Cecil dan Elis

Setelah aku pikirkan lagi sepertinya Cecil memang tidak pernah memperlihatkan wajah asli dan sifat aslinya di hadapan semua orang, dia selalu memakai topeng dan berpura-pura menjadi gadis baik yang polos dan lemah lembut padahal dalam nyatanya aku tahu betul bahwa itu bukan dia.

Terkadang aku juga sering merasa heran mengapa Cecil melakukan itu pada dirinya, dia secara tidak langsung telah melukai sifat dan karakter asli dirinya, bertahun-tahun harus terus menjaga image dan hidup dengan tekanan seperti itu pasti sangat melelahkan, tapi mungkin itulah yang harus di tanggung seorang putri pewaris perusahaan besar.

Aku segera masuk ke dalam kelas dengan perasaan yang tidak menentu setelah kejadian barusan dan ku lihat di dalam sudah ada Bimo dan Elis, Bimo menyambutku dengan hangat dan dia berterima kasih atas tumpangan dariku kemarin.

"Elis terimakasih atas tumpangannya ya, kemarin itu sangat luar biasa, kamu tahu itu adalah pertama kalinya aku bisa duduk di mobil yang sangat bagus bahkan seperti mobil yang sering di pakai para selebriti itu, wahh...aku sampai terbawa mimpi malamnya" ucap Bimo yang sangat antusias.

Ketika melihat dia begitu senang dan terus berterimakasih kepadaku, aku mulai menyadari sesuatu hari ini dan mendapatkan pemahaman baru dari seorang Bimo yang terlihat culun dan di jauhi anak-anak lainnya.

Bukankah seharusnya Bimolah yang tidak bisa menjadi dirinya sendiri di mata publik? Karena dia selalu mendapatkan perlakuan buruk dan tidak baik dari teman-teman di sekitarnya hanya karena dia dari keluarga yang sederhana dan semua barang juga pakaian yang dia kenakan sangatlah sederhana.

Harganya pun tidak setara dengan barang branded yang aku kenakan atau beberapa pasang pakaian yang selalu ayah belikan sebagai hadiah untukku ketika dia pulang dari perjalanan bisnisnya, aku mulai mensyukuri sesuatu lagi berkat Bimo dan tidak hanya itu, aku juga sadar bahwa menjadi apa adanya itu termasuk bentuk bahwa kita menghargai diri kita sendiri dan mencintai diri kita sendiri.

Aku pun segera menjawab perkataan Bimo setelah beberapa saat hanya termenung sambil melempar senyum kepadanya.

"Vivian....hey....Vivian apa kau sakit hah?" Tanya Bimo seperti mencemaskanku,

"Tidak, aku baik-baik saja, aku hanya kagum denganmu Bimo, kamu bisa bahagia hanya dengan hal-hal kecil seperti itu, sayangnya aku tidak bisa membawamu untuk mencoba masuk lagi ke dalam mobil mewahnya" ucapku sambil langsung duduk dengan lesu di depan meja belajarku,

Bimo terlihat menaikkan kedua alisnya dan dia segera menghampiri aku sedangkan Elis hanya memasang telinganya, aku tahu bahwa saat itu Elis juga merasa penasaran. Saat aku hendak memberitahu Bimo alasannya, Elis justru diam-diam mendekatkan telinganya pada kami dan dia begitu penasaran dengan apa yang akan aku bicarakan.

"Elis apa kamu ingin mendengar alasanku secara langsung? Kupingmu akan pegal jika mendengarnya seperti itu" ucapku sengaja menggoda Elis,

"A..apa hah? Kau berani padaku, aku tidak perduli dengan masalahmu, sudahlah kau bicara saja dengan si culun Bimo" ucapnya terlihat cukup gugup untuk pertama kalinya.

Aku dan Bimo hanya tersenyum kecil menahan tawa, karena kami juga tidak menduga bisa menggoda seorang Elis dengan sangat mudah seperti itu, dia terlihat cukup menggemaskan saat tengah salah tingkah karena ketahuan menguping seperti tadi.

"Sudahlah Vivian cepat katakan apa alasannya, padahal kau kan akan diantar dan di jemput oleh mobil mewah itu setiap hari, kenapa kau berkata tidak bisa lagi?" Tanya Bimo yang juga sudah sangat penasaran,

"Aku tidak bisa mengatakannya secara langsung disini, tapi jika ada kesempatan aku akan mengatakan alasannya dengan jujur pada kalian" balasku kepadanya.

Awalnya aku memang berniat untuk memberitahu mereka secara gamblang saat itu, namun setelah aku pikirkan lagi dan melihat ke sekitar dimana banyak anak-anak lain di kelas itu, ku pikir tidak akan aman jika membicarakan alasan keluarga di hadapan banyak kuping yang bisa saja mendengarkannya lalu menyampaikan ucapanku kepada orang yang bersangkutan.

Aku hanya berjaga-jaga saja dan itu akan lebih baik untukku dari pada bersikap ceroboh dan merugikan diriku sendiri nantinya. Untungnya Bimo juga tidak mendesakku untuk segera menceritakannya, sampai di jam istirahat ketika kami tengah duduk di salah satu meja yang berada di pojokan dan menikmati menu makan siang hari ini.

Cecil tiba-tiba datang menghampiriku dengan membawa baki makanannya, saat aku tengah makan bersama dengan Elis juga Bimo, Cecil tiba-tiba saja hadir di tengah-tengah kami dan dia duduk tepat di sebelahku lalu berhadapan dengan Elis.

Ku lihat sejak pertama kali Cecil duduk di sampingku wajah Elis langsung berubah drastis, dia terlihat sangat membenci Cecil, dan sorot mata juga prilakunya kepada Cecil tidak bisa dibohongi.

"Hai adik, boleh aku duduk di sampingmu?" Tanya Cecil yang meminta izin di saat dia sendiri sudah menduduki kursinya,

"CK....untuk apa meminta izin jika sudah duduk tanpa izin" gerutu Elis pelan sambil menikmati makanannya.

Aku masih bisa mendengar gerutuannya itu, begitu pula dengan Bimo dan Cecil yang juga ada di satu meja yang sama denganku, aku juga berpikir Elis seperti sengaja melakukannya agar terdengar oleh Cecil meskipun seperti membisik pelan.

"O..ouhh.... Vivian meja pilihanmu ini sangat buruk dan tidak layak digunakan sebagai tempat makan, aku tidak bisa makan disini, maaf yah aku akan kembali saja pada teman-teman berkelasku" ucap Cecil yang sangat menyinggung Elisa.

Tanpa aku duga Elis tiba-tiba saja menghentikan makannya dan dia menaruh sumpit yang dia pakai dengan bantingan ke meja yang cukup kencang dan sorot matanya langsung tertuju tajam kepada Cecil yang sudah berdiri di hadapannya hendak pergi dari tempat itu.

Bimo dan aku hanya menatapnya dengan heran dan bingung kita juga tidak bisa ikut campur dengan urusan mereka begitu saja tanpa tahu apa akar dari permasalahan mereka sebenarnya.

"Heh, jika kau berpikir kau seorang putri untuk apa kau memakai topeng? Apa wajah seorang putri sangat buruk hingga terus menutupi wajah aslinya?" Ucap Elis yang membuat Cecil sangat tersindir.

Bahkan aku lihat tangan Cecil yang memegangi baki makanannya bergetar sesaat dan wajahnya langsung menatap sinis pada Elis dan kami semua dalam beberapa saat, lalu dia segera pergi dengan berdecak kesal.

"CK...." Decak kesal seorang Cecil.

Aku merasa sedikit lega karena Cecil tidak melawan perkataan Elis lagi, sebab aku tahu seberapa tajam perkataan yang akan di lontarkan oleh Elis dalam melawannya dan itu hanya akan mempermalukan wajah Cecil saja, namun untungnya dia segera pergi dan tetap bersikap baik-baik saja seperti tidak terjadi sesuatu kepada dia sebelumnya ketika dia kembali bergabung dengan teman-teman palsunya itu.

Aku bahkan merasa takjub melihat Cecil yang bisa merubah ekspresi dan mood dalam dirinya hanya dengan waktu sekejap.

"Waahhh...apa kau pikir dia hebat Vivian?" Tanya Bimo yang aku langsung balas dengan anggukan sambil menatapnya dengan mata terbuka lebar dan mulut yang menganga,

"Dia hebat bisa merubah wajahnya hanya dalam hitungan detik, aku yakin dia akan sukses jika menjadi seorang aktor" tambahku mengatakan,

"Vivian apa benar kau adik angkatnya wanita topeng itu?" Tanya Elis tiba-tiba membuat aku segera berpaling kepadanya.

Aku merasa sedikit aneh karena Elis menanyakannya itu secara tiba-tiba tepat ketika dia sudah bermasalah dengan Cecil.

"I...iya, aku memang adik angkatnya tapi lebih mirip pelayan untuknya" balasku sambil memasukan sesuap nasi ke dalam mulutku untuk menghilangkan rasa gugup dan canggung ketika menjawab pertanyaan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!