"Na! Na! Hana!" panggil mereka berlari ke Hana, sembari membawa masing-masing satu dua pasang baju.
"Hm, napa?" tanya Hana tidak menoleh, ia sibuk memilah baju yang akan dia pesan.
"Kita boleh gak bawa pulang ini?"
Hana pun berbalik, terkejut melihat teman-temannya memohon.
'Ck, aku jadi nyesel ajak mereka. Aku pikir mereka bawa uang sendiri, tapi masih saja minta-minta,' batin Hana agak risih.
"Ya, kalian bawa saja. Nanti mama gue yang bayar," ucap Hana tersenyum kecut.
"Wah yang benar nih? Makasih ya, Na!" ucap mereka memeluk Hana. Hana terlihat memutar bola mata malas di dalam pelukan mereka. Seketika, mereka terdiam, takjub melihat Qila dan mama Kinan keluar dari salon.
"Hana, sudah pilih baju sayang?" tanya mama Kinan ke Hana.
"Sudah, mah," jawab Hana datar melihat Qila terlihat hampir menyamainya. Mama Kinan pun menyuruh Qila memilih pakaian, lalu mengajak mereka ikut dengannya ke karyawan toko.
"Ya sudah, sini ikut mama bayar belanjaan kalian,"
"Baik, terima kasih, Tante!" mereka bergegas mengikuti mama Kinan.
Sebelum meninggalkan mall, tiga teman Hana pamit pulang. Mereka melambai melihat mobil Hana melaju pergi. Seketika, mereka kembali bisik-bisik. "Guys, lo gak lihat tadi Qila setelah perawatan?"
"Beh, aku gak nyangka dia lumayan cantik. Meski masih pakai kacamata, tapi rambut ikalnya udah lurus. Benar-benar susah nih bedain mana Hana dan Qila besok!"
"Hm, keknya kita harus hati-hati mulai sekarang, aku takut nanti kita salah gaul!"
Mereka saling mengangguk lalu pergi.
"Mah, kita mau ke mana nih?" tanya Hana ingin cepat sampai ke rumah.
"Kita mau pulang ya, Mah?"tanya Qila berhenti menatap ponselnya.
"Ke rumah sakit, sayang."
Hana dan Qila sama-sama mengernyitkan dahi.
"Hah, ke rumah sakit? Ngapain ke sana, mah?" tanya Hana terkejut.
"Untuk periksa mata adikmu, Qila kan rabun jauh, jadi mama ingin-"
"Ganti kacamata buat Qila ya, mah?" potong Qila menebak.
"Tidak sayang, mama ingin kamu pakai lensa, tidak usah lagi pakai kacamata." Hana merungut mendengarnya. Ia pun menengok Qila yang senyum-senyum tampak senang. "Cih, kalau gini gue dan Qila bisa susah dibedakan!" gumam Hana berdecih.
Qila segera berkata : "Terima kasih, mah"
"Sama-sama, sayang. Sekarang kamu harus lebih rajin belajarnya, mengerti?"
"Siap mah! Qila mengerti!" ucap Qila memberi hormat.
"Wih, semangat ya Qila!" sahut Hana merangkul bahunya.
"Baik, kak!" balas Qila tersenyum. Hana pun melepaskan rangkulannya lalu bergeser cukup jauh. Qila pun menghela nafas, barusan itu dia tahu maksud Hana yang pura-pura ikut senang. Qila pun menyalakan ponsel, membuka galeri kemudian memandangi setiap foto milik Aiko yang tersimpan. Senyum Qila mengembang membuat Hana jadi penasaran mengapa Qila sering kali senyum-senyum sendiri.
Seperti halnya Keyra di dalam rumah sangat penasaran di mana Aidan sekarang yang belum kunjung pulang. "Untung saja dad ada urusan di kantor, jadi tidak ngamuk hari ini. Kemana sih Bang Ai?" gumam Keyra keluar dengan berpakaian olahraga. Tiba-tiba, dia melihat Raiqa keluar juga dan siap-siap ingin menaiki motornya. Tampak remaja itu ingin keluyuran lagi.
"Woi, Rai!" teriak Keyra.
Raiqa berbalik, mengangkat satu alisnya. "Hm, kenapa lo teriak?" tanya Raiqa tidak jadi naik motor.
"Tau gak, Aidan ke mana?"
Raiqa mengerutkan keningnya, hampir dua alis tebalnya bersentuhan.
"Hah, Aidan? Aku gak tau, Key. Emang dari kemarin Aidan gak pulang?" tanya Raiqa heran.
"Gak pulang, tuh anak gak ada kabar. Aku pikir kamu tau," ucap Keyra membuang nafas dengan kasar.
"Ya sudah, mumpung aku mau pergi, sekalian aku cari deh tuh bocah," ucap Raiqa naik ke motor dan memakai helm.
"Hei, Qa! Kamu mau ke mana siang ini?" tanya Keyra teriak lagi.
"Bukan urusan lo!" jawab Raiqa balas teriak lalu pergi.
"Dih, main cabut aja. Dasar berandalan kesiangan!" gerutuk Keyra dalam hati, kemudian masuk ke dalam rumah.
Sekarang tampak Qila duduk di sebelah mamanya, menunggu pembicaraan Dokter dan mama Kinan soal mata Qila. Gadis itu cukup takut dan khawatir Dokter akan melakukan pengecekan kesehatan. Jika itu terjadi, rahasianya yang sudah melahirkan anak bisa terbongkar. Tapi untung, dokter hanya memeriksa matanya dan memberi lensa mata.
"Waduh, kalian hampir 100 persen susah dibedakan, tapi untung mama ingat baju kalian, sekarang mari kita pulang, sayang." Mama Kinan merasa bodoh hampir tidak mengenali anak kembarnya.
"Ya mah," ucap Hana singkat menyusul Ibunya masuk ke dalam mobil.
"Qila, ayo masuk ke dalam!" panggil Hana ke Qila yang berdiri di luar mobil.
"Qila, kenapa bengong di situ?" tanya mama heran.
"Mah, aku ada urusan di rumah teman, sudah lama Qila tidak menjenguknya. Bisakan Qila pergi sebentar ke sana?" Qila memohon.
Tanpa pikir panjang, mama Kinan pun memberi izin. "Baiklah, tapi ingat! Sore nanti kamu harus pulang ke rumah,"
"Baik, Qila paham. Terima kasih, mah." Qila dengan bingkisan di tangannya langsung lari mencari taksi. Sedangkan mobil pribadi itu melaju pergi. Hana sempat menengok ke belakang, dia terlihat heran. "Teman? Sejak kapan Qila punya teman?" gumam Hana seingatnya Qila tidak pernah bergaul dengan siapa pun. Lantas siapa teman yang Qila maksud? Hana pun mulai curiga ada sesuatu yang janggal.
Tentu saja tujuan Qila ke apartemennya Aidan. Gadis itu dari kemarin memikirkan Aiko dan memikirkan Aidan. Kini Qila tanpa waktu lama, ia sudah sampai. Qila buru-buru menekan sandi kemudian membuka pintu. Qila tidak sabar bertemu buah hatinya. Namun Qila sontak terkejut melihat ruangan di depannya terasa menakutkan. Aura gelap dan pekat mengisi ruangan itu. Qila masuk dengan merinding.
"Aidan?" lirih Qila terkejut lagi melihat cowok itu sedang duduk menekuk lutut di pojokan. Terlihat Aidan syok dan hanya meracau sambil menunduk.
"Bodoh, kenapa aku bisa sebodoh ini?"
Qila perlahan mendekat lalu berjongkok. "Kak Aidan."
DeG! "Ahhhh, Hana?" Aidan beringsut ke belakang.
"Tunggu, Kak! Aku Qila, bukan Hana." Qila secepatnya membenarkan.
"Hah Qila? Kamu sungguh bukan Hana?" tanya Aidan hampir serangan jantung.
"Ya Kak, aku hari ini habis ke mall beli baju, dan perawatan di salon. Barusan juga ke rumah sakit, Kak Aidan tidak usah takut begitu," jelas Qila berdiri.
"Huft, syukurlah. Kamu benar-benar ngagetin aku tau!" cetus Aidan berdiri.
"Oh ya, kenapa kak Aidan ketakutan begitu?" tanya Qila.
Aidan meraih lengan Qila, menjawab dengan jujur. "Sumpah, aku gak tau cara rawat bayi, Qi! Sekarang kamu masuk deh, terus urus Aiko di dalam," jawab Aidan nunjuk ke kamarnya.
"Emang, Aiko kenapa, Kak?" tanya Qila berjalan cepat ke kamar.
"Itu, aku gak tahu cara bersihin pantatnya," jawab Aidan agak malu.
"Hah, pantat?" kaget Qila tidak jadi memutar kenop pintu.
"Ya Qi, Aiko berak,"
"Aku gak tahu cuci pakaiannya," jawab Aidan jujur. Sebenarnya dia merasa jorok mengganti pakaian Aiko, ditambah Aiko tidak punya baju pengganti.
Qila menahan tawa lalu segera masuk. Sontak matanya terbuka lebar melihat ada banyak tissu basah berceceran di lantai dan baju Aiko berantakan. Qila menggelengkan kepala dua kali melihat Aiko tidak dimandikan.
..........
Tinggalkan like, favoritkan dan sesekali votenya ya 🥺😊 terima kasih 🥰🙏 dan maaf kalau masih ada kata salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Wiwin Vivo
di tunggu lanjutannya kakak semangat
2023-02-03
0
Desii Bune Arka
lucu2 up yg banyak2 kak
2023-02-03
0