Untung Ganteng

Sebuah kursi warna hitam tampak begitu elegan dibelakang sebuah meja kerja yang tertata rapi. Kursi itu begitu menyedihkan karena tidak pernah ditempati. Kursi yang diincar dan ingin diduduki banyak orang namun tidak dengan Bima. Sama sekali tidak ada niat baginya atau berpikir untuk menguasai kursi itu meski ia bisa melakukannya dengan mudah.

Bima menatap nanar pada kursi pimpinan dari perusahaan yang ia jalankan saat ini. Bersamaan dengan itu suara ketukan dari luar menyita perhatian Bima yang lalu menuju meja kerjanya.

Selama menjabat atau tepatnya mengambil alih sementara kepemimpinan Suntama Group tidak sekalipun Bima duduk di kursi direktur utama, ia tetap menempati meja kerjanya sama seperti saat ia masih menjabat sebagai sekretaris.

Demikian halnya dengan pendapatan perusahaan selama ini. Meski pendapatan perusaan stabil dan terkadang meningkat, Bima hanya mengambil apa yang menjadi bagiannya.

"Pagi pak Bima, ada dokumen yang perlu bapak tanda tangani."

Nola meletakkan beberapa dokumen yang ia bawa ke atas meja kerja Bima. Seperti biasa, sebelum membubuhkan tanda tangan, Bima terlebih dahulu membaca isi dokumen yang harus ditandatangani olehnya.

"Jam tiga sore nanti ada pertemuan dengan direktur perusahaan Gemilang, apa anda akan pergi sendiri lagi?"

"Aku akan pergi sendiri."

Beberapa dokumen yang sudah ia tanda tangani diserahkannya pada Nola dan membuka laptopnya.

"Baik, pak. Apa besok pak Bima juga masuk kerja? Kalau tidak biar saya jadwalkan ulang semua kegiatan pak Bima untuk lusa."

"Aku sedang tidak sakit jadi tidak ada alasan untuk tidak masuk kerja. Orang-orang hanya tahu aku seorang pimpinan, istilah kerennya adalah CEO. Mereka menyebutku itu tanpa tahu apa yang aku rasakan. Mereka yang ada di perusahaan ini tidak tahu jika aku sama saja seperti mereka."

"Tapi saya tahu pak Bima," ucap Nola mengulas senyum pada Bima yang mendongak padanya.

"Tidak ada bedanya meskipun kau tahu soal itu, Nola."

"Setidaknya ada satu orang di perusahaan ini yang tahu selain ibu Mila."

"Hah... Baiklah. Aku beruntung memiliki teman sepertimu. Terimakasih sudah memahamiku dan bersedia menjadi sekretaris untukku selama ini."

"Tidak perlu sungkan, aku juga tidak mungkin bisa bekerja di perusaan besar seperti ini kalau bukan karenamu."

Nola adalah teman SMA Bima, keduanya bertemu saat Suntama Group yang sudah dibawah pimpinan Bima melakukan perekrutan karyawan baru. Saat SMA keduanya memiliki hubungan yang baik dan Bima merekrutnya sebagai sekretaris.

"Baik pak Bima, saya permisi dulu."

Nola tetap menunjukkan sikap profesionalismenya saat bekerja begitupun dengan Bima meski diluar kantor mereka adalah teman.

"Pak Bima?"

"Kenapa? Ada lagi yang mau disampaikan?"

"Tidak, pak. Hanya mau mengingatkan saja agar tidak lupa untuk besok. Permisi, pak."

Bima melanjutkan pekerjaannya, membaca laporan-laporan yang masuk ke email-nya. Bima yang juga penggila kerja menikmati makan siang di ruangannya alih-alih pergi ke restoran ataupun kantin perusahaan.

Pukul dua sore Bima bersiap untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan Gemilang seperti yang sudah diberitahu Nola sebelumnya.

Bima melihat kalender di atas mejanya, tanggal untuk besok sudah dilingkari dan ia tahu hari apa itu. Bima tidak akan pernah melupakannya.

..........

Pimpinan perusahaan Gemilang sudah tiba terlebih dahulu dan menyambut kedatangan Bima layaknya seperti teman.

Keduanya dengan serius membahas rencana kerjasama yang akan mereka lakukan. Sama-sama berstatus singel membuat keduanya tidak terlalu formal saat mengobrol. Keduanya sepakat setelah mendapat titik temu dari pembicaraan hari ini.

"Hahaha... Apa kau tahu, mereka sangat lucu dan menggemaskan."

Pria yang duduk di hadapan Bima itu tertawa melihat sekumpulan anak SMA disudut cafe sedang saling menjahili dengan buku-buku pelajaran di atas meja.

"Siapa?" tanya Bima tak tahu siapa yang dimaksud.

"Mereka," menggunakan dagunya, menunjuk pada orang-orang yang dimaksud.

Bima menarik nafas memperhatikan seringai diwajah pria itu, tak melepas kedua bola matanya pada gadis-gadis berpakaian seragam sekolah.

"Apa anda seorang pedofil? Mereka lebih cocok jadi adik atau bahkan keponakan anda," ucap Bima mengingatkan.

"Kalau suka sama suka tidak masalah, iyakan? Kalau bukan karena ada pekerjaan di kantor yang terbengkalai aku ingin sekali bergabung dengan mereka. Lucu dan menggemaskan," mengangkat kedua alisnya pada Bima.

"Kalau gitu sebaiknya anda pergi sebelum melakukan isi kepala anda. Jangan sampai anak sekolahan itu meneriaki anda dengan sebutan pedofil."

"Hahaha... Baiklah, aku pergi dulu. Hah... Aku akan lembur sambil membayangkan wajah-wajah mereka."

Bima tidak lagi menanggapi pimpinan perusahaan Gemilang tersebut, meski baru pertama kali bertemu ia bisa tahu jika pria itu adalah penjahat wanita.

Mata Bima tak sengaja tertuju pada sekumpulan anak-anak SMA yang saling bercanda saat akan beranjak dari sana. Samar-samar ia melihat seseorang yang sepertinya ia kenal namun terhalang oleh salah satu dari anak SMA itu.

"Mba?" salah seorang dari gadis SMA itu memanggil pelayan.

Seperti yang Bima duga, ia mengenal salah satunya. Mata Bima memicing diikuti dahi yang mengkerut saat melihat anak sekolah itu membuka dompetnya dan memberikan sebuah kartu pada si pelayan.

"Ck!"

Bima berdecak, tersenyum kecut saat melihat anak sekolah itu mengambil kembali kartu dari si pelayanan.

Kelima anak sekolah itu merapikan isi tasnya dan meninggalkan cafe. Sebagian dari mereka langsung masuk ke dalam mobil jemputan sedangkan orang yang dikenal Bima dan seorang yang lain masih berdiri diluar cafe sambil memainkan ponselnya.

"Emi, thanks ya buat traktiran hari ini. Jangan lupa sering-sering traktir kita, oke?"

Emi memaksakan senyumnya seraya melambaikan tangan pada temannya itu. Ingin rasanya Emi menarik tangan gadis itu sampai ia keluar dari jendela mobil.

"Emi, kayaknya idemu mentraktir mereka bertiga salah deh, mereka malah minta ditraktir lagi jadinya."

"Tenang aja, Feb. Santai dan nggak usah dipikirin. Kayak nggak tahu aku aja."

"Iya sih, tapi tetap aja aku jadi ngeri bayanginnya."

"Nggak usah dibayangi. Mending sekarang kita juga pulang, yok?"

Baru akan melangkah Emi kaget saat melihat sosok tinggi dan tampan berdiri disampingnya. Emi menoleh dan mengangkat kepalanya pada pria disampingnya dan seketika mata Emi berbinar.

"Kak, maksudku om Bima? Om Bima juga ada disini tadi?"

Febi satu-satunya teman perempuan yang dianggap Emi hanya diam melihat temannya itu berbicara pada pria yang tak dikenalnya.

"Om Bima ngapain disini?" tanya Emi antusias.

"Kerja."

Respon singkat Bima berbanding terbalik dengan antusias Emi bertemu dan menanyai Bima. Febi bisa tahu jika pria itu tidak begitu dekat dengan Emi.

"Aku balik deluan ya?" bisik Febi ke telinga Emi.

Emi yang bersemangat langsung saja mengganggukkan kepalanya.

"Hati-hati ya, Feb?"

"Oke," jawab Febi membentuk tanda oke dengan jarinya.

Senyum Emi tak pudar dari wajahnya dan kembali menoleh pada Bima dan mengikutinya menuju parkiran.

"Om Bima mau balik ke kantor atau pulang?" tanya Emi mengekori Bima. "Kalau aku nebeng mobilnya om Bima boleh nggak? Setidaknya sampai halte. Kalau dari sini nggak ada kendaraan umum, om. Bolehkan?"

Emi terus saja berbicara pada Bima meski tak ada respon. Bima menekan tombol ditangannya untuk membuka mobil. Tangannya begitu cepat membuka pintu mobil dan mendaratkan bokongnya di kursi kemudi. Pintu mobil juga langsung ia kunci otomatis hingga Emi yang ingin membuka pintu tidak bisa.

"Om Bima... Emi nebeng ya?" ucap Emi manja berharap permintaanya dikabulkan.

"Ada banyak ojek online."

"Fiuhhh.... Pelit! Huh... Untung ganteng."

Emi mengerucutkan bibirnya saat mobil Bima melongos pergi dari hadapannya.

...Jangan lupa like dan komentarnya ya☺️☺️...

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

ya ampun bima EMI hy minta nebeng dan turun di halte, knp gitu aja ga boleh

2024-05-14

1

Isabela Devi

Isabela Devi

hahahahhah . . . untung ganteng

2024-05-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!