"Hai, kenapa gak dibuka? Lo lagi sibuk baca mantra, Ai?" celoteh Raiqa sudah pengen duduk di kloset WC.
"Buka dong cepat, di dalam sana gak ada pocong atau genderuwo, gak usah bengong gitu," sahut Evan.
Aidan ragu-ragu untuk masuk, dia lupa mengirim chat ke Qila sehingga gelisah melanda hatinya.
Tangan Aidan yang dari tadi stand by di kenop pintu ditarik kembali, lalu cowok itu menoleh ke Raiqa.
"Rai, lo setornya di rumah saja deh, toilet gue rusak," ucap Aidan cari alasan.
Raiqa tercengang. "Hah? Lo nyuruh gue balik ke rumah? Lo gimana sih, jarak dari sini ke rumah gue kan lumayan jauh, yang ada tuh gue bisa ngompol di jalan!" ucap Raiqa tidak terima saran Aidan.
"Tapi toilet gue rusak, masa lo maksa mau berak di sana,
gue gak mau bau taek lo nyebar di apartemen!" timpal Aidan bersikukuh tak mau Raiqa masuk.
"Aidan, gak usah jijik gitu. Taek gue gak bau kok, malah keluar wangi durian. Lo tenang aja, gue nanti bersihin toiletnya, sekarang minggir," desak Raiqa maju ingin masuk duluan.
"Raiqa, gue udah bilangin, lo jangan ngotot gini! Mendingan lo cari deh toilet umum di luar, bisa saja lo sempat setor di sana," cegat Aidan.
"Ahhh, gue udah kebelet!" desis Raiqa sampai memegang tonjolan celananya.
"Ya udah, lo tinggal lari keluar!" tegas Aidan.
"Sial, mana sempat gue turun lewat lift, minggir gih, udah gak tahan nih," desak Raiqa. Tapi Aidan tetap mencegat, namun sontak bunyi kenop pintu terbuka mengagetkan Aidan dan Raiqa.
"Heh, kalian berdua kelamaan, gue masuk duluan."
Aidan menganga lebar melihat Evan masuk dan buru-buru Raiqa juga nyusul membuat Aidan jadi teriak histeris dalam hatinya.
"Ahhhh... ohh... bagaimana ini!" Aidan secepatnya masuk, lari dan menghalangi Raiqa yang ingin masuk ke dalam kamarnya , sedangkan Evan jalan-jalan melihat sekeliling apartemen. Terlihat cowok satu itu kagum memandangi kebersihan tempat itu. 'Tumben apartemennya bersih, padahal kalau ke sini kadang seperti kapal pecah.' Batin Evan.
"Ahh, Ai! Kenapa lagi sih lo berdiri di sini? gue mau masuk sekarang!" kesal Raiqa dihadang Aiden dengan jurus kungfu panda.
"Sana, lo pakai toilet di dapur." Tunjuk Aidan. Raiqa tak banyak basa-basi lagi langsung lari maraton ke dapur. Terlihat gejolak di pantatnya kian memuncak ingin meledak.
"Selamat… selamat, untung gue punya dua wc," hela Aidan mengelus dada.
Evan mengerutkan dahi melihat Aidan tampak aneh. "Kalau dilihat-lihat, Aidan dari tadi kayak ngehalangin kita masuk sini. Apa jangan-jangan dia lagi nyembunyiin sesuatu? Mungkin kah Aidan pakai Nar koba?" gumam Evan syok bila itu terjadi.
"Aidan!" panggil Evan jalan ke arahnya. Aidan tersentak, dia hampir lupa dengan Evan. 'Duh, dia mau apa lagi ke sini?' pikir Aidan deg-degan, cemas Evan mau masuk ke kamarnya. 'Aku harus cegat dia dulu, sebelum Evan melihat Qila dan Aiko di dalam,' lanjut Aidan mengira Qila dan baby Aiko masih ada di dalam.
"Kenapa lo ke sini? Kenapa gak istirahat di sofa?" tanya Aidan berdiri tegak di depan pintu.
"Lo kok aneh hari ini? Ada yang lo sembunyikan ya dari kita?" selidik Evan curiga.
"Hah? Aneh? Gue gak aneh tuh," bantah Aidan mulai paham Evan sedang curiga.
"Oh kalau gitu, gue pengen masuk, silahkan tuan muda minggir dari pintu," ucap Evan ingin meraih kenop pintu tapi Aidan dengan keras menepisnya.
"Van, lo duduk aja di sofa, gak usah masuk ke kamar gue," halang Aidan.
"Tapi gue pengen tidur, Ai. Gue capek lacak lokasi lo tadi, sekarang biarkan gue masuk!" ujar Evan ngotot.
"Gue bilang sofa ya sofa, gak usah protes!" balas Aidan sewot.
"Lo bagaimana sih, sofa kecil gini gak muat gue tidurin, lo ngalah dong!" sewot Evan.
"Woy, kenapa sih kalian berdua hari ini nyusahin gue?" kesal Aidan emosi.
"Cih, gue tahu. Lo kayak gini pasti pakai obat-obatan, kan? Pantas saja daddy lo ngamuk tiap hari dan ngawasin lo tiap menit, ternyata lo udah gak setia kawan," debat Evan.
"Wah parah, lo jangan fitnah, Van. Gue mana mungkin bodoh pakai obat-obatan," bantah Aidan ikut debat.
"Hei, ada apa ini?" sahut Raiqa keluar hanya pakai boxer.
"Rai, lo gak aneh lihat Aidan hari ini?" tanya Evan ke Raiqa.
"Gak tuh," jawab Raiqa duduk di sofa sambil memakai celana jinsnya.
"Nah, lihat. Raiqa saja gak aneh lihat gue, jadi yang aneh tuh lo." Tunjuk Aidan melemparkan tuduhan.
"Gak, gak. gue yakin, pasti di dalam sana ada sesuatu," oceh Evan ingin masuk tapi Aidan lagi-lagi mulai debat. Raiqa berdiri, terlihat ikut emosi melihat dua sahabatnya mencerocos dari sabang sampai marauke. Raiqa pun masuk ke dapur lalu kembali.
"Lo jujur saja deh, pasti ada yang lo sembunyikan dari kita," desak Evan.
"Oh atau lo pelihara tuyul buat nyari otak sampai bisa pintar ngelak gini," sambung Evan.
"Hah tuyul? Lo kira gue ini mbah dukun?" kesal Aidan, emosinya mendidih.
Melihat keduanya saling tunjuk, Raiqa pun meraih tangan mereka masing-masing, membuatnya melompat kaget diberi dua katana.
"Nah, dari pada kalian perang mulut, mending perang beneran. Kayaknya seru kalau gue jadi penonton dan melihat kalian berduel," kata Raiqa mendengus.
"RAIQA!" bentak dua-duanya ngamuk.
"Lah, ngapa marah?" tanya Raiqa tunjuk diri sendiri.
"Cih, kalian bikin gue bete!"
Braak!!
Evan dan Raiqa tersentak melihat pintu di tutup dengan cukup keras. Evan mendumel dalam hati dengan tingkah Aidan yang tidak jelas. "Dasar, sudah capek-capek nyariin tapi dia malah balas kita kek gini," celetuk Evan terpaksa bersandar di sofa dan memejamkan mata. Raiqa membuang nafas panjang melihat dua sahabatnya. Memang Evan dan Raiqa kadang bertengkar, tapi tidak lama juga akan baikan lagi.
Di dalam kamar, Aidan mengelus dada berhasil masuk ke dalam kamar. Kini dia memandangi isi kamarnya yang kosong. "Kemana Qila?" gumam Aidan berpikir. "Jangan-jangan ada di toilet?" Aidan pun mendekati kamar mandi, mengetuk kecil pintu.
"Qila, apa lo ada di dalam?"
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments