Saking kagetnya aku bahkan hampir jatuh terjungkal ke belakang untunglah ada seseorang yang dengan cepat menahan tubuhku sehingga aku tidak sampai jatuh ke tanah.
"Eh ...eh ..aaaahhh...ahh, aku tidak jatuh?" Ucapku bingung dan mulai membuka mataku perlahan,
"Ohh ... terimakasih sudah menolongku" ucapku sambil segera berdiri tegak dan membungkuk memberi hormat pada seorang pria yang sudah membantuku barusan.
Pria itu terlihat sama judesnya dengan pangeran tampan yang baru saja meninggalkan aku barusan, bahkan yang ini terlihat jauh lebih galak dan menakutkan, dia memiliki wajah yang ditekuk rapat dengan sorot mata tajam yang dia sedikit sipitkan, lalu saat aku berterima kasih kepadanya dia justru malah mendorongku menyuruh menyingkir dari jalannya sambil berjalan melewati aku.
"Minggir kau, aishh....tanganku kotor karena memegang tubuh gadis asing itu" gerutukunya sambil mengusap kedua telapak tangannya dengan tisyu.
Melihat hal seperti itu, aku sangat kesal dan merasa tidak terima sehingga aku langsung mengejar dia dan berteriak kepadanya, meski dia tidak mendengarkan ku tapi aku tetap mengejarnya sampai ku tarik ujung jas yang dia kenakan.
"Hey, berhenti! Beraninya kau melakukan itu kepadaku, apa kau pikir aku ini sebuah bakteri yang akan membuatmu sakit atau terinfeksi!" Bentakku sangat keras.
Dia menarik kembali jasnya dengan kuat hingga lepas dari tanganku dan dia, mendorong sebelah bahuku cukup kuat.
"Bagus jika kau tahu itu. Jadi, menyingkir dariku atau kau akan mati!" Ucapnya mengancam.
Jujur saja ancaman yang tadi dia berikan kepadaku terasa sangat menakutkan dan aku langsung diam tertegun setelah mendengarnya, hingga aku lihat pria itu berbelok ke jalan menuju universitas dimana sebelumnya aku melihat mobil ayah melaju ke arah sana.
"Ohh....jadi dia seorang mahasiswa, CK sombong sekali dia itu sampai berani mengancamku begitu, memangnya dia pikir dia itu siapa" gerutuku kesal.
Aku memutuskan untuk pergi dan mengabaikan kejadian barusan yang terjadi kepadaku, dan aku segera pergi mengikuti orang-orang lain yang memakai seragam sama denganku hingga akhirnya aku sampai di depan gedung sekolahku, melihat banyak sekali siswa yang masuk dan berjalan dengan anggun dan tertib di sekitar sana, itu sungguh membuatku takjub, dan aku sudah sangat tidak sabar untuk pergi ke kelas yang akan menjadi tempat belajarku.
Aku segera masuk ke dalam gedung mewah dan besar itu lalu bertanya kepada beberapa orang siswa mengenai ruang guru disana, hingga seorang pria menawarkan bantuan kepadaku.
"Permisi, apa aku boleh bertanya sesuatu kepada kalian?" Tanyaku kepada dua orang yang menyender di tembok lorong tengah mengobrol bersama,
Yang satu adalah seorang wanita dengan pakaian sekolah rapih dan bando merah muda di kepalanya, sedangkan yang satu lagi adalah seorang pria yang terlihat agak culun karena membawa buku ditangannya dan menggunakan pakaian sekolah yang dimasukkan ke dalam, berbeda dengan siswa lain yang banyak aku temui sebelumnya.
Penampilan mereka juga menjadi alasan kenapa aku berani bertanya kepada mereka, karena diantara banyaknya siswa hanya merekalah yang aku pikir sama levelnya denganku walaupun yang wanita terlihat jauh lebih baik dariku, tapi untungnya mereka mau menjawabku dan tidak mengabaikan aku ataupun mengusirku seperti yang dilakukan oleh beberapa orang sebelumnya ketika aku bertanya kepada mereka.
"Boleh, katakan saja?" Balas wanita dengan bando merah muda di kepalanya tersebut.
Padahal jelas-jelas aku menatap ke arah pria yang terlihat sedikit culun itu tetapi yang menjawab justru malah wanita tersebut dengan nada sedikit mendominasi, membuat aku tidak yakin dengan jawaban apa yang akan dia berikan kepadaku setelah aku mendapatkan banyak penolakkan dan diusir sebelumnya.
"Heh, kenapa kau diam, bukannya tadi mau bertanya?" Tambah dia menyadarkan aku,
"Ohh, iya aku mau tanya mengenai letak ruang guru, jika boleh tahu itu di sebelah mana ya?" Tanyaku segera menanyakannya.
Aku berusaha menghempaskan semua pikiran-pikiran aneh di dalam pikiranku dan fokus pada jalanku yang sekarang, hingga tidak di sangka wanita itu bukan hanya memberitahuku tempatnya melainkan dia juga mau langsung mengantarkan aku kesana.
"Ruang guru ya, itu ada di gedung utama dan cukup jauh dari sini mungkin jika hanya ditunjukkan kau tidak akan tahu betul, sudahlah ayo aku antarkan kau kesana" ucapnya langsung mengajakku,
"E..ehh...iya..." Ucapku dengan gugup dan segera menyusulnya.
Selama berjalan dengannya aku tetap menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengannya dan tidak menyebabkan masalah yang tidak diinginkan, wanita itu berjalan di depan menunjukkan arah bersama pria culun berkacamata persegi panjang tersebut, sedangkan aku hanya berjalan di belakang mereka dengan pelan, jangankan untuk mendahului mereka berjalan beriringan dengan mereka saja aku masih tidak berani.
Sampai kami sampai di depan ruang guru dia mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam sebelum dia segera pergi meninggalkan aku.
"Nah, ini ruang gurunya ayo masuk saja" ucapnya kepadaku,
"Ohh iya terima kasih banyak atas bantuannya" balasku sambil tersenyum merasa senang.
Aku sudah berusaha mendekatkan diri dengan mereka dan berharap aku bisa berada satu kelas dengan mereka berdua karena dari sejak awal melihat mereka aku sudah bisa menilai bahwa mereka adalah orang baik, meskipun wajah wanita itu terlihat begitu muram dan datar tanpa ekspresi apapun.
Walau begitu jika dilihat dari perilakunya dia bukanlah anak sangat seperti yang terlihat di wajahnya, tetapi bagiku dia adalah orang baik yang masih memiliki keperdulian di tengah-tengah orang sombong dan sok segalanya di dalam sekolah ini.
Aku segera menarik nafasku untuk menetralkan diriku sendiri dan menenangkan jantungku yang terus berdetak kencang tidak terkendali semenjak aku sampai di depan ruang guru tersebut.
Tidak menunggu waktu lebih lama lagi, aku segera masuk ke dalam dan mencari seorang guru yang bernama ibu Virda, setelah menemukannya dia langsung tersenyum kepadaku dan segera mengajakku untuk pergi menuju kelas.
"Aaahh....kamu pasti Vivian Wheeler iya kan, ayo...ayo aku sudah menunggumu cukup lama" ucapnya sambil bangkit dari kursinya dan membawa aku keluar dari ruangan tersebut.
Dia langsung membawaku ke dalam kelas dan menyuruh aku untuk memperkenalkan diri, ini pertama kalinya aku berdiri di depan banyak orang lagi setelah beberapa tahun yang lalu, aku memang sedikit malu tetapi berusaha menahan ketidak nyamanan itu sehingga aku segera mengerahkan semua keberanian dalam diriku.
"Ayo masuk dan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelas" ucap ibu Virda,
"Hallo semuanya namaku Vivian Wheeler, senang bertemu dengan kalian semua, tolong bimbing aku dalam belajar agar lebih baik di masa depan" ucapku memperkenalkan diri.
Ibu Virda tersenyum padaku dan teman-teman juga menyambut kedatangannya dengan gembira, mereka terlihat tidak keberatan dengan ada aku di dalam kelas mereka sebagai siswa baru, bahkan diantara mereka ada yang sangat baik mau memberikan kursinya untukku, tetapi aku segera menolaknya karena aku melihat seorang pria culun itu duduk di bangku paling belakang, sehingga aku memilih bangku kosong yang ada di depan bangku pria culun tersebut.
Tidak lupa aku juga menyapanya dan bukan hanya pria itu yang ada di kelas ini, namun wanita yang berpakaian rapih itu juga ada disana, mejanya tepat di samping mejaku dan aku senang bisa duduk dekat dengan orang yang aku kenal, walau tidak benar-benar mengenal mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments