Bermain Piano

Sejak duduk di sekolah menengah atas hingga saat ini aku masih sering mengunjungi tempat latihan alat musik umum itu, atau sekarang bisa di sebut studio musik berbayar yang ramah bagi semua kalangan, aku sesekali ke sana hanya untuk melatih cara bermain pianoku agar aku tidak lupa dengan tehnik-tehniknya.

Hari ini juga ketika aku selesai membersihkan kolam kulihat jam masih menunjuk ke angka empat, sehingga masih ada sedikit waktu untuk aku pergi ke studio musik itu.

Aku pergi secara diam-diam dan meminta bi Ida untuk menghubungi aku jika seandainya ibu bangun atau Cecil mencariku, kebetulan studio musik tersebut tidak jauh dari rumahku, sehingga aku bisa sampai dengan cepat apa bila ibu mendadak mencariku.

Aku pergi ke studio itu dengan berjalan kaki dan membawa sedikit uang yang di berikan oleh ayah padaku sebelumnya, aku membayar sewa dahulu lalu mulai berlatih memainkan piano dengan seluruh hatiku, bait demi bait aku lantunkan dan aku menekan setiap tangga nada dengan jari jemariku sendiri.

Perasaan tenang dan senang mulai sangat terasa di dalam diriku, setiap kali aku bermain piano aku selalu merasa jauh lebih tenang dan semua kekesalan, rasa capek dan semua hal yang membuat dadaku sesak, seakan sirna begitu saja ketika aku bermain piano.

Semua emosi di dalam diri, aku salurkan ke dalamnya dan menikmati lantunan suara merdu yang aku hasilkan dari permainan piano tersebut, beberapa orang yang tengah berlatih alat musik lainnya di ruangan lain terkadang juga datang ke ruanganku untuk menyaksikan permainan piano dariku.

Menjadi seorang pianis adalah mimpi terbesarku, namun aku tahu aku tidak akan bisa mencapainya selama ibu dan Cecil masih hidup di dunia ini, mereka akan selalu menyulitkan aku dalam segala hal dan hanya bisa meremehkan aku atas segalanya, sekalipun mereka sendiri tidak bisa melakukan hal yang mereka tuntut kepadaku untuk di lakukan.

Aku sering bermain piano dengan menutup mataku agar bisa lebih fokus dan ketika aku membuka mata penonton sudah banyak duduk di dalam ruangan itu dan saat aku mengakhiri permainan pianoku, mereka langsung bersorak dan bertepuk tangan dengan meriah untukku.

Aku merasa sangat tersanjung dan senang saat itu, karena orang-orang menyukai permainan pianoku bahkan tidak sedikit dari mereka yang meminta aku untuk mengajarkannya dan aku pun tidak segan untuk mengajarkan beberapa siswa sekolah menengah atas maupun siswa sekolah menengah pertama.

Anak-anak sekolah dasar juga banyak namun anak seusia mereka lebih menyukai bermain alat musik lain seperti drum dan gitar, aku mulai mengajari beberapa anak sekolah menengah pertama untuk mulai mengatur menekan tangga nada dalam bermain piano, aku mengajarinya dengan penuh kehati-hatian dan dengan senyum yang terus aku kembangkan agar mereka tidak mudah menyerah dan nyaman belajar denganku.

"Vivian permainan piano mu sangat bagus, aku sangat menyukainya selain itu, kau juga cantik aku akan menikahimu jika kau seusia aku saat ini" ucap salah satu anak laki-laki yang aku ajarkan bermain piano,

"Ishh....aku lima tahun lebih tua darimu, bagaimana bisa kau akan menikahiku" balasku sambil tersenyum.

Dia juga memberikan reaksi yang sama dan dia adalah satu-satunya anak yang paling bersemangat untuk belajar piano denganku, bahkan aku tahu bahwa dia selalu menungguku di studio ini setiap hari, maka dari itu aku selalu berusaha menyempatkan waktu agar bisa datang ke sana, dan tidak membuat mereka yang mau belajar menjadi kecewa.

"Aska...aku sudah harus pulang, kamu belajar sendiri yah, sampai jumpa besok" ucapku sambil melambaikan tangan berpamitan padanya.

Aku segera pulang terburu-buru dan memanjat benteng rumahku sendiri hanya agar tidak di ketahui oleh Cecil dan ibu bahwa aku keluar tanpa sepengetahuan mereka.

Karena sekarang kamarku pindah di lantai dua sehingga agak sulit untuk aku mencapainya dan aku harus masuk dari pintu belakang menuju dapur barulah bisa pergi dengan tangga ke lantai atas menuju kamarku, untunglah saat aku pulang ibu dan Cecil masih berada di kamar mereka masing-masing sehingga mereka tidak menyadari kepergianku kali ini.

"Aahh...untunglah mereka tidak pergi kemana-mana" gumamku merasa lega.

Aku pun segera masuk ke dalam kamarku karena hari sudah berganti menjadi malam dan baru saja aku hendak beristirahat, ibu datang mengetuk pintu kamarku dan dia menyuruhku untuk menyajikan makanan.

"Vivian, enak-enakan kau tidur sedari tadi! Cepat siapkan makan malamnya, Cecil harus segera makan!" Bentak ibu menyuruhku seperti seorang pembantu di matanya.

Aku hanya bisa mengangguk dengan menghembuskan nafas yang lesu dan segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam bagi mereka, aku memasak dibantu oleh bi Ida dan segera menyajikannya dengan rapih di atas meja, Dimana saat itu ibu dan Cecil sudah duduk menunggu makanannya.

"Lama sekali sih, dasar siput!" Bentak Cecil kepadaku,

"Maafkan aku kak, silahkan dimakan" balasku yang harus meminta maaf seperti biasanya.

Setiap hari mendapatkan banyak kesulitan dari ibu dan kakakku sendiri, di bentak, di jahati, bahkan mereka tidak segan melukai fisikku, tapi aku sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk membela diri atau melawan mereka.

"Sana kau pergi, dan jangan makan apapun sebelum kami selesai makan, juga jangan pergi ke kamarmu, apa kau dengar hah!" Bentak ibu kepadaku,

"Iya Bu, aku tahu" balasku dengan lesu.

Aku kembali ke dapur bersama bi Ida dan kami hanya bisa menunggu hingga mereka selesai makan, jika mereka selesai barulah aku dan bi Ida bisa makan dengan lauk sisa mereka dan masih harus membereskan piring kotor bekas makan mereka, selain itu masih harus membereskan dapur bekas masak.

Hingga jam sepuluh malam aku baru bisa beristirahat disaat ibu dan Cecil sudah tidur lebih dulu, aku sudah sangat lelah dan pinggangku rasanya seperti patah, tidur di kamar dan ranjang yang bagus ini memang sedikit menyenangkan, tapi pekerjaan dari ibu dan Cecil untukku juga semakin berat.

Bahkan jika aku bisa memilih aku lebih senang tidur di bawah bersama bi Ida, setidaknya aku bisa merasakan kedamaian dan tidak perlu bolak balik menaiki tangga yang membuat kakiku sakit karena belum terbiasa.

Sejak dulu aku jarang sekali naik ke lantai atas, bahkan ibu dan Cecil selalu melarangnya tapi sekarang karena kamarku ada di atas aku jadi harus berjalan bolak balik menaiki tangga dan itu cukup melelahkan bagiku.

Ke esokan paginya aku sudah bersemangat pergi untuk pergi ke sekolah dan aku bahkan sudah memasak sarapan untuk ibu dan Cecil tapi disaat aku hendak berangkat ke sekolah, Cecil meninggalkanku dan ibu menyuruhku untuk pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

"Heh....ini bekal sekolah untukmu, ingat jangan bilang pada ayahmu jika hanya aku beri dua puluh ribu!" Ucap ibu yang lagi-lagi memperingati aku.

Aku hanya bisa mengangguk karena sudah terbiasa dengan semua perlakuannya, ku pikir Cecil menungguku di luar namun rupanya tidak, dia sudah pergi lebih dulu beberapa saat yang lalu ketika aku harus mencuci piring kotor bekas makan dia dan ibunya.

"Eh....kemana mobilnya? Bu, dimana pak supir dan Cecil apa mereka tidak menungguku?" Tanyaku pada ibu,

"Memangnya kau ini siapa? Tolong sadar diri! Mana mungkin putriku harus menunggu pengemis sepertimu" ucap ibu dengan wajah yang sinis.

Aku hanya menatapnya dengan wajah yang bingung dan kedua tangan yang aku kepalkan dengan kuat berusaha untuk menahan emosi di dalam diriku.

"APA HAH? kau kesal? Marah? Ingat kau itu anak pungut, harunya bersyukur sudah aku tampung, sana pergi berjalan kaki" ucap ibu lalu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras.

Aku sangat kesal dan langsung pergi berlari menuju sekolah dengan menggerutu sepuasnya.

"Aaarkkkhhh....manusia tidak punya hati! Dasar manusia jahat!" Ucapku berteriak di pinggir jalan sambil terus berlari karena takut kesiangan.

Aku hanya membawa uang dua puluh ribu rupiah dan itu hanya cukup untuk ongkos menaiki bus, sedangkan di jam saat ini bus sudah sangat penuh dan akan sangat lama jika harus menunggunya, sehingga aku benar-benar harus berlari untuk sampai ke sekolah.

Terpopuler

Comments

Alihabibnisa

Alihabibnisa

jgn lugu amat vian😤😤 geram x aq liT si nenek sihir itu

2023-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!