Pelan-pelan Aidan menoleh, dua mata birunya bertemu dengan mata coklat milik gadis yang jarang sekali dia lihat. Gadis lugu berkacamata dan berambut ikal dan kepang itu masih sama seperti tahun lalu.
“Qila? Kamu Qila, kan?”
Aidan sedikit kaget melihat adik Hana yang setahun ini sekolah di luar negeri sudah pulang dan masih belum berubah sedikit pun.
Qila mengangguk. “Hem ya, aku Qila. Kamu Kak Aidan, kan? ” tebak Qila tepat sekali. “Oh ya, kamu lagi pegang apa tuh?” tambah Qila bertanya dan menunjuk kardus di tangan Aidan.
Aidan tidak menjawab Qila, ia meraih tangan Qila lalu menarik gadis itu. Qila heran, mengapa dia ditarik tidak jelas sore ini.
“Kak Ai, berhenti! Kamu mau bawa Qila kemana?” tanya Qila agak takut duduk di sebelah Aidan yang menyetir mobil. Perhatikan pria itu serius dan sesekali menengok kardus di belakangnya.
'Duh, Kak Ai kenapa diam saja ya? Saya jadi takut, nih.' Qila gelisah melihat kopernya berada di dekat kardus itu dan dia tahu kalau selama ini dia tidak terlalu dekat dengan Aidan.
Mobil Aidan berhenti di sebuah apartemen mewah. Dia memarkirkan mobilnya lalu turun duluan mengambil kardus di kursi tengah. Qila ikut turun dan mengambil kopernya.
“Ikut aku, ada yang aku butuhkan dari kamu, Qil!” tarik Aidan membawa Qila menuju kamar apartemennya dengan kardus itu.
Setelah naik lift dan masuk ke dalam apartemen, Aidan menutup apartemen rapat-rapat, lalu jalan ke sofa, meletakkan kardus itu di atas meja, kemudian duduk bersandar dengan raut wajah lelah.
“Hem, kak Ai bawa aku ke sini mau ngapain?” tanya Qila masih berdiri di dekat pintu apartemen.
Aidan menoleh, mengangkat jari telunjuknya lalu memberi kode pada Qila untuk mendekat.
“Ke sini,”
Terlihat Qila menghampiri cowok tampan itu. “Kenapa ajak aku ke sini, kak?” tanya Qila sopan.
Aidan mengamati Qila dari bawah ke atas membuat gadis berkacamata itu mundur sedikit. Pasalnya, Aidan susah membedakan mana Hana dan Qila, karena body, mata, dan suara sama 100 persen. Apalagi Hana dan Qila di waktu SD sering bertukar identitas. Hanya penampilan yang lumayan dapat membedakannya.
“Kamu ini Qila, kan?” Aidan bertanya lagi, dia agak cemas kalau di depannya saja bisa saja Hana yang menyamar.
Qila merogoh sakunya, mengeluarkan kartu identitasnya. “Nih, Kak Ai baca saja deh kalau nggak percaya.”
Aidan mengambil kartu itu, dan serius mengamatinya.
“Huft, syukurlah bukan Hana.” Aidan membuang nafas lega.Qila duduk di sofa lain, kemudian iseng-iseng bertanya.
“Kira-kira, Kak Ai kenapa buru-buru ke sini? Dan bawa Qila juga?” tanya Qila berusaha duduk tenang berhadapan dengan Aidan.
Saat Aidan ingin menjawab, begitu kagetnya mereka mendengar isak tangis bayi.
Oeeekkk!
“Loh, apa yang ada di dalam kardus itu, Kak? Kok ada suara bayi keluar dari dalam situ?” kaget Qila berdiri, suasana apartemen yang sangat syok itu ditandai oleh tangis bayi.
Buru-buru Aidan membuka kardus itu, memperlihatkannya ke Qila. “Lihat, ada bayi di dalam sini, Qi!” ucap Aidan tidak tahu bagaimana lagi menenangkan bayi itu.
Melihat mata Qila membola, dia memegang dada melihat kardus bekas itu berisi bayi.
“Ini bayi? Tapi kenapa ada di sini? Kak Ai habis culik anak orang ya?” tuduh Qila menunjuk Aidan.
“Ah, enak saja kamu. Mana mungkin aku culik anak orang, apalagi tujuannya buat apa coba? Kamu gak usah deh kayak Raiqa yang suka tenangnya buruk,” oceh Aidan merasa Qila 11-12 mirip Raiqa. Memang kakak adik tidak jauh bedanya, cuma sifat mereka yang berbeda.
“Terus, ini bayi dari mana? Kak Ai dapat dari mana?” tanya Qila terus berulangnya.
Aidan menarik nafas panjang, lalu membuang dengan kasarnya.
“Aku tadi mau ke rumah kamu buat ngajak Hana jalan-jalan sore ini, tapi saat aku lagi nunggu balasan dari Raiqa, aku gak sengaja lihat kardus ini sudah ada di depan pintu rumah. Sumpah, aku gak tau siapa yang naruh, Qi,” jelas Aidan panjang lebar.
Owweeekkk oeeek!
Lagi-lagi bayi itu menangis.
“Duh, cara nenangin bayi gimana nih, Qi?” desis Aidan ingin menggendong bayi itu, tapi dia takut makhluk kecil mungil itu akan terjatuh. Aidan tidak tahu menggendong dengan benar.
“Puft,” tawa Qila sedikit.
“Loh, kenapa kamu ketawa?” tanya Aidan heran.
“Kak Ai lucu, kamu itu peringkat satu di sekolah tapi hal ini tidak tahu,” jawab Qila menahan tawa.
Aidan menatap dingin, tidak suka mendengarnya.
“Qila, aku ini bukan bapak-bapak loh, sugar daddy atau ibu-ibu yang sudah punya anak, aku sudah pasti gak tahu hal beginian, ini urusan orang dewasa, bukan remaja ingusan kayak aku tau,” cerocos Aidan ketus..
“Ya udah, Kak Ai keluar saja deh,” ucap Qila ingin mencoba gendong bayi kecil itu.
“Ha keluar? Kenapa kamu nyuruh aku pergi?” tanya Aidan sudah tidak karuan jika bersama Qila. Benar-benar rasanya gak asik.
“Kak Ai, yang pernah aku baca, kalau bayi itu menangis, tandanya dia lapar. Sekarang Kak Ai keluar beli susu gih,” jawab Qila apa yang dia tahu.
Aidan mendengus, mengira jika Hana ada di sini, pasti akan mudah menangani bayi itu. Tapi Aidan tidak mau Hana salah paham nanti. Lantas bagaimana dengan Qila? Bagaimana jika Qila memberi tahu Hana kalau ada bayi yang disembunyikan oleh Aidan saat ini?
“Baiklah, gue bakal pergi beli susu, tapi lo jangan dulu kasih tau soal bayi ini kepada siapapun!” ujar Aidan serius.
Qila tersenyum. “Oke, tidak akan pernah bocor, Kak.”
Setelah yakin, Aidan keluar meninggalkan Qila dan bayi itu. Dia mengarahkan ke arah minimarket terdekat. Qila terlihat masuk ke dalam kamar Aidan, kemudian meletakkan bayi itu ke atas selimut. Qila terdiam sejenak, lalu turun melihat ke bagian bawah bayi itu.
“Eh… rupanya laki-laki toh,” gumam Qila tersenyum indah.
“Hei, bayi laki-laki. Siapa namamu? Kok bisa ada di Kak Ai?” tanya Qila mencoba memberi hiburan pada bayi itu. Spontan saja, bayi itu melihatnya, mata biru yang sangat cantik, mirip seperti Aidan.
“Wah gak nangis lagi, kamu pasti lapar ya sayang?” Sekali lagi Qila mengajaknya bicara. Bayi itu tersenyum, seperti tahu siapa yang sedang berbicara dengannya.
“Oeeek, oeeek,” kata bayi itu merengek, tangan mungil itu berusaha meraih dada Qila.
“Puft, kamu mau susu apa? Mau susu ini?” tanya Qila tersenyum dan menunjuk tonjolan dadanya.
“Oeekk, oeek!” rengek bayi itu ingin.
Qila terdiam lagi, kemudian naik ke pinggir. Tidur di sebelah bayi itu dan menatap dalam-dalam mata bayi laki-laki tersebut. “Kamu mau sama Mami ya?” tanya Qila dengan sedih.
“Oeekk, oeeek,” rengek bayi itu lagi.
Qila mengelus pipi bayi itu, kemudian tangannya meraba ke kancing bajunya, membuka satu demi satu kancing bajunya sendiri lalu mengeluarkan satu payu daranya. Tangan mungil bayi itu dengan cepat meraih ujung pena hingga Qila.
“Aahhh… ” Suara desa han Qila keluar saat ujung penanya dihisap oleh bayi itu, dia menutup mata, menikmati sensasi dari ASI yang dia berikan.
“Ahhh… umhh, kau sangat menikmati ya sayang,” desah Qila lalu menggigit bibir bawahnya, merasa ASInya sangat lancar mengalir keluar sehingga bayi bisa tenang lagi.
“Kau mirip seperti ayahmu, Aiko.”
Qila memejamkan mata, membiarkan bayi itu asik dan puas meminum ASInya, dia cukup lega bisa menyusui bayi itu, mumpung Aidan sedang keluar.
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
apa orang misterius yg meletakkan bayi itu Qila? dan Qila sekolah ke luar negeri cuma 1 thn itu karena hamil? dan ayah dr bayi itu aidan? apa dulu aidan pernah melakukan dgn Qila tanpa sadar
2024-07-11
0
Putri arsyana
anaknya Aidan sama Qila😱awal produksinya gmn ya🤔
2023-03-15
0
Putri arsyana
oh ya sih bener jg
2023-03-15
0