Pulang Sekolah

"A..oh....iya terima kasih banyak pak" ucapku merasa tersanjung.

Aku hanya tersenyum dan membungkuk memberi hormat kepada guru tersebut meski sebenarnya aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan dengan mengatakan bahwa aku akan cepat naik kelas padahal aku sudah kelas dua belas dan pasti akan lulus bukan naik kelas lagi.

Saat guru sudah keluar, ketua kelas mulai membubarkan kelas dan semua orang yang ada di dalam kelas segera berhamburan keluar dan pulang begitu pula denganku, aku harus segera pula dengan terburu-buru karena aku takut supir sudah menungguku di gerbang depan, namun disaat aku terburu-buru memasukkan barang-barang sekolahku ke dalam tas, tiba-tiba saja dari belakang Elis menepuk pundakku dan dia mengajakku untuk pulang bersama.

"Puk....hey lemah, cepat ikut aku, apa kau mau pulang sendiri?" Ucapnya dengan santai dan berjalan mendahului aku.

Awalnya aku tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Elis sebab cara bicaranya sulit sekali untuk aku pahami, dia tidak berbicara secara gamblang dan menggunakan kalimat kiasan saat bicara denganku, sehingga wajar saja bukan jika aku tidak memahami ucapannya tersebut.

Aku menatap keheranan dengan menaikkan kedua alisku menatap pada Bimo yang saat itu berjalan melewati aku, dia memberikan isyarat dan membisikan sesuatu terlebih dahulu kepadaku sebelum melanjutkan jalannya.

"Itu artinya kau harus pulang dengan kami, ayo cepat" bisik Bimo sambil tersenyum padaku.

Aku juga membalas senyumannya itu dan sungguh merasa senang ketika mendengarkan kalimat tersebut dari Bimo, awalnya aku pikir Elis tidak ingin pulang denganku, tapi ternyata ucapannya tadi adalah cara dia mengajakku pulang bersama, aku menjadi sangat bersemangat dan segera memakai ranselku lalu berlari menyusul mereka berdua.

"Elis....Bimo tunggu aku!" Teriakku dengan perasaan yang senang.

Kami pun berjalan bersama-sama menyusuri lorong kelas sampai kami berjalan di halaman sekolah menuju gerbang utama, sampai ketika kami baru saja melewati pagar yang menjulang tinggi itu, aku bisa langsung melihat mobil milik keluarga Wheeler dan ada pak supir juga yang berdiri di samping mobil itu.

Aku pun segera melambaikan tangan dan memanggil pak supir agar dia bisa melihat ke arahku.

"Pak....aku disini, tunggu sebentar" ucapku kepada pak supir.

Sebelum pergi aku berpamitan dulu kepada Elis dan Bimo, dan tidak lupa menawarkan tumpangan kepada mereka.

"Elis, Bimo aku sudah ada yang menjemput, apa kalian mau ikut denganku, aku bisa meminta pak supir mengantarkan kalian" ucapku menawarkan tumpangan,

"Ahh...iya aku mau, ayo Elis kita pulang bersama Vivian saja" ucap Bimo yang terlihat begitu antusias.

Bimo bahkan sudah menarik tangan Elis, aku sangat senang melihat Bimo menerima tawaranku namun berbeda dengan Elis dia tetap menolak dengan tegas dan menghempaskan tangan Bimo yang terus menariknya untuk pergi ke dalam mobilku.

"Aishh....Bimo! Kalau kau mau pulang dengannya pergi saja, jangan memaksaku!" Bentak Elis yang terlihat bete dan kesal.

Melihat itu aku tahu Elis tidak ingin menerima tumpangan ku dan aku tidak ingin membuat Bimo dan Elis bertengkar sehingga aku pun memutuskan untuk segera pergi dari sana agar tidak menyebabkan banyak masalah yang lebih besar lagi diantara mereka berdua.

"Eumm....Bimo sudahlah lebih baik kamu temani Elis saja, jika kamu ingin pulang bersamaku menaiki mobil itu, kita bisa mencobanya lain kali, bagaimana?" Ucapku memberikan tawaran,

"Benarkah, apa kau berjanji?" Tanya Bimo memintaku untuk mengikat janji dengannya,

"Tentu saja aku janji" ucapku mengangguk dan mengaitkan jari kelingkingku dengan Bimo.

"Ya sudah, aku pergi duluan yah" ucapku sambil melambaikan tangan.

Tapi baru saja aku mau masuk ke dalam mobil, Bimo berteriak sangat kencang memanggil namaku dan membuat aku mengurungkan niat, lalu kembali berdiri di luar dan tidak jadi masuk ke dalam.

"Vivian tunggu!" Teriak Bimo memanggilku,

"Eh, ada apa Bimo apa ada yang kau lupakan?" Tanyaku dengan heran,

"Vivian lihatlah, Elis sudah mau pulang denganmu apa tawaran dan janji tadi masih berlaku sekarang?" Tanya Bimo kepadaku.

Aku langsung menganggukkan kepala dan mempersilahkan Bimo juga Elis untuk masuk ke dalam mobil, bisa ku lihat dengan jelas bagaimana Bimo begitu antusias untuk masuk ke dalam mobil, dia juga terlihat sangat senang ketika berada di dalam mobil, aku turut senang ketika melihat temanku merasa senang.

Walaupun Elis terlihat tetap berwajah datar dan melipatkan kedua tangannya di dada, aku tetap yakin bahwa di dalam hatinya dia juga pasti merasakan kesenangan yang sama dengan apa yang Bimo rasakan, kami pun segera meluncur menuju kediaman Elis terlebih dahulu karena rumah Elis lah yang paling dekat dengan sekolah.

Saat di perjalanan Bimo terus saja terpukau dengan mobil yang kami tumpangi dan dia terus banyak bertanya tentangku dan semua kemewahan yang aku miliki sebagai anggota keluarga Wheeler, meski aku sedikit tidak nyaman ketika harus membahas masalah keluarga tersebut, tetapi jika itu bisa membuatku semakin dekat dengan Bimo, aku bisa menahan ketidak nyamanan tersebut.

"Wahh ....Vivian mobilmu ini sangat luar biasa sekali, ada AC di dalamnya dan ini sangat sejuk, wahhh tempat duduknya juga empuk sekali, ini bahkan lebih empuk dari ranjang di rumahku, kamu hebat Vivian" ucap Bimo yang terus terpukau dan menikmati duduknya dengan nyaman,

"Ehehe....Bimo jangan berlebihan, lagi pula kamu sendiri tahu kan ini mobil keluarga Wheeler bukan milikku, aku hanya meminjamnya saja" balasku sambil tersenyum,

"Tapi ini tetap hebat, jika mobilnya saja sebagus ini bagaimana dengan rumah tempatmu tinggal Vivian, apa sama dengan kediaman keluarga Wheeler yang sering aku lihat di koran?, Apa sebagus itu Vivian, apa kau tinggal disana?, Wahh...kamarmu pasti sangat bagus bukan?" Tambah Bimo terus membicarakan kemewahan di sekitarku.

Aku pun hanya bisa terdiam dan tersenyum menahan semuanya, aku tidak mungkin membicarakan apa yang aku lalui selama ini di keluarga Wheeler dan mungkin mereka juga tidak akan mempercayai ucapanku jika aku mengatakan yang sebenarnya, sehingga aku hanya bisa tersenyum menanggapinya.

Untunglah Elis dengan cepat membungkam mulut Bimo sampai dia berhenti menanyakan hal-hal lain kepadaku dan tidak membicarakan masalah kekayaan keluarga Wheeler lagi.

"Heh, kau akan diam atau aku yang akan membekap mulutmu lebih keras!" Ancam Elis sambil membekap mulut Bimo dengan kuat.

Aku saja yang melihat itu sedikit kaget dan membuka mataku dengan lebar, bukan apa-apa tapi aku takut Bimo kehabisan nafas karena di bekap cukup kuat seperti itu.

"Eum....eumm...ahh....Elis apa kau ini preman, kenapa membekapku kuat sekali aahh....ini sampai merah" ucap Bimo sambil memegangi mulutnya,

"Aishh....itu salahmu, siapa suruh kau cerewet sekali, berisik!" Ucap Elis sambil menatapnya dengan tajam dan hampir melemparkan tinjuan pada Bimo.

Aku hanya bisa menahan tawa melihat mereka bertengkar seperti itu, ini adalah pertama kalinya aku merasakan memiliki teman dan bisa melihat teman-temanku bercanda di hadapanku seperti itu, rasanya menyenangkan dan itu adalah pengalaman baru untukku.

Terpopuler

Comments

Alihabibnisa

Alihabibnisa

next

2023-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!