Saat itu baru saja aku hendak menutup mataku dan beristirahat tapi tiba-tiba saja suara teriakan ibuku menggelegar begitu keras di iringi dengan ketukan pintu yang cukup kuat.
"Vivia...tok.....tok....Vivian keluar kau!" Teriak ibuku dengan nada suara yang seperti dipenuhi emosi.
Aku segera bangkit dari ranjang dan berusaha berdiri dengan susah payah, aku berjalan dengan perlahan hingga segera membuka pintu menghadap pada ibuku.
"Iya Bu ada apa?" Tanyaku dengan heran.
Ibuku tiba-tiba saja langsung menarik tanganku dengan kuat dan aku yang masih merasakan sakit di kakiku sehingga tidak bisa menyamakan tarikan tangannya dan dia terus menarikku sampai aku terjatuh ke lantai dengan cukup keras.
"Bu sakit...tolong lepaskan tanganku, kakiku baru saja terkilir....bruk, aaaawww..." Aku terjatuh ke lantai cukup keras.
Ibu ternyata membawaku menghadap ayah di ruang tengah dan dia sama sekali tidak merasa kasihan melihat aku yang jatuh kesakitan, aku memegangi kakiku yang semakin terasa sakit tapi ayah menyuruhku untuk segera bangkit, meski aku sudah mengatakan bahwa aku tidak bisa berdiri dengan cepat ayah tetap membentakku dan memintaku untuk berdiri menghadapnya saat itu juga.
"Vivian apa lagi yang kamu tunggu cepat bangkit berdiri, apa kamu tidak mendengar ucapan ayah!" Bentak ayahku mendominasi.
Aku segera berusaha bangkit sampai bi Ida datang telat waktu dan dia membantuku berdiri sekaligus membelaku dihadapan Cecil ibuku serta ayahku.
"Ya ampun nona Vivian, mari bibi bantu berdiri" ucap bi Ida dan langsung mengangkat ku,
"Cukup, Ida apa yang kau lakukan beraninya kau membantu dia dihadapan kami secara terang-terangan apa kau mau aku pecat hah!" Bentak ibuku mengancam bi Ida, aku segera menahannya.
Aku tidak ingin bi Ida dipecat dari sini aku tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang menyayangi aku dan mengurusi aku dengan tulus sejak aku kecil, mungkin jika tidak ada bi Ida aku juga tidak akan pernah tumbuh sebaik sekarang.
"Tidak ibu, aku mohon tolong jangan berkata seperti itu, aku janji bi Ida tidak akan membantu apapun lagi padaku tolong maafkan dia" ucapku sambil menunduk kepada ibuku,
"Ida apa kau dengar, sekarang kembali sana kau ke dapur!" Bentak ibuku lagi.
Aku tahu saat itu bi Ida menggelengkan kepalanya dan dia memegang lenganku dengan erat, dia tidak ingin melepaskanku dan dia ingin terus melindungiku disana namun aku segera tersenyum kepadanya menunjukkan bahwa aku baik-baik saja.
"Bi, cepatlah pergi sebelum ibu berubah pikiran aku tidak ingin jauh darimu bi, pergilah aku bisa menghadapi mereka sendiri" ucapku meyakinkannya.
Bi Ida pun pergi dengan sendu dan secara terpaksa namun disaat bi Ida baru saja pergi Ayah langsung berbicara kepadaku dan memintaku untuk bersujud meminta maaf kepada Cecil karena sudah merusak pesta ulang tahunnya tadi.
"Vivian sekarang ayah ingin kau meminta maaf kepada kakakmu karena kau sudah merusak pestanya, cepat minta maaf kepadanya dan bersujud dengan baik" ucap ayahku membuat aku sangat kaget ketika mendengarnya.
Sebelumnya meskipun ayah marah padaku dia tidak pernah memintaku untuk menunduk atau merendahkan diriku seperti ini kepada Cecil tapi kali ini dia sungguh sudah benar-benar berubah dia sudah tidak berpihak denganku lagi, bahkan dia tega melihat aku di perlakukan sangat buruk oleh ibuku sendiri dihadapan dirinya secara langsung.
Aku sungguh tidak bisa melakukan itu, aku tidak bersalah sama sekali meskipun aku memang datang ke acara pesta ulangtahun Cecil tetapi aku tidak membuat kekacauan yang begitu fatal pada pestanya sehingga bagiku meminta maaf kepada Cecil dengan cara seperti itu sangatlah merugikan untukku dan itu hanya membuat aku semakin rendah di hadapan mereka.
Karena aku tidak bisa menerimanya aku tetap berdiri mematung dan tidak menuruti apa yang diperintahkan oleh ayahku, aku berusaha menahan emosi di dalam diriku dengan mengepalkan kedua lenganku erat-erat lalu aku memberanikan diri untuk menyanggah ucapan ayahku untuk pertama kalinya.
"Ayah....aku tidak bersalah apa kau pikir pantas meminta maaf seperti itu?, Sekalipun aku salah aku akan meminta maaf pada Cecil dengan cara yang benar bukan seperti yang kau ucapkan" ucapku membalasnya.
Ibuku menghampiriku dan dia langsung menampar pipiku dengan keras hingga meninggalkan bekas merah yang sangat jelas di sebelah pipiku.
"Plak....dasar anak kurang ngajar, kau itu kami besarkan hingga seperti sekarang kenapa kau bersikap tidak tahu diri seperti ini?" Bentak ibuku setelah melemparkan tamparan kepadaku.
Bibirku mulai bergetar dan aku berusaha keras menahan agar air mataku tidak tumpah aku memegangi pipiku yang terasa mati rasa karena di tampar sangat kuat oleh sang ibu, lalu aku menatapnya dengan penuh keberanian dan sedikit melemparkan senyum sekilas lalu menjawab perkataannya.
"Ibu aku ingin mengatakan pertanyaan ini sejak lama, sekarang aku sudah 17 tahun dan perlakuan kalian semua kepadaku sangat berbeda dengan kepada Cecil, sekarang aku tanya apa aku putri kalian atau bukan?" Tanyaku memberanikan diri dengan menahan semua rasa sakit di dadaku sendiri.
Ketiga orang itu langsung diam membisu tidak ada satu pun diantara mereka yang menjawab pertanyaanku, begitu pun dengan ayah dan ibu yang hanya saling tatap satu sama lain tanpa memberikan jawaban kepadaku.
Melihat mereka yang langsung terdiam ketika aku menanyakan pertanyaan yang selalu mengganjal dalam diriku sejak kecil hingga saat ini, aku pun mengerti sekarang aku mungkin memang bukan anak kandung mereka sehingga aku hanya tersenyum kecil dan kembali mengungkapkan apa yang seharusnya aku katakan sejak lama kepada mereka selama ini.
"Kenapa kalian diam?, Kenapa tidak menjawabku apa aku ini anak kalian atau bukan?, Cecil aku tanya padamu, apa aku ini adikmu atau bukan?, Tolong jawab aku Cecil aku butuh jawaban" ucapku sambil menggoyangkan tangan Cecil karena sudah tidak tahan melihat mereka yang terus bungkam.
Aku terus berusaha mendesak mereka agar mereka mau memberikan jawaban atau setidaknya penjelasan kepadaku karena aku juga berhak mengetahui semua kebenarannya, hingga akhirnya ibuku angkat bicara dan dia menatapku dengan penuh kebencian serta sorot mata yang begitu tajam sambil mendorongku menjauh dari Cecil.
"Lepaskan putriku kau tidak bisa menyakitinya dan mendesak dia seperti itu, asal kau tahu kau memang bukan putriku kau hanya seorang anak pungut yang dibawa oleh suamiku dari jalanan, sampai kapanpun kau berbeda dengan Cecil kau tidak sebanding dengannya!" Bentak ibuku membuat hatiku hancur berkeping-keping.
Aku merasa sangat hancur dan lemah sekarang tubuhku terasa begitu lemas dan aku tidak kuat menahan semua kenyataan pahit ini, meskipun aku sudah menduganya sejak lama tapi ketika mendengarnya secara langsung dari mulut ibuku sendiri, aku tetap saja merasa sangat sakit dan kecewa.
Tubuhku ambruk ke lantai dan air mata langsung menerobos begitu saja tanpa permisi bahkan ketika aku tidak mengijinkannya untuk keluar, ibuku pergi membawa Cecil kembali ke kamarnya sedangkan ayahku mulai menghampiriku dan dia meminta maaf kepadaku saat itu.
"Vivian maafkan ayah, ayah tahu ayah sudah membohongimu selama ini tolong maafkan ayah, dan ini ayah menemukan anting ini di telingamu saat kau masih bayi kau bisa memilikinya sekarang dan kau harus menjaganya dengan baik, ayah yakin kamu bisa bertemu dengan keluargamu, maafkan ayah Vivian" ucap ayahku sambil memelukku dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Kura-kura
mantap Thor huhu awal bab udah bikin terharu aja
2023-02-06
0