Memikirkan Pria masa Kecil

Aku hanya menatap linglung tidak mengerti dengan wajah yang dipenuhi oleh kue ulangtahun milik Cecil, aku ingin membela diri kepada ayahku tapi dia sudah lebih dulu marah dan menyuruhku untuk segera pergi dari pesta tersebut, bahkan dia menyeretku secara langsung dan membawaku ke dapur.

"Vivian apa yang kamu lakukan, cepat ayo ikut ayah, kamu tidak bisa mengikuti pesta mewah seperti ini!" Bentak ayahku sambil langsung menarik tangan kecilku dan membawa aku ke dapur.

"Ayah...hiks..hiks...hiks...ayah lepaskan aku, ini bukan salahku ayah" rengek ku berusaha membela diriku sendiri.

Ayah tetap tidak mendengarkan ucapanku dan dia sama sekali tidak memiliki rasa empati terhadapku dia terus mendorong aku masuk ke dapur dan mengunciku di dalam sana seorang diri.

"Brukkk...diam kau disini ayah akan meminta bi Ida untuk mengurusi mu, dan kamu tidak boleh hadir di pesta manapun lagi setelah ini, ayah sangat kecewa padamu Vivian" ucap ayahku mendorongku hingga aku jatuh ke lantai dan dia pergi meninggalkanku begitu saja,

"Ayah...tidak...ayah...ini bukan salahku...hiks..hiks..ayah...tunggu!" Teriak aku berusaha menahannya.

Ayah tetap pergi dan dia mengabaikan aku, tidak ada sedikitpun kepedulian dari ayah untukku dia kecewa kepadaku hanya karena hal sepele seperti itu, padahal Cecil lah yang mendorong kepalaku dengan keras hingga jatuh ke atas kue miliknya namun dia justru mengalihkan kesalahannya kepadaku bahkan dia mengadu kepada ayah hingga ayah melakukan ini kepadaku.

Aku sangat sakit hati tapi aku tidak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa menangis di pojokan dapur seorang diri hingga tidak lama akhirnya bi Ida tiba disana dan dia langsung memelukku.

"Nona Vivian ada apa denganmu?" Tanya bi Ida sambil memelukku dan mengusap lembut rambutku berkali-kali,

"Hiks...hiks...bi...ayah bi, dia membenciku juga mulai sekarang, hiks..hiks..aku harus bagaimana bi" ucapku sambil terus menangis tanpa henti.

Bi Ida membantuku berdiri dan dia meminta aku agar tidak memikirkan masalah itu sebab saat itu aku masih berusia lima tahun, bi Ida mengalihkan kesedihanku dengan mengajak aku untuk pergi ke taman besok sore dan bermain sepuasnya disana, sehingga aku segera berhenti menangis dan mempercayai apapun yang dikatakan oleh bi Ida saat itu.

"Nona tuan bukannya membenci nona hanya saja dia tengah sedikit marah, nanti juga tuan akan kembali mendatangi nona lagi, jangan khawatir nona Vivian disini masih ada bibi, sudah ya jangan menangis lagi jika nona Vivian berhenti menangis bibi janji akan membawa nona bermain besok ke taman bunga kesukaan nona bagaimana?" Ucap bi Ida mengalihkan ku,

"Waahh.....benarkah, bisakah bibi berjanji padaku?" Tanyaku memastikan,

"Tentu saja, lagi pula kita kan selalu diminta untuk merawat kebun bunga milik nyonya tapi besok bibi akan belikan roti stroberi kesukaan nona sebagai hadiah ulangtahun" ucap bi Ida menambahkan.

Aku yang memang masih kecil tentu saja sangat senang walaupun hanya akan mendapatkan sebuah roti dari bi Ida, aku langsung berhenti menangis dan bi Ida membawaku untuk membersihkan diri, aku hanya mengangguk patuh dan menurutinya begitu saja, aku segera membersihkan diri dan terus tertawa riang bercanda dengan bi Ida yang memandikan aku dengan begitu lembut.

Aku sangat senang dan dalam sekejap bisa langsung melupakan kesedihan di dalam diriku yang aku rasakan sebelumnya, lalu setelah selesai berganti pakaian aku langsung diberi makan oleh bi Ida hingga setelah pesta Selesai ibu menyuruhku untuk membereskan sisa pesta bersama bi Ida.

"Wow....bagus...bagus...yah, kalian berdua enak-enakan bersantai dan makan disini sedangkan di luar sana berantakan, cepat bereskan semuanya dan kau Vivian kau tidak akan bisa tidur sebelum semuanya benar-benar beres!" Bentak ibuku sambil menunjukkan dengan jarinya dan sorot mata yang tajam.

Aku bergidik ngeri dan hanya mengangguk patuh sambil memeluk bi Ida mencari perlindungan darinya, setelah ibuku pergi aku langsung diajak oleh bi Ida untuk membersihkan semua seisi ruang ruangan tengah dan membereskan semua kekacauan disana sisa pesta sebelumnya, walaupun saat itu bi Ida sudah melarangku untuk membantunya tapi aku tahu semua ini tidak mungkin cepat selesai jika dikerjakan oleh bi Ida seorang diri.

Aku juga merasa kasihan melihat dia harus membereskan semuanya sendirian sehingga aku tetap berinisiatif untuk membantunya.

"Nona Vivian sudah....sudah, jangan menyentuh piring kotor itu biar bibi yang akan membawanya ke dapur sebaiknya nona pergi ke kamar dan segera beristirahat lebih awal, nona pasti lelahkan setelah menangis tadi, ayo nona segera kembali ke kamar" ucap bi Ida menahanku untuk membantunya,

"Tidak papa bi, Vivian sudah lima tahun sekarang dan sudah bisa bekerja membantu bibi, Vivian mau membuat ibu senang, jika Vivian tidak membersihkan semuanya ibu akan memarahi Vivian dan bibi, Vivian tidak mau bibi dimarahi oleh ibu" balasku yang masih kecil dan polos.

Bi Ida langsung memelukku dengan penuh haru lalu kami segera membereskan semuanya, selama aku kecil hingga sebesar saat ini hanya binIda yang mengurusku dan memberikan kasih sayang kepadaku dia yang selalu membelaku, dan melindungi aku disaat ibu dan ayah memarahi aku habis-habisan.

Dan setidaknya setelah mengenal seorang pria buta yang menolongku di kolam aku menjadi memiliki teman baru, ke esokan harinya setelah sebuah pesta ulangtahun malam itu, aku benar-benar melaksanakan janjiku kepadanya dan dia juga datang ke tempat tersebut dia datang bersama seorang pria dewasa yang sama dan kami bermain begitu senang hingga selalu menghabiskan waktu disana bersama-sama.

Semenjak kejadiannya aku menjadi merasakan rasanya memiliki seorang teman dan merasakan rasanya dicintai oleh seorang teman, aku sangat menyayangi pria itu, meskipun dia buta dan tidak bisa melihat namun aku tahu bahwa hatinya tulus kepadaku, bahkan dia berjanji kepadaku bahwa dia akan menikahi ku ketika kami dewasa.

Flashback off

Maka dari itu hingga saat ini aku terus mengingat semua kenangan tentangnya, namun sayangnya dia tiba-tiba saja menghilang setelah beberapa Minggu selalu bermain denganku di taman itu dan hingga saat ini aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, sebab ayah membawaku pindah ke rumah baru.

"Pria buta dimana kamu sekarang aku masih menyimpan tongkat milikmu, kapan kamu akan mengambilnya dan menepati janjimu untuk menikahiku" ucapku sambil memegangi sebuah tongkat milik pria teman kecilku tersebut.

Tadinya aku memang hendak tidur tapi karena memikirkan tentang pria masa kecilku aku menjadi tidak bisa tertidur dan malah terjaga sepanjang malam, aku terus saja menatap ke luar jendela melihat langit malam yang bertabur bintang, rasanya aku ingin menyentuh bintang di langit dan menaruhnya di kantongku agar aku bisa terus terlihat bercahaya supaya pria kecilku bisa menemukan keberadaanku dimanapun aku berada.

Meski ini sudah berlangsung selama 17 tahun tapi aku masih berharap bahwa dia akan menemukanku, aku tidak pernah putus asa dengan harapanku terhadapnya dan aku selalu meminta harapanku di setiap hari ulang tahunku.

Seperti malam ini dimana kakakku Cecil tengah mengadakan sebuah pesta yang megah dan mewah di kediaman kami sedangkan aku hanya berdiam diri di kamar kecilku tanpa melakukan apapun, hanya suara musik perayaan ulang tahun Cecil yang bisa terdengar samar-samar olehku.

Terpopuler

Comments

Sasuke

Sasuke

next thor

2023-02-04

0

Erniwati Maariwuth

Erniwati Maariwuth

aku suka ceritanya

2023-02-04

0

Erniwati Maariwuth

Erniwati Maariwuth

👍

2023-02-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!