Anya mendapatkan kebahagiaanya Sa." Amira menghela nafas lega. Dia puas dengan ending sinetron Berjudul "Kesabaran Istri yang Di Duakan Suami"
"Memang sudah seharusnya seperti itu kan Mi. Setiap orang baik pasti akan bahagia. Ya kan Mi?"
"Betul." Maminya mengacungkan dua jempolnya untuk anak gadisnya yang sudah menemaninya menonton sinetron kesayangannya.
"Nah karena Salsa sudah jadi anak baik yang mau menemani mami, sudah saatnya anak baik ini menerima Kebahagiaannya kan Mi?" Aira menatap maminya dengan penuh harap.
"Ck. Kau ini selalu ingat." Maminya berdecak sebal. Ia mengira Aira ikut menikmati sinetron tadi. Amira mengambil dompet yang tadi dia simpan di samping televisi. Kemudian mengeluarkan lima lembar uang berwarna merah. Ya, itulah harga yang harus dibayar Maminya jika ia meminta Aira menemaninya menonton. Selain karena jika menonton sendirian tidaklah menyenangkan, Dia harap dengan menonton televisi bersama dapat merekatkan hubungan antara dirinya Dan Aira.
Maminya merasa semakin besar anak-anaknya, maka semakin sedikit waktu yang bisa dia habiskan oleh anaknya. Walaupun Ia tahu bahwa Aira tak menikmati tontonan yang ia putar. Dia ingin menuruti keinginan Aira untuk menonton apa yang disukai anaknya itu, tapi Aira tak menyukai tontonan jenis apapun.
"Makasih Mi." ucap Aira saat lembaran uang itu berpindah tangan. Diciumnya uang tersebut dengan mata berbinar.
"Akhirnya, nyawaku bisa bertahan lebih lama" gumam Aira sambil meletakkan uang yang baru ia dapatkan ke saku celananya. Masih ada tiga hari menuju awal bulan.
"Mi, kak Safna kok belum pulang ya?" Aira melihat jam dinding di ruang itu yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tak biasa kakaknya itu pulang semalam itu. Paling lambat kakaknya sudah tiba di rumah jam delapan malam.
"Kakakmu kan keluar kota sama Papi selama tiga hari. Ada proyek disana sayang."
"Oh gitu. Ya sudah Mi, Salsa ke kamar dulu. Besok ada ujian Akuntansi. Jadi Salsa harus belajar agar jadi pintar."
"Ok. Semangat ya sayang. Mami yakin kamu bisa."
Aira segera kembali ke dalam kamarnya. Ya. Bukankah dia harus belajar agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Bukan untuk papinya, tapi memuaskan untuk dirinya sendiri.
*
*
*
...Terima kasih sudah mampir semua 😁...
...Tinggalin jejak ya Readers sekalian 😉...
...Jangan lupa sentuh 👍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments