Audrey hanya menatap Edward yang sejak tadi lebih banyak diam. Sejak membawanya dari taman tadi, Edward tak banyak bicara. Bahkan cenderung lebih banyak melamun. Dan tentu saja hal ini membuat Audrey curiga.
Ada hubungan apa Edward dengan pria tadi ?
" Ed... " panggil Audrey.
Edward tak menyahut, dia masih bergeming menatap kosong sambil menghembuskan asap rokok di balkon.
" Ed... " Kembali Audrey memanggil Edward yang belum bergeming dari tempatnya.
" Ed, masuklah ! Kamu belum sarapan " ucap Audrey yang sudah berdiri di samping Edward.
Edward menoleh pada gadis di sampingnya itu. Ia kemudian mematikan rokoknya ke dalam asbak.Tak lama ia meraih tubuh Audrey dan membawanya ke dalam pelukannya.
" Ed... Ada masalah apa antara kamu dan pria tadi ? " selidik Audrey.
Edward menghembus kasar nafasnya.
" Ayo kita sarapan dulu " ucap Edward sambil melepaskan pelukannya dari Audrey lalu membawa Audrey masuk ke dalam.
Audrey mengikuti Edward yang kini duduk di kursi makan. Ia mengambil sandwich yang sudah dibuatkan oleh Audrey sebelumnya.
Audrey hanya menatapi Edward yang asyik memakan sarapannya. Sadar jika ia hanya makan sendiri, Edward menatap Audrey.
" Kau tidak sarapan ? " tanya Edward heran melihat Audrey tak menyentuh makanan sama sekali.
Audrey menggeleng pelan.
" Aku sudah sarapan tadi " jawab Audrey.
Edward hanya mengangguk kemudian melanjutkan sarapannya.
" Ed, apakah kau tidak ingin menceritakan sesuatu ? " tanya Audrey setelah Edward selesai menghabiskan sarapan.
Sebelah alis Edward naik, ia menatap Audrey lekat-lekat.
" Kalau kau tidak ingin bercerita, tidak apa. Aku tidak akan bertanya apapun lagi " ucap Audrey kemudian lalu ia beranjak merapikan meja makan.
Audrey lantas membawa piring ke dalam wastafel lalu mencucinya. Edward mendekati Audrey lalu memeluk Audrey dari belakang membuat Audrey menghentikan kegiatannya.
" Maaf... Aku hanya tidak tahu harus mulai menceritakannya dari mana " ucap Edward lirih. Ia mengeratkan pelukannya pada Audrey.
Audrey menghela nafasnya lalu membalik badannya hingga berhadapan dengan Edward. Ia bisa melihat jika pria itu seperti memiliki banyak pikiran.
" Kau bisa menceritakannya padaku. Meskipun aku tidak bisa mencari jalan keluar, tetapi setidaknya kau bisa membagi beban yang kau punya bersamaku " ucap Audrey lagi, kini tangannya membelai pipi Edward.
Edward menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembusnya perlahan. Kini mereka sudah duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
" Entah aku harus memulainya dari mana. Pria yang kau lihat tadi adalah adikku " jelas Edward dengan nada suara lirih.
" Hah, adik ? " heran Audrey. Sungguh Audrey tak pernah mengira jika Edward ternyata masih memiliki keluarga karena setahunya Edward tak lagi memiliki keluarga.
" Ya. Dia adalah adikku. Anak hasil pernikahan ibuku dengan mantan kekasihnya. Pria yang sudah membuat ibuku meninggalkanku dan ayahku " tutur Edward lagi.
Audrey menutup mulutnya yang menganga dengan menggunakan kedua tangannya.
Edward menghela nafas. Ia seolah mencari ruang untuk menyiapkan dirinya menceritakan hal yang selama ini dipendamnya.
" Dulu, saat aku masih berusia 8 tahun, ibuku menggugat cerai ayahku. Ibuku bertemu kembali dengan pria di masa lalunya, pria yang merupakan cinta pertamanya " Edward kembali menghirup oksigen dan membuangnya lebih berat.
" Ibuku meninggalkanku dan ayah yang begitu mencintainya. Bahkan tak seberapa lama setelah perceraian dikalbulkan pengadilan, ibuku kembali menikah dengan pria itu " tambah Edward mencoba untuk tenang.
" Ed... " Audrey menggenggam tangan Edward karena khawatir dengan perasaan Edward.
" Tidak Audrey, aku baik-baik saja. Hanya saja begitu sulit melupakan kejadian itu yang membuat kehidupanku berubah " sahut Edward.
" Karena tak sanggup kehilangan mama, papaku sampai mabuk-mabukan. Bahkan ia mulai bermain wanita, setiap malam selalu memanggil wanita penghibur untuk memuaskan hasratnya. Dan aku merekamnya dengan jelas. Beruntung, ayahnya Rico memasukkan aku ke sekolah asrama dimana aku juga bertemu dengan Austin dan juga Nick, lalu kami berteman dengan baik " jelas Edward.
" Rupanya tak hanya bermain wanita saja. Papa bahkan mulai mabuk-mabukan dan pada akhirnya ia meninggal saat aku berumur 16 tahun. Paman Duncan, ayahnya Ricolah yang menghandle semua urusan kantor sampai aku lulus perguruan tinggi dan siap untuk memangku jabatan tertinggi di perusahaan " sambung Edward lagi.
" Jadi karena itu, kau senang sekali bermain wanita ? " tanya Audrey.
" Hem... Mungkin karena aku mencontoh ayahku, atau mungkin juga karena aku ingin membalas dendam kepada ibuku " jawab Edward sambil menatap dengan tatapan kosong.
" Lalu apa yang kau dapat ? Kepuasan ? Apakah dendammu terbayarkan ? " tanya Audrey sambil menggelengkan kepalanya.
" Tidak... Ya, harus kuakui aku mendapatkan kepuasaan tapi sepertinya, itu hanyalah pelarianku saja " jawab Edward mengangkat sebelah bibirnya.
" Aku baru sadar setelah bertemu Kaylee. Gadis itu selalu menolak pesonaku yang tak pernah mendapatkan penolakan dari wanita manapun. Oleh karena itu, aku semakin penasaran padanya dan kau tahu akhir ceritanya kan " ucap Edward sambil menatap Audrey.
" Ya, beruntung sekali Nona Kaylee tidak jatuh ke tangan laki-laki sepertimu " celetuk Audrey yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Edward.
Astaga, sepertinya aku salah bicara
Audrey melipat bibir bawahnya dan itu justru membuat Edward gemas sendiri.
Persetan dengan cerita masa lalu, yang aku inginkan sekarang adalah kamu, Audrey !!
Edward sibuk memperhatikan Audrey, ia merasa Audrey adalah wanita yang ia cari selama ini. Kemudian Edward menarik tengkuk Audrey, lalu memagut bibir yang selalu membuatnya candu.
Audrey melepaskan bibir mereka lalu memutar bola matanya. Ia berusaha untuk bangkit dari sofa namun Edward menahannya dan membuat Audrey duduk di atas pahanya.
" Lalu, bagaimana dengan ibu kandungmu ? Kau tidak merindukannya ? " tanya Audrey.
" Entahlah, kemarin dia bahkan berani menemuiku di kantor. Dia bahkan mengatakan ada hal yang harus dijelaskan padaku" jawab Edward jujur.
" Jadi rupanya karena hal itu yang membuatmu banyak berpikir kemarin " ucap Audrey lagi.
" Hem... " sahut Edward sambil menciumi tengkuk leher Audrey sehingga gadis itu kegelian.
" Ed... Mengapa kau tidak memaafkannya ? Mungkin ada hal yang tidak kau ketahui " jelas Audrey yang membuat Edward menghentikan
Kegiatannya.
" Maksudmu aku harus memaafkan kesalahan yang sangat fatal ? " selidik Edward.
Audrey mengangguk lalu menangkup wajah Edwars. Kemudian CUP, sebuah ciuman ringan lantas mendarat di bibir Edward.
" Ed... Ada kalanya, kita harus melupakan semua hal buruk yang terjadi di masa lalu agar hidup kita lebih tenang dan nyaman " jelas Audrey.
" Balas dendam itu bukanlah jalan keluar. Berdamailah dengan hatimu ! " tambah Audrey lagi.
" Mengapa kau bicara seperti itu ? " tanya Edward heran.
" Karena aku bisa melihat kau begitu terluka. Dan aku tak ingin melihatmu tambah terluka " jawab Audrey apa adanya.
" Ah, sepertinya aku bisa menebak jika kau sudah mulai mencintaiku hingga kau berpikir aku akan semakin terluka ? " ucap Edward sembari menaik turunkan kedua alisnya.
Audrey berusaha untuk berdiri namun Edward menahannya.
" Aku suka melihatmu khawatir kepadaku, percaya atau tidak sepertinya aku mulai jatuh cinta padamu "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
nah gitu Edward....
2024-03-06
1
Mimik Pribadi
Yeeeyy!!! Rasa saling nyaman itu klo berlanjut jdi saling suka,dan semoga saja mereka saling jatuh cinta,dan Ed berniat menjadikan Audrey wanita terakhir dlm hidupnya dan menjadikan istri sahnya,,,,,
Ed!! jngn ada Audrey2 lain lgi y,,,,
2023-10-20
1
Triiyyaazz Ajuach
saling jatuh cinta kah
2023-05-09
1