Padahal awalnya aku sangat senang dan begitu bahagia bisa masuk ke sekolah yang besar dan luar biasa seperti ini, tetapi setelah mendengar banyak rumor mengerikan dan peraturan yang hanya menguntungkan orang kaya dan berkuasa saja, itu sudah membuatku sangat muak dan ingin muntah ketika mendengarnya.
Tapi meski begitu semuanya sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur dan aku juga sudah terlanjur bersekolah disana, meski aku benci sekarang dan aku tidak ingin sekolah disini tapi setidaknya keberadaan Bimo dan Elis sudah membuatku semakin lebih baik daripada sebelumnya.
Aku hanya bisa mengambil hikmah dari semua kejadian dan takdir yang menimpaku saat ini, dengan terjadinya kejadian barusan meski aku harus di permalukan terlebih dulu, setidaknya karena kejadian itu Elis mau membuka diri terhadapku dan dia mau menerima aku sebagai bagian dari temannya, walaupun dia terlihat sedikit cuek dan acuh tak acuh kepadaku.
Tapi walau begitu aku tetap percaya dan yakin kepadanya bahwa dia adalah orang yang baik, dia yang telah menolongku dua kali dan aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikannya itu, dia luar biasa dimataku dan dia yang terbaik dari semua orang yang aku temui di sekolah ini, aku senang bisa menjadi salah satu temannya, karena aku tahu tidak mudah untuk menjadi temannya dan aku juga akan menjaga kepercayaan dia terhadap diriku.
Kami kembali ke kelas dan menunggu hingga guru datang, tapi aku masih sibuk berbicara dengan Bimo sebab sangat penasaran dengan semua peraturan yang ada di sekolah ini, dan aku juga ingin menanyakan masalah pria yang sebelumnya aku tabrak, karena aku sangat penasaran dengan pria itu, pasalnya aku berpikir jas yang dia pakai sama persis dengan jas yang dikenakan oleh Cecil dan aku masih merasa heran kenapa dia bisa ada di kantin sekolah kami.
"Begitu Vivian, jadi aku mohon padamu yah, jangan pernah berurusan dengan tiga wanita pembawa onar itu, karena jika tidak kamu yang akan berada dalam masalah dan aku tidak ingin itu terjadi kepada temanku" ucap Bimo mengakhiri penjelasannya.
"Iya Bimo aku mengerti semua ucapanmu, tapi ada satu hal yang sedari tadi mengganjal di pikiranku dan aku sangat ingin menanyakannya kepadamu" ucapku menatapnya dengan lekat.
Bimo terlihat mengerutkan kedua alisnya dan akhirnya dia mengijinkan aku untuk mengungkapkan pertanyaanku tersebut.
"Ya sudah katakan apa yang mengganggu pikiranmu itu?" Tanyanya mempersilahkan,
"Aku ingin tahu apa Kaylo itu siswa di sekolah kita atau mahasiswa di universitas sebelah?" Tanyaku kepadanya dengan penasaran,
"Oh....dia anak kelas dua belas A, mungkin kamu pasti heran dengan jas yang dia kenakan bukan?" Balas Bimo dengan santai.
Aku sempat kaget karena Bimo mengetahui apa yang aku pikirkan, hingga aku kira dia tidak seculun kelihatannya, mungkin hanya penampilannya saja yang terlihat sedikit culun.
"Ahh....iya itu yang membuatku aneh, sebab sebelumnya dia menolongku di halaman sekolah, lalu aku lihat dia berjalan ke arah gedung universitas sehingga aku pikir dia mahasiswa, soalnya jas yang dia kenakan sama dengan jas yang dikenakan kakakku Cecil" balasku dengan jujur,
"Itu sebenarnya bukan jas sekolah tapi jas kelompok organisasi" jawab Bimo yang membuatku semakin penasaran.
Aku ingin menanyakannya lebih dalam lagi, dan ingin mengetahuinya lebih banyak mengenai organisasi tersebut tetapi sayangnya guru sudah datang dan aku terpaksa harus menyimpan rasa kepenasarananku terlebih dahulu, aku kembali membalikkan badan dan menghadap ke depan lalu mulai memperhatikan guru yang tengah menjelaskan di depan.
Aku bersyukur aku masih duduk di kelas dua belas B dan tidak berada di kelas yang sama dengan tiga wanita pembuat onar yang dikatakan oleh Bimo, jika aku satu kelas dengan mereka mungkin aku sudah habis akan di olok-olok oleh mereka bertiga habis-habisan.
Tapi aku juga sedikit merasa heran kenapa mereka bertiga bisa mengetahui keberadaan aku di sekolah ini sebagai murid baru dan mereka sampai mendatangi aku dan memaksa aku untuk makan siang bersama dengan mereka sebelumnya.
"Apa mereka mendekatiku karena tahu aku putri keluarga Wheeler yah?" Gerutuku memikirkan.
Aku terus saja memikirkan hal tersebut karena terus mengganggu pikiranku, aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan aku terus saja menggerakkan kakiku yang bergetar dengan bolpoin di tanganku yang terus aku coret-coret di buku dengan tatapan yang tidak fokus ke depan sampai tiba-tiba saja guru berbicara menunjukku untuk pergi ke depan.
"Anak baru, cepat selesaikan soal nomor dua di depan!" Ucap guru tersebut dengan tegas.
Aku masih belum sadar dan tidak mendengarnya sampai Elis menendang kakiku dengan kuat.
"Tuk....hey, apa kau melamun cepat ke depan sebelum guru menghukummu!" Ucap Elis dengan sorot mata yang tajam.
Aku langsung tersadar dan segera berdiri lalu berjalan ke depan dengan gugup, aku tidak tahu apa yang guru bahas sebelumnya dan apa yang harus aku kerjakan, bahkan soalnya pun aku tidak tahu, aku tetap berjalan ke depan dengan gugup hingga guru memberikan buku paketnya kepadaku dan menyuruh aku menyelesaikan soal nomor dua di buku tersebut.
"Ini, cepat kau selesaikan soal nomor dua" ucapnya terlihat begitu jutek.
Aku takut dan tanganku gemetar, tapi saat aku melihat soalnya, rupanya itu soal mudah yang pernah di berikan oleh guru home schooling yang mengajariku sebelumnya, sehingga aku yakin pada diriku sendiri bahwa aku bisa menyelesaikannya.
"Ahh....rupanya hanya soal ini" gumamku merasa jauh lebih baik.
Disisi lain Elis merasa sangat gugup dia khawatir Vivian tidak dapat menjawab tugas yang diberikan oleh guru ke padanya, dia terus menatap dengan cemas begitu pula dengan Bimo sampai akhirnya mereka tidak menyangka jika Vivian berhasil menyelesaikan soal paling sulit dimana tidak ada siapapun di kelas tersebut yang bisa menyelesaikan tugas nomor dua tersebut.
Bahkan guru juga mengerutkan dahinya dan menatap kaget tidak percaya dengan jawaban dari Vivian, dia bisa menyelesaikan soal itu hanya dengan melihat sekali soalnya dan terus menulis di papan tulis tanpa ragu sedikitpun.
"Ini pak saya sudah selesai" ucapku sambil segera kembali ke mejaku.
"Wahh...Vivian kau sangat hebat" ucap Bimo sambil mengacungkan dia jempol tangannya kepadaku.
Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum senang dan tersanjung, saat aku melihat Elis aku berharap dia juga akan memujiku namun nyatanya dia hanya menatapku sekilas dan berkata begitu pelan padaku.
"Itu lumayan" ucap Elis kepadaku.
Aku tetap senang meski dia hanya mengatakan lumayan karena aku tahu di dalam hatinya dia juga pasti bangga dan takjub denganku, aku sangat senang karena berhasil menjawab soalnya dengan benar dan tidak mempermalukan diriku sendiri.
"Wah....wah...ayo berikan tepuk tangan pada anak baru itu, dia hebat sekali bisa menyelesaikan soal yang bahkan aku belum memberikan rumusnya kepada kelas ini" ucap guru memberiku pujian.
Semua teman-teman sekelasku bertepuk tangan sangat riuh untukku dan mereka menatap tersenyum kepadaku, saat itu aku merasa tidak sendiri lagi, aku merasa mereka berada di pihakku sekarang.
Aku sangat senang mendapatkan banyak tepuk tangan dan senyum dari mereka semua, dari sekian banyaknya orang di sekitarku baru kali ini aku merasa dianggap dan di hargai oleh orang lain. Aku sungguh merasa tersanjung dan tidak tahu lagi harus bagaimana memperlihatkan kebahagiaanku ini.
"Terimakasih pak, teman-teman, ini hanya kebetulan saja" ucapku merendah,
"Kerja bagus Vivian bapak yakin kamu bisa naik kelas sebentar lagi" ucap pak guru lalu menutup pembelajarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Kura-kura
Yoo mana lanjutannya Thor kutunggu
2023-02-13
0
Alihabibnisa
semangat terus buat authornya😊😊😊
2023-02-12
1