Keesokan harinya di siang hari, terlihat mobil pribadi keluarga Wiransyah sedang melaju ke mall terbesar di pusat kota. Di dalam mobil, tampak Hana sibuk mengirim chat ke geng-gengnya. Mumpung hari ini hari minggu, Hana bermaksud mengajak mereka belanja bersama.
Melihat Hana asik sendiri, Qila hanya bisa diam, tak mau mengganggu saudaranya. Padahal, Qila mau sekali mengajak bicara Hana soal Aidan. Kemarin malam, Qila hanya menanyakan kabar sekolah dan teman-teman Hana.
"Kak Han,"
"Hm, kenapa?" tanya Hana tanpa menoleh.
"Kamu sudah punya pacar?"
"Belum!" jawab Hana enteng.
"Kenapa lo tanya itu?" tambah Hana kini melihatnya.
"Eng-gak papa, aku cuma tanya saja," jawab Qila terbata-bata.
“Oh ya, kamu sudah punya pacar gak, Qil?” tanya Hana kembali asik main hp.
"Tidak, aku tidak punya, aku di sana sekolah, gak ada waktu cari pacar," tutur Qila terang.
"Astaga, kamu kok bodoh banget sih, Qila? Harusnya kamu ajak satu cowok dong jadi pacar, gimana kalau kamu gak bisa punya pacar di sini? Bisa-bisa kamu gak bisa nikah, dan bakal nyesel!!" jelas Hana mencerocos.
“Kalau saja aku jadi kamu, aku pasti sudah bawa pacar ke sini,” sambungnya menunjuk-nunjuk Qila.
"Ekhm, Hana! Jaga bicaramu itu, mama tidak pernah izin kalian pacaran. Yang dilakukan adikmu sudah benar, kamu jangan mengejeknya lagi," jawab mama Kinan yang duduk di kursi depan.
"Loh, letak ejekan Hana di mana, Mah?" tanya Hana cemberut diomelin.
"Yang dikata bodoh, Kak," sahut Qila.
"Laaaahhh, kamu kan memang bodoh, Qila? Semua orang juga tahu kamu idiot di keluarga ini," ucap Hana tersenyum miring.
"Hana!" bentak mama Kinan menengok dua putri. Tidak suka Hana terang-terangan privasi Qila.
"Apaan sih, mah?" cetus Hana tidak terima dibentak.
"Adikmu sudah tidak lagi idiot, kamu hentikan ucap kata bodoh itu! Kamu sebagai yang tua seharusnya menghargai adikmu. Mulai besok, saat di sekolah, mama ingin kamu selalu di samping Qila, jaga dan ajari adikmu di sana! Mengerti?" nasehat mama Kinan panjang lebar dan tegas.
Meski Hana cerdas, periang, dan gaul, tapi sifat satu gadis ini memiliki kesombongan besar. Qila di sana yang melihat mamanya membela, dia cuma bisa menunduk. Hana yang mengejeknya saja, sudah membuat mamanya marah. Bagaimana jika tahu, Qila sudah punya anak? Pasti amarah mama Kinan jauh lebih besar. Niat Qila untuk jujur pun semakin menciut. Dia takut akan dibuang dari keluarganya.
"Hana mengerti, mah." Hana melirik Qila, tatapan tidak suka tersirat di dalam matanya.
'Cih, setiap saat dia selalu saja menjadi beban.' Hana mendecih dalam hati kemudian tersenyum manis ke Qila. "Qi, besok kamu jangan jauh-jauh ya dari aku," ucap Hana tidak minta maaf atas ucapannya barusan.
"Baik, Kak." Qila balas tersenyum. 'Kak Hana, maaf kalau aku selalu merepotkanmu," batin Qila, ia tahu makna senyum Hana yang tidak terlalu suka bila dia ikut gaul dengannya besok.
"Bagus, mama senang lihat putri-putri mama pada akur dan saling sayang, sekarang ayo kita turun dan beli sepuas kalian! Mama yang akan bayar!" ucap mama Kinan bersemangat setelah mobil menepi di kawasan mall.
"Yess, asik!" Hana keluar dengan ceria. Qila pun ikut turun dari mobil, ia menyusul cepat Hana dan mama Kinan yang masuk duluan ke dalam mall.
….
Pov Qila
Aku tidak tahu mengapa Hana sering kali menatap ilfiil padaku. Tahun lalu pun Hana memandang sebelah mata kepada ku, seakan-akan dia mengucilkan aku yang sebagai saudara kandungnya. Bahkan seperti hari ini, dia lebih ingin kumpul bersama gengnya yang datang ke mall daripada aku. Begitu burukkah kehadiranku di sisinya?
Hana lebih cantik, lebih mempesona, lebih unggul dariku. Tapi dia tetap saja seperti takut ditandingi olehku. Memangnya apa aku salah jika memiliki kelebihan juga?
Hana kadang baik padaku jika berada di dekat papa atau kak Raiqa. Kalau di dekat mama, dia sering terang-terangan membenciku.
“Hei Qila, lama ya kita gak lihat kamu," sapa teman Hana datang padaku..
"Iya nih, kamu agak berubah sedikit," sambung teman yang lain menatapku dari bawah ke atas lalu berjalan memutari tubuhku.
"Berubah? Apa yang berubah?" tanyaku pada mereka yang sedang menahan tawa di dekat Hana.
"Haha…kamu kurus banget deh, kasihan." Cewek ketiga itu tertawa lepas.
"Kami pikir kamu bakal melebihi Hana setelah belajar dari luar negeri, tapi tampilan kamu masih saja cupu dan polos gini," ucap mereka menunjuk.
“Ternyata kamu makin hari makin gak karuan. Kami jadi kasihan sama Hana, pasti tiap hari kerjaan kamu nyusahin Hana."
"Ho'oh, kayak tiang listrik saja di sebelah Hana, hahahaha...."
"Ehhh kayaknya lebih ke bentuk krupuk jalanan, hahahaha.... "
Mereka sangat mudah mencemooh. Aku melihat Hana yang hanya diam melihatku dicemooh oleh teman-temannya. Pasti, pasti selalu saja begini. Dia seolah tak ingin membela atau ikut campur, serasa membiarkan aku jadi bahan bullyan..
Memang sejak tinggal di luar negeri, bb ku cukup naik. Tapi setelah mengurus pindahan sekolah untuk kembali ke sini, aku mulai olahraga dan senam di masa nifasku setelah melahirkan Aiko. Dan sekarang, saya tetap saja mendapat ejekan dari mereka. Tapi untungnya, mereka tidak terlalu curiga dengan body ku yang berubah.
"Qila!" panggil mama keluar dari salon.
"Ya Mah, kenapa?" tanyaku mendekat.
"Sini masuk, kita perbaiki rambutmu dan rawat wajahmu dulu," jawab Mama masuk ke salon lagi.
"Aku ke dalam dulu ya, Kak." Hana cuma mengangguk kecil di samping teman-temannya yang berbisik. "Puft, aku jadi penasaran gimana mukanya selepas perawatan, apakah bisa secantik Hana?" bisikan mereka dapat ku dengar jelas. "Aku sih gak yakin, tapi moga saja gak tambah culun. Haha."
" Huft , mau di depan, atau di belakang, tetap saja aku digosipkan." Aku masuk ke dalam meninggalkan Hana bersama gengnya yang pergi ke toko pakaian sebelah. Aku sering heran dan berpikir apa bagusnya Hana kumpul dan menjadi ketua di geng cewek itu? Kini aku duduk di depan cermin, hatiku naik untuk memulai perawatan. "Setelah ini, apa aku punya harapan mendapat pasangan di masa depan?"
Pov berakhir .
..........
Calonnya Aidan tuh🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments