"Eh ...hai.... Senang bisa berada satu kelas denganmu, bisa kita menjadi teman sekarang?" Tanyaku mengajaknya bersalaman.
Pria itu terlihat sedikit kebingungan dan dia justru malah menatap ke arah wanita yang berwajah datar tepat duduk di samping mejaku, dia adalah wanita yang mengantarkan aku ke ruang guru sebelumnya.
"Ada apa? Kamu tidak mau berteman denganku?" Tanyaku pada pria itu lagi,
"E..eh...tidak bukan begitu, tapi kamu orang kedua setelah Elis yang mau berteman dengan pria sepertiku, jadi aku membutuhkan persetujuannya" ucap pria itu membuatku bingung.
Aku hanya mengangguk seakan mengerti dan kembali membalikkan badanku ke depan lalu fokus dengan pelajaran hingga jam istirahat di mulai, aku tidak memiliki siapapun yang aku kenal disana sehingga tidak ada pilihan lain untukku selain mendekati kedua orang yang pernah membantuku mencari ruang guru sebelumnya.
Saat mereka terlihat berjalan keluar kelas aku langsung mengikuti mereka dan mengejar mereka sampai menahan tangan wanita itu dengan wajah datar dan pakaian yang rapih.
"Eh, hey... Hey.... Tunggu!" Ucapku sambil berhasil menahan tangannya.
Dia langsung berbalik dan menatap ke arah tanganku yang masih memegangi tangannya sehingga aku segera melepaskan pegangan itu.
"Ohh....maaf tadi aku terpaksa menahan tanganmu karena kamu tidak mendengar teriakan aku ketika aku memanggil kalian, maaf ya" balasku merasa sedikit tidak enak sebab dia menatapku dengan tatapan yang tajam dan tanpa ekspresi.
"Ada apa kau memanggil kami?" Tanya wanita tersebut.
Dia terlihat cukup menyeramkan dan dia begitu datar, aku tidak tahu apakah jiwa mereka tertukar atau bagaimana sebab dia wanita tapi seperti laki-laki, namun yang laki-laki justru malah lembut seperti perempuan, melihat mereka memang membuat aku sedikit kebingungan dan heran, tetapi asalkan mereka baik aku masih mau berteman dengan mereka.
Sebab saat aku mengamati siswa yang lain terlihat begitu naif dan mereka semua mementingkan kedudukan keluarga mereka di sekolah, sedang aku tidak menyukai hal tersebut.
"Be..begini....aku mau berteman dengan kalian, jadi boleh aku tahu nama kalian berdua dan apa kalian mau menerima aku sebagai teman baru kalian?" Ungkapku memberitahu mereka.
Mereka malah diam saja dan tidak menjawab permintaanku hingga tiba-tiba saja seorang perempuan datang menghampiriku dan dia langsung merangkul pundakku secara tiba-tiba serta berbicara kepadaku seakan dia sudah mengenalku sejak lama, padahal aku sama sekali tidak mengenali dia.
"Aaahh....disini kamu rupanya, aku sudah mencarimu kemana-mana, ayo ikut kami untuk makan siang di kantin, kau harus bergaul dengan kami para pewaris dari keluarga terpandang bukan dengan gembel seperti mereka, ayo tinggalkan saja mereka" ucap perempuan itu sambil menarikku secara langsung tanpa aba-aba.
"E..eh....tunggu, tapi...aku..." Ucapku tertahan karena dia terus menarik tanganku bersamanya.
Dan dia tidak seorang diri dia menarik aku bersama dengan dua temannya yang memakai riasan full di wajah mereka, dengan tas branded dan semua yang mereka pakaian dari mulai ikat rambut sampai perhiasan lainnya itu nampak sangat berkilauan sampai rasanya aku tidak kuat untuk melihat Kilauan dari tubuh mereka.
Dia terus membawaku ke kantin dan kami sudah mengambil makanan hingga duduk di satu meja paling bagus di kantin tersebut, dia juga terlihat antusias menyambutku.
"Eh...aku dengar-dengar kamu dari keluarga Wheeler ya, apa itu betul, dan apa kamu benar adiknya Cecil Wheeler?" Tanya wanita itu begitu penasaran dan antusias kepadaku.
Pada awalnya aku merasa senang karena setidaknya ada orang yang mau menerima aku menjadi temannya meski pun mereka berpenampilan cukup glamor bagiku, tetapi semua kesenangan itu seketika berubah dan hilang ketika aku mendengar mereka nampak antusias menanyakan masalah keluargaku dan kakak angkatku.
"Hmm...rupanya kalian hanya penasaran tenang keluargaku dan kakakku yah, aku pikir kalian tulus mau mengajakku makan bersama dengan kalian" balasku dengan senyum tipis menahan kekecewaan pada mereka.
"Hah?, Apa kau bercanda, ini sekolah favorit dan tempat orang-orang kaya, tentu saja disini ada tingkatan level, dan kau harusnya bersyukur karena terlahir dari keluarga kaya raya seperti keluarga Wheeler, setidaknya keluarga itu menjadi salah satu keluarga berpengaruh di kota ini, apa kau tidak bersyukur?" Ucapnya mulai memperlihatkan sifat dia yang sesungguhnya.
"Kau salah jika mengira aku tidak bersyukur atas hidupku, aku senang dan bahagia karena bisa menjadi salah satu bagian keluarga Wheeler, tetapi aku tidak ingin mendapatkan segalanya hanya karena pengaruh yang keluargaku miliki, aku berbeda dengan kakakku dan kita juga tidak sama!" Balasku dengan tegas.
Aku langsung berdiri dari kursi tempat dudukku dan menatapnya dengan tajam untuk terakhir kalinya.
"Dengarkan aku baik-baik, aku tidak perduli dengan kasta ataupun tingkatan keluarga, dan aku tidak ingin menjadi bagian dari geng kalian!" Kataku mendominasi.
"Hah...haha...apa dia baru saja menggertaku?, Aishh...sialan awas saja aku tidak akan membuat dia mudah tinggal di dalam kelas kita!" Ucap seorang wanita dengan dendam.
Aku tidak perduli meski wanita itu marah denganku, aku tetap berjalan pergi dengan perasaan yang kesal dan emosi di dalam diriku, aku sangat kesal karena wanita itu berpikiran sempit, bagaimana bisa dia berpikir aku sama seperti dirinya, bahkan aku tidak pernah meminta dia untuk menjemputku dan mengajak aku makan bersama dengannya.
Aku sama sekali tidak tertarik menjadi anggota kelompok orang-orang kaya yang naif seperti mereka, aku benci kebohongan dan aku hanya menyukai hal-hal nyata dan sederhana, aku tidak mencari kebahagiaan aku hanya mencari ketenangan sebab aku percaya jika kita tenang bahagia akan datang dengan sendirinya tanpa harus kita cari.
Aku terus berjalan sambil membawa baki makananku berniat untuk menaruhnya kembali, tetapi saat aku tengah berjalan, aku tidak fokus sebab terus menggerutu kesal akibat perdebatan dengan wanita kaya itu sebelumnya, sehingga aku tidak sengaja menabrak seorang pria yang berjalan di depanku.
"Brukk....aaaaahh...." Suaraku yang menabraknya hingga membuat rendang ayam menu makan siangku mengotori jas sekolahnya.
"Ohh....maafkan aku, tolong maafkan aku aku sungguh tidak sengaja, maafkan aku" ucapku sambil langsung menunduk meminta maaf.
"Kau?" Ucap pria itu membuatku langsung menatapnya.
Dan betapa kagetnya aku saat melihat bahwa pria itu adalah pria yang menolongku di halaman sekolah sebelumnya, iya dia pria berwajah datar dan kejam yang menyanggah tubuhku disaat aku hampir terjengkang ke belakang saat di halaman sekolah pagi tadi.
"Ohhh...syukurlah ternyata itu kau, maafkan aku yah, tadi aku..." Ucapku tertahan,
"Heh....apanya yang syukur, kau mengotori jas sekolahku lihat ini!" Bentaknya membuatku merinding ngeri.
Wajahnya itu sungguh menakutkan dia memiliki potongan rambut yang mirip seorang br*ndal di pinggir jalan, dan dia membentakku sangat keras dihadapan semua orang yang berada di kantin, aku hanya bisa menunduk malu dan takut.
Tanganku sudah bergetar tidak karuan dan dia terus membentakku serta memarahiku meski aku sudah meminta maaf berkali-kali kepadanya.
"Apa kau ini pembawa sial, kenapa kau berjalan tanpa melihat ke depan, kau sudah membuatku kesal dua kali, aihhh....dasar kau aarghhh sekarang bagaimana dengan jasku" gerutunya terus merutuki aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments