Satu minggu berlalu dan Afsha masih berada di Penginapan Alwadi. Gadis itu keluar beberapa kali untuk mencari makan namun sebelum malam Ia pun sudah kembali ke penginapan karena takut jika bertemu dengan penjahat di malam hari.
Malam ini cuaca tak bersahabat dan hujan turun deras dengan petir yang menyambar.
Jder
“Astaga... !” pekik Afsha terkejut mendengar bunyi petir yang menggelegar sampai-sampai ia menutup kedua telinganya karena saking kerasnya.
“Ada apa ini ?” Afsha sampai meringkuk di bawah selimut menutupi dirinya karena petir yang terus bersahutan dan tidak berhenti.
Ya, gadis itu memang takut pada petir yang bersahutan seperti itu namun jika tidak bersahutan dia tidak takut.
“Jder...” petir kembali menyambar dan masih bersahutan seperti sebelumnya.
“Argh....”Afsha mulai merasa kepalanya pusing dan berat. “Aku harus minum obat sebelum terlambat.” ia pun turun dari tempat tidur mengambil obat yang ada dalam tasnya lalu segera meminumnya
“huft....” Afsha menaruh kembali obat yang ia ambil dari tas dan bernafas lega karena dirinya belum terlambat minum obat. Jika saja ia terlambat minum obat maka ia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya.
Entah kenapa gadis itu masih merasa gemetar meskipun sudah minum obat. Maka ia pun mengambil air minum yang ada di meja dan segera menenggaknya.
“Semoga saja petir yang menyambar segera berhenti.” ia kembali bersembunyi di balik selimut sambil menutup kedua telinganya. Namun rupanya petir masih juga belum berhenti hingga beberapa jam ke depan.
Ya, gadis itu takut pada petir sebenarnya karena trauma pada jadian semasa kecil dulu.
flashback on
Afsha kecil berusia 9 tahun sedang bermain di luar bersama adiknya Rafi yang berusia 4 tahun. Di tengah waktu bermain tiba-tiba turun hujan yang lebat disertai dengan petir yang menyambar tiada henti.
“Rafi ayo kita masuk ke rumah.” Afsha menarik adiknya yang masih berada di luar rumah.
“Mainan ku kak terjatuh di bawah pohon kurma di sana.” Rafi menunjuk mainan kesayangannya yang barusan diberikan oleh ayahnya semalam.
“Nanti saja setelah hujan reda akan kakak ambilkan mainannya.”
Namun Rafi tetap bersikeras tidak mau masuk jika mainannya tidak diambil. “Aku mau mainanku.”
Mau tak mau akhirnya Afsha pun berlari menuju ke pohon kurma yang ditunjuk oleh Rafi.
“Jder... !” tepat di saat Afsha sudah membawa mainan adiknya, petir menyambar tepat berdirinya. “Argh.... !” teriaknya kesakitan bercampur takut merasakan tubuhnya seperti kehabisan tenaga.
Flashback off
Dan semenjak kejadian di masa kecilnya itu, membuat nya trauma sampai sekarang jika ada petir yang sedang menyambar.
“Berhenti ! Petir sialan berhenti kau !” tiba-tiba gadis itu membuka selimut yang menutupi tubuhnya sambil menatap ke atas.
Pandangannya yang sebelumnya lembut kini berubah menjadi tajam penuh amarah. Tak hanya itu saja bahkan ia terlihat acak-acakan kini.
“Jangan panggil aku Hana jika tidak bisa melawan mu !” ia pun keluar dari kamar penginapan melompati jendela yang ia buka.
Di luar penginapan ia mendongak ke atas seperti bicara menantang pada petir.
“Sambar aku sekarang juga ! Aku sama sekali tidak takut padamu.” teriaknya dengan lantang sambil membusungkan dada.
“Kenapa kau tidak menyambar ku ?” kembali bersikap congkak dan merasa petir itu tak ada apa-apa baginya.
“Ya, sambar lagi ! Aku pasti bisa menahannya karena aku ini kuat dan tak ada yang bisa mengalahkan ku.” ucapnya lagi dan saat itu juga petir menyambar di dekatnya.
“Argh...” gadis itu pun berteriak saat tersambar petir kemudian jatuh tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
neng ade
kenapa juga harus menantang petir .. tak takut kualat apa !!
dan akhir nya tersambar juga .. lalu apa yg terjadi selanjut nya pada diri mu harus sombong!!
2023-02-08
1