Apakah Boleh

'Apa yang harus aku lakukan?' Tanya Adara dalam hati sambil berpikir.

'Aku tidak tega melihat ke enam bodyguard sahabatku menjadi bulan-bulanan mereka. Apa yang mesti aku lakukan?' Tanya Cintya dalam hati.

Tap Tap

Krek Krek

"Akhhhhhhhh !" Teriak ke dua pria tersebut kesakitan.

Bruk

Bruk

Di saat krisis tiba-tiba datang seorang pemuda tampan kemudian menangkap tangan mereka yang menodongkan pistol ke arah kepala Adara dan Cintya. Setelah di tangkap pemuda tampan tersebut langsung melintir tangan mereka berdua membuat mereka berteriak kesakitan lalu mendorongnya hingga terjatuh.

Cintya dan Adara menatap ke arah pemuda tampan tersebut di mana pemuda tampan tersebut berjalan ke arah mereka hingga pemuda tampan tersebut mengangkat kakinya bersiap untuk menginjak tangan salah satu dari mereka.

"Kami mohon jangan lakukan itu." Mohon mereka berdua dengan wajah sangat ketakutan.

"Kalian salah memohon padaku karena aku sangat suka menyiksa orang jahat seperti kalian hingga mati mengenaskan." Ucap pemuda tampan tersebut sambil menginjak tangan salah satu pria tersebut.

"Akhhhhhhhh...!" teriak pria pertama ketika tangannya di injak tanpa dilepaskan.

Pemuda tampan tersebut mengangkat kakinya satunya lagi untuk menginjak tangan pria satunya lagi tanpa melepaskan injakan kakinya yang menginjak tangan pria pertama.

Grep

Entah keberanian darimana Cintya memeluk pemuda tampan tersebut dengan erat sambil terisak.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Aku mohon jangan lakukan itu." Mohon Cintya sambil menyandarkan tubuhnya di punggung pria tersebut.

Deg

Deg

Entah kenapa jantung pemuda tampan tersebut berdetak kencang ketika Cintya memeluk dirinya. Baru kali ini dirinya merasakan nyaman hingga pemuda tampan tersebut membatu.

"Aku mohon angkat kakinya, pria itu kesakitan tangannya di injak." Mohon Cintya.

Entah kenapa baru kali ini dirinya menuruti permintaan seorang gadis terlebih baru kali ini dirinya tidak marah ketika tubuhnya di peluk.

Pemuda tampan tersebut menarik perlahan ke dua tangan Cintya yang memeluk dirinya kemudian membalikkan badannya untuk menatap ke arah Cintya.

Deg

Deg

Jantung pemuda tampan tersebut berdetak kencang ketika melihat wajah cantik Cintya membuat tampan tersebut menatap Cintya tanpa berkedip sambil menghapus air mata Cintya.

Dua pria yang melihat pemuda tampan itu lengah membuat dua pria tersebut tersenyum devil. Sambil menahan rasa sakit dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun ke dua pria tersebut mengambil pistolnya yang jatuh di jalan raya.

Duag

"Akhhhhhhhh..." Teriak pria pertama.

Adara dan Cintya yang melihat pemuda tampan tersebut dalam bahaya membuat Adara menendang pria pertama dan tepat mengenai wortel import membuat pria pertama memegangi wortel import nya sambil berteriak kesakitan.

Grep

Dor

"Akhhhhhhhh...!" Teriak Cintya.

Cintya yang tidak ingin pemuda tampan tersebut terluka membuat Cintya memeluk pemuda tampan tersebut kemudian membalikkan badannya hingga Cintya yang terkena luka tembak.

"Si*l." Umpat pemuda tampan tersebut ketika melihat Cintya berteriak kesakitan.

Whushh

"Akhhhhhhhh...!" teriak pria tersebut.

Bruk

Pemuda tampan tersebut mengambil pisau lipatnya dari saku belakang celananya yang selama ini selalu dibawanya. Tanpa banyak bicara pemuda tampan tersebut melempar pisau lipat tersebut dengan menggunakan tangan kanannya karena tangan satunya menahan tubuh Cintya dan tepat mengenai lehernya dan langsung ambruk seketika.

"Maaf Nona - Nona dan Tuan, biarkan kami yang mengurusnya. Tolong bawa Nona Cintya ke rumah sakit." ucap salah satu bodyguard yang melihat Cintya terluka.

"Baik, paman hati-hati." Ucap Adara.

"Terima kasih Nona, Nona juga hati - hati." Ucap bodyguard tersebut.

Adara hanya menganggukkan kepalanya sedangkan pemuda tampan tersebut menggendong Cintya ala bridal style.

"Pakai mobilku." Ucap pemuda tampan tersebut.

"Ok." Jawab Adara singkat.

Pemuda tampan tersebut berjalan ke arah mobilnya dan diikuti oleh Adara hingga di depan mobil mereka berhenti.

"Kuncinya mana? Biarkan aku yang menyetir dan sekalian tunjukkan rumah sakitnya." Ucap Adara.

"Tidak lebih baik aku yang menyetir dan tolong bukakan pintu belakang pengemudi." Ucap pemuda tampan tersebut untuk pertama kalinya mengucapkan kata tolong.

Tanpa menjawab Adara membuka pintu mobil dengan lebar kemudian pemuda tampan tersebut memasukkan tubuh Cintya sedangkan Adara memutari mobil milik pemuda tampan tersebut.

Adara duduk di belakang pengemudi dan menjadikan ke dua pahanya sebagai bantalan kepala Cintya sedangkan pemuda tampan tersebut duduk di kursi pengemudi.

"Maaf, boleh aku tahu siapa nama Kakak?" Tanya Adara setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Charli." Jawab Charli.

"Terima kasih sudah menolong kami." Ucap Adara.

"Aku sebenarnya sangat suka menyiksa dan membunuh orang yang berbuat jahat tanpa ada pikiran untuk menolong orang." Jawab Charli.

"Kenapa sangat suka menyiksa dan membunuh orang?" Tanya Cintya dengan nada lirih sambil perlahan membuka matanya dengan menahan rasa sakit akibat terkena luka tembak.

"Aku sangat suka mendengar suara jeritan kesakitan. Apakah kalian tidak takut padaku? Apakah kalian tidak berpikir masuk ke dalam mobil pria asing tanpa memikirkan apa kalian selamat atau tidak? Aku rasa kalian sangat menyesal masuk ke dalam mobil seorang psycophath, benar bukan?" Tanya Charli sambil tersenyum menyeringai.

"Kami percaya Kak Charli tidak mungkin mencelakai kami." Ucap Cintya.

"Kalau seandainya benar terjadi kami hanya minta sama Kak Charli dua hal." sambung Cintya.

"Apa itu?" Tanya Charli sambil mempercepat laju kendaraan.

"Aku ingin akulah wanita terakhir yang Kak Charli bu nuh dan bebaskan sahabatku." Jawab Cintya.

"Tidak Cintya, aku tidak bisa melihat sahabatku mati. Aku bukan sahabat egois yang hanya memikirkan diri sendiri." Tolak Adara.

"Aku sudah terkena luka tembak dan aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan atau tidak. Jadi lebih baik kamu yang hidup dan bilang ke orang tuaku kalau aku sangat menyayangi mereka." Ucap Cintya.

"Kak Charli tolong selamatkan sahabatku, aku masih sehat jadi Kak Charli bisa sepuas hati menyiksaku asalkan Cintya hidup aku rela." Ucap Adara yang tidak ingin egois.

"Kalian tenang saja Kakak tidak akan menyakiti kalian." Ucap Charli.

"Terima kasih Kak." Ucap ke dua gadis tersebut bersamaan.

"Terima kasih untuk apa?" Tanya Charli.

"Karena Kak Charli tidak melakukannya." Jawab ke dua gadis tersebut bersamaan lagi.

Charli hanya tersenyum, senyuman tulus yang biasanya hanya di tunjukkan khusus untuk keluarganya.

'Baru kali ini aku melihat dua orang gadis yang saling perduli. Biasanya jika mendengar kata kematian mereka langsung mengorbankan orang lain agar dirinya bisa hidup tapi mereka sangat berbeda.' Ucap Charli dalam hati.

Charli sangat kagum mendengar percakapan Cintya dengan Adara hingga tidak terasa mereka sudah sampai di rumah sakit di mana adiknya di rawat di rumah sakit yang sama.

Singkat cerita kini mereka berada di ruang UGD hingga Charli dan Adara menerima telepon. Adara berjalan agak menjauh kemudian menerima telepon begitu pula dengan Charli.

"Aku ingin menemui adikku yang di rawat di ruang perawatan." Ucap Charli sambil berjalan menuju ke arah ruang perawatan.

"Boleh aku melihatnya?" Tanya Adara berharap.

Entah kenapa dirinya ingin sekali melihat adiknya Charli membuat Charli terdiam beberapa saat.

"Apakah boleh?" Tanya Adara karena Charli hanya diam.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pasti Katty

2024-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!