Pagi ini suasana hati Aira sedang buruk. Setelah Jason mengantarnya pulang pagi tadi, dia segera berangkat sekolah. Tapi di sekolah, dia tidak bisa menyerap apapun yang dijelaskan oleh guru di depannya dengan panjang kali lebar kali tinggi. Huft. Jiwa Aira sedang melayang jauh.
"Lo kenapa Ra?" bisik Mikaila. Sahabatnya itu kelihatan tidak bersemangat.
"Bete." jawabnya singkat. "Pak! Izin ke toilet." kata Aira. Setelah mendapat anggukan dari guru yang ada di depan kelasnya, Aira segera beranjak. Pertanyaan dari Mikaila dan Juna bahkan dia abaikan.
Aira berjalan dengan lesu. Tujuannya bukan toilet, karena dia baru saja melewati toilet beberapa saat lalu. Kakinya membawanya pergi ke belakang sekolah. Melompati pagar dengan bantuan pohon yang ada di dekat pagar itu. Kemudian mendarat dengan aman di balik pagar sekolah.
Tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan tingkahnya sampai menggeleng-gelengkan kepalanya karna heran melihat tingkah gadis itu sejak dia berusaha memanjat pohon. Pemilik mata itu mengikuti Aira hingga sampai di gubuk sebelah warung. Di sana, dilihatnya gadis yang dia ikuti terbaring di pojok ruangan. Untung saja tempat itu sepi. Jadi hanya ada Aira di situ.
Perlahan-lahan sosok itu mendekati Aira. memperhatikan wajah Aira yang sedang mendung. Sungguh pemandangan yang sangat dia benci dari gadis di depannya itu.
Merasa ada yang memperhatikannya, Aira membuka kedua matanya malas.
"Mas Elang." ya. Laki-laki itu adalah Elang. Laki-laki itu tadinya sedang melihat lahan yang akan dia gunakan untuk membangun hotel yang berada di belakang sekolah. Tapi tanpa sengaja dia melihat pamandangan yang menarik perhatiannya.
"Kamu kenapa?" tanya Elang sambil mengelus kepala Aira. Menyentuh kening Aira dengan punggung tangannya
" Aku Tidak apa-apa mas." Tubuhnya memang tidak apa-apa. Hanya hatinya yang lelah.
"Kamu bisa cerita padaku Ra."
"Hanya sedikit masalah keluarga mas. Bukan masalah yang penting." bukan masalah yang penting katanya. Tapi bisa membuatnya down seperti itu.
Aira memejamkan matanya. Mencoba menghilangkan kegundahan hatinya. Sesak di hatinya masih menyiksa.
"Ikut aku Ra."
Elang menarik tangan Aira. Mengajak gadis itu mengikuti langkahnya sampai masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari lokasi proyek. Setelah gadis itu masuk, dia menghampiri Reno yang dari tadi bingung mencari keberadaannya yang tiba-tiba hilang. Belum lagi kebingungannya hilang, dia dibuat bingung lagi karena atasannya datang dengan membawa seorang gadis SMA bersamanya. Apakah atasannya itu menculik seorang gadis? bahkan pertanyaan konyol itu sempat terlintas di benaknya.
"Gue ada urusan bentar. Gue percayain semuanya sama lo. Lo bisa kan pulang naik taksi?" Tanpa menunggu jawaban dari laki-laki yang menatapnya dengan penuh tanda tanya di wajahnya, Elang meninggalkan tempat itu dan masuk mobil.
"Mas Elang ada urusan apa di sini?" tanya Aira saat Elang sudah kembali duduk di kursi kemudi dan memasang seatbeltnya.
"Masalah pekerjaan sedikit Ra. Sudah aku serahkan pada temanku. Tenang saja."
Elang segera melajukan mobilnya. Sesekali dia melirik gadis di sebelahnya yang duduk diam dengan tatapan kosong.
Setelah setengah jam perjalanan, Elang menghentikan mobilnya di sebuah hotel. Dia mengajak Aira untuk turun. Aira mengernyit menyadari kemana Elang membawanya.
"Kenapa mas Elang bawa aku kesini?"
"Kalau aku ada masalah. Aku akan membuangnya disini."
"Maksudnya? Jangan macam-macam ya mas." Mata Aira memicing.
"Ck. Tenang saja. Ayo ikut aku."
Dengan santai Elang menarik gadis itu untuk mengikutinya. Bahkan sapaan dari pegawai hotel yang mengenalnya dia acuhkan. Ya. Itu adalah salah satu hotel milik Elang secara pribadi.
Elang membawa Aira masuk ke dalam lift khusus setelah menempelkan kartu ID nya untuk membuka pintu lift. Elang menekan tombol rooftop ketika keduanya sudah masuk. Aira memperhatikan nomor yang tertulis disana. Ada Dua puluh lima lantai. Keduanya naik dengan lift khusus. Jadi hanya ada mereka berdua dalam lift.
ting
Pintu lift terbuka. Elang menggandeng tangan Aira untuk keluar. Mengajaknya ke pinggir pagar pembatas.
"Sekarang teriaklah." kata Elang.
"Maksudnya?" Aira bingung.
"Gini contohnya. AAAAAA PERGIIII" teriak Elang keras. "Cobalah."
Aira hanya tersenyum. Dia Ragu.
"Ayolah. Ini mudah. Luapkan kekesalanmu."
Aira menghela nafas. "Aku harus teriak apa?"
"Terserah. Yang penting bisa membuatmu lega."
"AAAKUUU BEENCIII KALIAAAN. Hah hah hah." Aira terengah-engah. Dia berteriak sekuat tenaga. Aira menoleh pada Elang yang tersenyum padanya.
"Lagi."
"AAAKUUU AAIIIRAA BUKAAAN SAFNAAA." lanjutnya.
"Sudah lega sekarang?"
"Ya. Terima kasih." Aira tersenyum manis pada Elang.
Elang mengajak Aira duduk di sofa yang ada di sana. Kini Aira menyadari ada ya g aneh dengan rooftop itu. Tempat itu tertata dengan indah. Seperti sengaja ditata karena sering dikunjungi. Aira menatap laki-laki yang duduk di sampingnya dengan curiga.
"Mas Elang kok tahu tempat ini?"
"Ini hotelku Ra. Aku Elang Dirgantara Mahes." Elang menatap lekat gadis yang duduk di sebelahnya. Dia harus segera jujur pada gadis itu. Dia tidak mau jika gadis itu tahu siapa dirinya dari orang lain.
Aira masih bingung. Dia mencerna kata-kata yang diucapkan Elang barusan. Dia sangat mengenal nama itu. Keluarga besarnya beberapa kali membahas tentang pria dengan nama lengkap itu.
"Jadi mas Elang... "
"Ya Ra. Tolong jangan jauhi aku Ra."
"Mengapa mas tidak bilang dari awal?"
"Aku takut kamu akan menjauhiku Ra. Aku ingin mengenalmu lebih dekat."
"Untuk apa?"
"Kamu menarik Ra. Kehidupanmu membuatku tertarik. Aku sangat bosan dengan hidupku yang begitu-begitu saja Ra. Tidak ada yang menarik."
"Dan jika mas sudah bosan, mas juga akan meninggalkanku?"
"Bukan begitu maksudku Ra."
"Lalu?"
"Kamu gadis pertama yang membuatku tertarik Ra."
"Ini tidak benar mas." Aira bangun dari duduknya. Tapi tangannya dicekal oleh Elang.
"Inilah yang aku takutkan Ra. Kamu akan pergi jika mengetahui siapa aku." Aira diam. "Aku minta maaf Ra. Tapi aku mohon jangan jauhi aku Ra. Beri aku kesempatan untuk mengenalmu."
"Baiklah mas."
"Sekarang duduklah." Aira menurut. Dia kembali duduk di samping Elang. Kemudian Elang menghubungi pelayan untuk mengantarkan makan siang kesana.
"Ra, kamu sudah hubungi temanmu?"
"Aku nggak bawa Handphone mas. Tadi niatnya ke toilet. Tapi malah kakiku ngajak berkelana." kekehnya. Merutuki kebodohannya karena kalah oleh emosinya.
"Kamu ingat nomor telfon temanmu?"
"Ah ya. Aku pinjam handphone bentar." Elang mengangsurkan handphone miliknya.
"Ra. Tolong sementara sembunyikan juga dari teman-teman mu ya. Aku takut mereka canggung."
"Baiklah."
tut... tut... tut...
Di tempat lain, Juna dan yang lainnya bingung mencari Aira. Gadis itu tidak ditemukan dimanapun. di seluruh tempat di sekolah sudah mereka cek. Dan batang hidung Aira juga tak ada. Bahkan mereka sudah mencari gadis itu di warung.
Kini mereka cemas karena handphone Aira juga tidak dia bawa tadi. Gadis itu tadi pamit ke toilet, tapi sekarang dimana dia? Mereka juga tidak melapor pada pihak sekolah. Malah jadi ribet urusannya nanti.
*.
*.
*.
...Maaf Typo bertebaran 🙏...
...Terima kasih sudah mampir 😍...
...Tinggalin jejak dengan cara like 👍...
...VOTE akoh 😇...
...Rate juga ceritanya 🌟lima ya...
...Ramaikan kolom komentarnya 📝...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments