DeG! Qila terkejut segera menempel ke pintu kamar sebelum Aidan masuk dan melihatnya sedang menyusui Aiko yang bangun gara-gara perdebatan tadi. Qila lumayan paham bagaimana mengatasi Aiko yang rewel.
"Ya Kak, Qila di dalam sama Aiko, apa teman-teman kak Ai sedang di sini?"
Aidan kembali mengelus dada. "Syukurlah lo paham apa yang harus dilakukan. Sekarang lo tetap di dalam jaga Aiko, jangan biarkan tangisnya keluar. Lo gak mau kan Raiqa lihat lo juga ada di sini?" ucap Aidan.
"Baik, Qila paham, Kak." Qila menghela nafas lega mendengar Aidan menjauhi kamar mandi, ia pun leluasa menyalurkan ASI untuk baby Aiko.
"Aidan," panggil Raiqa masuk ke kamar.
Aidan yang sedang membereskan meja segera menyembunyikan keperluan Aiko di dalam laci lalu berbalik melihat Raiqa dan Evan masuk.
"Ke-kenapa kalian masuk? Gue kan gak nyuruh kalian?" tanya Aidan terbata-bata. Pasalnya Evan tampak serius menjelajahi kamarnya.
Raiqa dan Evan minta maaf. "Sorry, barusan gue udah su'udzon ke lo, gue udah buat lo darah tinggi." Evan mengulurkan tangan, disusul Raiqa juga. "Yoi, gue juga minta maaf udah gak sopan ke lo," lirih Raiqa.
Aidan tersenyum kusut, lalu meraih kedua tangan itu dan memeluk dua sahabatnya. "Ya, gue juga minta maaf dah marah-marah ke kalian. Maaf dan makasih kalian udah perhatiin gue sampai nyariin gue."
Ketiganya kembali akur, membuat Qila yang iseng mengintip nampak tersenyum. Dalam hatinya, dia selalu menganggap Aidan sangat sayang pada hubungan persahabatan ini. Tapi bagaimana dengan hubungannya dengan Aiko nanti?
"Oh ya, hari ini lo nginap di sini lagi?" tanya Raiqa mengunyah permen karet.
"Gue rasa, lo pulang saja deh sebelum daddy lo ke sini dan seret lo pulang," tambah Evan memperlihatkan ponselnya yang menampilkan konferensi pers yang menyatakan Aidan adalah penerus yang akan mengendalikan perusahaan IT. RDN milik keluarga Aidan. Terlihat Tuan Rayden juga mengatakan pada awak media bahwa dia sedang esmosi mencari anaknya yang tiba-tiba hilang tanpa kabar.
"Hadeh, Pak tua itu bisa gak sih gak usah berlebihan. Baru juga sehari gue lenyap di keluarga ini, gue kayak dijadikan buronan." Aidan greget melihat Papanya.
"Ya sudah, kita pulang gih, udah mulai sore nih. Gue nanti malam harus lanjut ngepush rank bareng Beto," ucap Raiqa.
"Kalian duluan saja ke bawah, gue nanti nyusul."
"Baiklah." Raiqa dan Evan pun pergi dari apartemen Aidan, menunggu cowok itu di parkiran.
Setelah situasi aman, Aidan masuk ke kamar mandi. Untung saja Qila telah selesai menyusui Aiko.
"Kak Ai, apa aku dan Aiko sudah boleh keluar?" tanya Qila.
"Sudah, kakak lo dan Evan dah pergi, tapi-" Aidan menggantungkan ucapannya.
"Tapi apa, kak? " tanya Qila.
"Gu-gue harus balik hari ini, tapi gue gak tahu Aiko tinggal sama siapa?"
Qila tertegun melihat sorot mata Aidan ke Aiko, tatapan teduh yang terlihat khawatir. Bukan kah barusan Aidan galak? Tapi kenapa saat di samping Aiko, dia bisa selembut ini mengelus ubun-ubun Aiko?
"Bi-biar Qila yang tinggal di sini, kak," ucap Qila sontak menghentikan aksi Aidan itu.
"Lo gak mau pulang?" tanya Aidan terkejut.
Qila menggelengkan kepala dan tersenyum. "Qila bisa izin ke mama, kalau Qila hari ini nginap di rumah teman. Kak Aidan pulang saja, serahkan Aiko pada Qila," jawab Qila jelas.
Aidan masih ragu. "Tapi lo kan baru-baru ini pulang dari LN, masa lo hari ini nginap berdua saja di apartemen gue?" Aidan tidak tega meninggalkan Qila yang polos itu bermalam dan mengurus Aiko sendirian.
"Gak papa, Qila sanggup kok ngurus Aiko," ucap Qila menyakinkan.
"Baiklah, ini gue punya uang, lo ambil saja buat pesan makanan nanti malam," ucap Aidan memberi lima ratus ribu ke Qila.
"Eh, tidak usah, Qila-"
"Gak papa, lo ambil saja. Gue masih punya banyak uang di rumah," desak Aidan tak mau Qila menolak.
"Ba-baiklah, terima kasih, kak." Qila menunduk malu-malu. Serasa diberi uang nafkah dari ayah anaknya.
"Ya sudah, gue pulang ya, kalau ada sesuatu, lo telpon gue," ucap Aidan tersenyum singkat dan membelai kepala Qila, membuat gadis polos itu tertegun merasakan tangan Aidan yang hangat dan lembut itu.
"Ba-baik, kak. Qila paham." Qila menunduk, menyembunyikan rona merah di pipinya. Aidan pun berbalik, tapi sejenak berhenti lalu berbalik ke Qila lagi.
"Kenapa, kak? Ada yang tertinggal?" tanya Qila meletakkan Aiko ke ranjang. Aidan mendekati Qila perlahan membuatnya jadi tegang.
"Qila," lirih Aidan tampak serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments