Hanya Berandai

Waktunya sarapan pagi, semua berkumpul di meja makan. Semua memperhatikan tangan Emi yang diperban saat mengambil sendok dari tengah meja. Hanya Kevin yang tidak penasaran karena dia tahu apa penyebabnya dan dia sendiri juga yang memasang perban tersebut.

"Tangan kamu kenapa, nak?" tanya bunda Mila khawatir.

Bima melirik sekilas pada Emi yang duduk di depannya. Bima tidak mengira kalau telapak tangan Emi harus sampai diperban karena goresan diri mawar semalam.

"Oh, cuman luka kecil kok, Bun."

"Luka kecil tapi kenapa sampai harus diperban? Ayo kasih tahu bunda kenapa."

"Tadi malam itu aku jalan-jalan disekitar vila ini dan lihat ada mawar, aku mau petik satu tangkai, eh...tanganku malah tergores durinya. Mungkin tangakianga nggak rela kalau aku petik bunganya," jawab Emi tidak memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu yakin cuman luka kecil?"

"Iya, Bun."

"Tenang aja, Bun. Lukanya usah aku bersihin dan aku kasih obat tadi malam," ucap Kevin.

"Kamu juga yang pasang perbannya?" tanya bunda Mila lebih lanjut.

"Iya, Bun. Dua tiga hari juga bakalan kering tapi nggak tahu deh dengan luka dihatinya. Hahaha..."

"Maksud kamu apa, Vin?"

"Enggak kok, Bun. Cuman becanda doang. Pokoknya bunda nggak usah khawatir. Selama ada Kevin dia bakalan baik-baik saja," kilah Kevin.

"Iya, Bun. Bunda tenaga aja, Kevin dokter terbaiknya Emi," tambah Justin.

"Bener, Bun. Aku dokter terbaiknya, Emi. Iyakan, mi?"

Kevin mengalungkan tangannya di leher Emi dan mengangkat kedua alisnya menyeringai. Kevin juga melirik sekilas pada Bima yang diam saja.

"Iya, Bun. Aku baik-baik aja, kok. Bunda nggak usah khawatir apalagi ini cuman luka kecil," meyakinkan bunda Mila jika luka ditangannya tidak sakit dan separah yang mungkin dipikirkan bundanya.

Bima duduk tenang tanpa ikut dalam pembicaraan orang-orang di meja makan. Ia hanya perlu menyelesaikan sarapannya dan setelah semuanya selesai ia bisa pergi berjalan-jalan menikmati suasana puncak.

Bima tidak khawatir karena dia tahu jika Emi tidak akan memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini pun setiap kali Bima mengabaikan dan meninggalkannya dijalan tidak pernah Emi mengadu pada bunda Mila. Itu sebabnya Bima tak segan dan berpikir dua kali setiap mengabaikan Emi.

Jika bunda Mila tidak tahu bagiamana sikap Bima terhadap Emi, maka lain halnya dengan Kevin. Kevin tahu bagiamana Bima memperlakukan Emi.

..........

Bunda Mila mengajak semua anak-anaknya untuk berkeliling dan berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama ketiga anaknya. Bima mengikuti mereka dari belakang. Emi begitu antusias berlari kesana-kemari dan menyusuri perkebunan teh yang terhampar luas.

Bunda Mila tersenyum melihat sosok gadis yang begitu ceria itu berlari ke tengah kebun dan membiarkannya menikmati liburannya.

Merasa risih dengan dengan perban yang begitu banyak dililit Kevin di telapak tangannya, Emi membukanya dan membuang begitu saja perban tersebut. Ia memperhatikan bekas lukanya yang memang tidak terlalu dalam.

Emi merentangakan kedua tangannya bagai sebuah adegan film, menanti seorang pangeran memeluknya dari belakang namun itu hanya pemikiran konyol Emi. Dia melanjutkan kembali perjalanannya hingga sedikit jauh dari dari yang lainnya namun masih terlihat.

Puk!

Emi tersandung sebuah ranting dan terjatuh. Tangannya yang tergores tiba-tiba terasa begitu sakit, Emi merasa ada sesuatu menancap di sana.

Benar saja, saat Emi mengangkat tangannya ia melihat pecahan cangkang kering bekicot tertancap pada tangannya yang tergores. Emi tak bergerak saat melihat darah memenuhi telapak tangannya.

Memiliki sifat ceria namun phobia terhadap darah, itulah Emi. Tidak ada orang disekitarnya. Ia terduduk diam tak tahu harus melakukan apa. Sungguh Emi gemetaran melihat tepak tangannya semakin penuh darah apalagi cangkang bekicot itu tidak berani ia cabut.

Asik dengan pemandangan sekitar membuat tiga pria dan seorang wanita tidak menyadari keberadaan Emi yang terduduk lemas ditutupi pepohonan teh.

"Kak, Bim?"

"Em?"

"Dia cantik dan menggemaskan, iyakan?"

Kevin memperlihatakan foto wisudanya bersama Emi yang semalam dipotret Bima.

"Kalau masih tinggal di panti dan tidak diangkat anak oleh bunda, mungkin aku akan mengencaninya. Hehehe..."

Kevin terkekeh mengatakan itu pada Bima. Ia menggeser layar ponselnya dan menunjukkan pada Bima foto-foto Emi yang diambilnya secara random.

"Kevin?"

"Iya, kak?"

"Kau tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu. Kalian bertiga diangkat anak oleh bunda kalian dan juga disayang seperti anak sendiri. Jangan melakukan kesalahan hanya karena hal bodoh seperti ucapanmu barusan."

"Aku hanya berandai, kak. Aku juga tahu apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak boleh aku lakukan. Aku sudah mengenal Emi sejak dia masih sangat kecil. Aku bahkan pernah mengelap bekas ompolnya dulu. Aku sudah menganggapnya seperti adik perempuanku sendiri."

"Bagus kalau begitu."

"Aku akan menjaga Emi dan tidak akan membiarkan seorangpun menyakitinya. Saat masih kecil dulu dia sangat pendiam dan murung, tidak mau bergabung dengan anak-anak panti lainnya. Tapi aku berhasil membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Dia menjadi pemberani, ceria dan kuat. Aku berhasil melakukannya bersama anak-anak panti lainnya, termasuk Justin."

Kevin menceritakan sebagian kecil masa-masa mereka saat masih di panti. Menjahili Emi, meneriakinya dan membuatnya marah adalah cara yang dilakukannya bersama anak-anak panti supaya Emi mau bicara dan membuka diri.

Sayangnya kebiasaan itu dibawa Kevin hingga saat ini mereka sudah tumbuh dewasa dan berada di keluarga Suntama.

Bima mendengarkan semua yang diceritakan oleh Kevin namun ia menganggap semuanya biasa saja. Bima tahu jika kehidupan anak-anak di panti tidaklah mudah tapi semuanya sudah punya jalan masing-masing.

Keduanya menoleh kearah Emi tadi berada namun tidak melihatnya lagi. Bunda Mila dan Justin terus saja berjalan-jalan sambil membicarakan sesuatu yang tampaknya cukup serius.

"Emi nggak kelihatan kak, Bim."

Bima dan Kevin bersamaan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Emi yang sudah tidak terlihat lagi. Tanpa memberitahu bunda Mila dan Justin, keduanya mundur untuk mencari Emi.

Area perkebunan teh yang cukup luas membuat Bima dan Kevin cukup kewalahan, apalagi hari ini tidak ada pemetik teh. Andai saja ada pemetik teh maka akan sangat mudah mencari Emi dengan bertanya pada mereka.

Bima dan Kevin harus menemukan Emi sebelum bunda Mila menyadari hal itu dan membuatnya khawatir. Bunda Mila sangat menyayangi Emi, gadis itu menduduki tingkat tertinggi dari antara Justin dan Kevin.

Ditempatnya, Emi masih bertahan dan tidak berani melangkah. Wajahnya sudah pucat dan mulutnya mengatup sejak melihat darah ditangannya.

"Emi! Kau-"

Emi menoleh pada suara yang memanggil namanya. Ia mengangkat tangannya yang berdarah untuk ditunjukkan.

"Kenapa bisa berdarah seperti ini?" memegang pergelangan tangan Emi. "Ayo," ajaknya pada Emi.

Emi melihat kakinya yang gemetaran, dia tidak kuat berdiri. Phobia Emi pada darah sungguh sangat besar.

"Ayo naik," meminta Emi naik ke punggungnya.

Pemuda itu berlari menggendong Emi untuk kembali ke vila dan mengobati lukanya.

"Kevin?"

Panggilan Bima tidak dihiraukan Kevin, ia terus berlari membawa Emi di punggungnya. Bima merasa sesuatu terjadi pada Emi, ia menyusul Bima dari belakang untuk memastikannya.

Sesampainya di vila, Kevin menurunkan Emi dan menarik kursi yang ada di teras untuk Emi duduki.

"Tunggu sebentar," ucap Kevin berlari kedalaman.

Tak lama berselang, Bima juga tiba dan matanya langsung tertuju pada tangan Emi yang berdarah. Spontan Bima memegang pergelangan tangan Emi, ia ikut ngilu melihat cangkang bekicot yang tertancap di telapak tangan Emi.

Kevin berlari keluar membawa air hangat di baskom untuk membersihkan darah ditangan Emi.

"Minggir, kak."

Kevin mengambil alih tangan Emi yang dipegang Bima dan mulai membersihkan darahnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!