Keterkejutan Naufal

Elvan mengambil ponselnya dan mencari nama Naufal, setelah dapat Elvan langsung menekannya. Panggilan tersambung.

"Aish. Bocah ini," gumam Elvan.

"Bagaimana Elvan?" tanya Albert.

"Tidak diangkat Dad," jawab Elvan.

Elvan berulang kali menghubungi ponselnya adiknya. Tapi tetap sama, tidak ada jawaban. Dan itu sudah membuat mereka semua khawatir. Pasalnya Naufal pergi pagi-pagi sekali. Terakhir berbicara dengan adiknya ditelepon pukul 7 malam.

"Naufal, kamu dimana sayang?" lirih Helena.

Lalu detik kemudian, tiba-tiba suara klason mobil berbunyi.

TIN..

TIN..

"Itu pasti Naufal!" seru Rayyan.

"Biar aku yang membukanya!"

Aditya langsung berdiri dari duduknya lalu melangkah menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.

^^^

Setelah tiba di depan pintu, Aditya langsung membuka pintu.

Pintu terbuka dan Aditya berdiri di depan pintu sambil bersandar dan kedua tangan dilipat di dadanya. Tatapan matanya tertuju pada adik bungsunya yang baru keluar dari dalam mobil.

"Naufal Alexander." Aditya memanggil adiknya.

"Kakak"

Tidak ada jawaban. Tatapan mata Aditya masih fokus menatap wajah adiknya.

"Kenapa wajahmu pucat, Fal." batin Aditya.

"Kak, kau kenapa menatapku seperti itu? Aku tahu, aku tampan. Jadi tidak perlu menatapku seperti itu," ucap Naufal tanpa dosa.

Sedangkan Aditya hanya geleng-geleng kepala.

Hening...

"Mau sampai kapan kau akan berdiri disitu, Naufal Alexander?" tanya Aditya.

"Nah, kakak sendiri mau sampai kapan berdiri di depan pintu? Bagaimana aku bisa masuk. Sedangkan kakak saja menghalangiku?" jawab Naufal tak mau kalah.

"Aaiissshh. Kau ini. Ayoo, masuk."

"Hehehehehe.." Naufal terkekeh.

"Mommy, Daddy. Ini putra bungsumu sudah pulang!" teriak Aditya.

Mendengar teriakan putra keduanya, Helena langsung berdiri dari duduknya dan berlalu menghampiri putra bungsunya.

"Astaga, Naufal. Kamu kemana saja, hum? Mommy sangat khawatir padamu, nak!"

"Mommy, aku minta maaf sudah membuatmu khawatir. Tapi aku baik-baik saja Mom! Mommy tidak usah khawatir," ucap Naufal sambil mencium kening ibunya.

"Bagaimana Mommu tidak khawatir kalau salah satu putra Mommy tidak ada di rumah. Bahkan kau tidak menjawab panggilan dari salah satu kakakmu."

"Kakak menghubungi ponsel kamu berulang kali, Fal! Tapi kami tidak menjawabnya! Kenapa kamu tidak menjawab panggilan kakak?" tanya Elvan lembut.

"Maafkan aku, kak! Bukan aku tidak mau menjawab panggilanmu. Saat kakak menghubungiku, aku itu lagi dijalan," jawab Naufal.

Helena membawa putranya duduk di sofa, tepat di samping suaminya.

DRTT..

DRTT..

Ponsel Naufak berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Naufal tanpa pikir panjang lagi langsung menjawabnya.

"Hallo."

"Kita sudah berhasil menangkapnya, Bos."

"Bagus. Kurung dia. Aku akan menemuinya besok. Aku sudah tidak sabaran untuk memberikan sedikit pelajaran padanya."

Setelah mengatakan hal itu, Naufal langsung mematikan panggilannya.

PIP..

"Siapa yang meneleponmu, Fal?" tanya Elvan.

"Salah satu kepercayaanku di Avana Gym, kak!" Naufal menjawab pertanyaan dari kakak pertamanya itu.

"Oh ya, sayang! Mommy ingin memperkenalkan seseorang padamu!" seru Helena.

"Siapa, Mom?" tanya Naufal.

Helena menunjuk ke arah adik perempuannya, Andhira. Lalu Naufal melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ibunya. Andhira membalas dengan senyuman tulus di bibirnya.

Naufal mengerutkan keningnya berusaha berpikir. Dia pernah bertemu, tapi tidak tahu dimana?

"Apa kau lupa pada, Bibi?" tanya Andhira yang masih tetap tersenyum.

Naufal masih dalam fase bingung. Dia berusaha untuk mengingatnya.

Semuanya memperhatikan Naufal. Mereka semua tersenyum melihat wajah bingung Naufal.

"Baiklah, baiklah. Bibi tidak tega melihatmu berusaha untuk mengingatnya. Ingat tidak ada seorang ibu-ibu yang dihadang tiga preman lalu datang seorang pemuda tampan dan pemberani untuk menolong ibu-ibu itu?" tanya Andhira.

Sebuah senyuman terukir di bibir Naufal "Bibi. Kau Bibi yang waktu itu kan?" seru Naufal sumringah.

Andhira tersenyum dan mengangguk "Akhirnya kau ingat juga sayang. Bibi sangat senang bisa bertemu denganmu."

"Sayang. Bibi Andhira ini adalah adik kandung Mommy. Jadi dia adalah Bibirmu!" ucap Helena pada putra bungsunya.

"Haaaah.. benarkah?" tanya Naufal kaget dan juga bahagia.

Helena mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa aku baru bertemu dengannya sekarang? Memangnya selama ini Bibi dimana?" tanya Naufal.

"Kau terlambat, kelinci nakal!" seru Aditya mengejek adiknya.

"Aaiisshh." Naufal mempoutkan bibirnya kesal atas perkataan kakak keduanya itu. Apa maksud kakak?"

"Kita semuanya sudah tahu kalau bibi Andhira ini adalah adiknya Mommy. Bahkan Mommy sudah cerita semuanya pada kita. Kau saja yang belum tahu," ejek Rayyan.

"Siapa suruh kau pulang terlalu malam?" sela Aditya yang berhasil membuat adiknya kesal.

"Benarkan, kak Elvan?" tanya Aditya.

"Ya. Kau benar sekali, Aditya!" Elvan juga ikut membuat adik bungsunya kesal.

"Kalian benar-benar menyebalkan, kak!" Naufal merengut kesal.

"Hahahaha." mereka tertawa puas.

"Yak, FINAL! Ini salah Mommy. Seharusnya Mommy nunggu aku dulu baru cerita. Mommy masih punya utang penjelasan padaku!" Naufal memanyunkan bibirnya ke depan.

Alhasil, Semuanya tersenyum melihat tingkah si bungsu. Naufal belum menyadari kalau di rumahnya ada Arsya.

"Oh, ya! Mommy, Daddy. Aku ke kamar dulu. Mau mandi. Badanku udah lengket," ucap Naufal lalu beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya di lantai dua.

Sedangkan kedua orang tuanyanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Paman, Bibi aku pamit mau ke kamar!" seru Naufal.

"Ya, sayang!" seru mereka bersamaan.

"Naufal!" teriak Helena.

Naufal berhenti dan berbalik melihat Ibunya. "Ada apa, Mom?"

"Jangan tidur dulu. Kamu harus makan terlebih dahulu," jawab Helena.

"Boleh tidak aku makannya di kamar saja. Tubuhku sedikit lelah. Jadi sehabis makan aku mau langsung tidur," pinta Naufal.

"Ya, tentu sayang. Mommy akan mengantarkannya ke kamarmu."

"Makasih, Mom. Aku menyayangimu!" seru Naufal.

Saat Naufal membalikkan badannya. Dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Arsya yang kebetulan kembali dari dapur.

Anggota keluarga menyaksikan pemandangan di depan mereka. Dimana anak, keponakan dan adik mereka yang sedang saling bertatapan tanpa ada yang berbicara.

"Naufal." Arsya memulai membuka suara.

Tidak ada reaksi sama sekali dari Naufal. Tapi tatapan matanya masih fokus melihat wajah tampan kakaknya.

"Tetap sama," batin Naufal.

"Naufal," panggil Arsya untuk yang kedua kalinya dan itu sukses menyadarkan Naufal.

"Kenapa kakak ada di rumahku. Dan dari mana kakak mengetahui alamat rumahku?" tanya Naufal yang tatapannya masih fokus melihat wajah Arsya.

"Itu.. itu!" Arsya tampak bingung untuk menjelaskannya.

"Sejak kapan kau menjadi gagu seperti itu, hah?! Terakhir saat bertemu di rumah sakit. Kau sangat lancar berbicara," sindir Naufal.

Saat Arsya ingin bicara. Naufal sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Ach, sudahlah. Kau membuang-buang waktuku saja. Dari pada aku meladenimu disini. Mending aku ke kamar lalu tidur. Itu lebih baik," ucap Naufal dengan nada ketus.

Setelah mengatakan hal itu, Naufal langsung pergi meninggalkan Arsya yang masih setia berdiri di posisinya memperhatikan Naufal yang menaik anak tangga.

Kedua orang tuanya dan ketiga kakaknya hanya bisa membuang nafas kasar melihat apa yang dilakukan dan diucapkan oleh sibungsu.

Helena berdiri dari duduknya dan menghampiri keponakannya.

"Arsya. Jangan di masukkan ke hati kata-kata Naufal ya." Helena menghibur Arsya.

"Ya, Bi. Aku tidak apa-apa. Aku akan sabar untuk menghadapi adikku yang keras kepala itu. Kan memang tugasku sebagai seorang kakak. Dan seorang kakak itu harus mengalah pada adiknya. Bukan begitu, Bi?" ucap dan tanya Arsya.

"Ya. Kau benar sayang. Terima kasih ya." Helena tersenyum lalu memberikan kecupan di kening keponakannya.

^^^

Naufal sudah selesai membersihkan dirinya. Kini Naufal sedang duduk di kursi meja kerjanya yang ada di kamarnya. Naufal meraih laptopnya, kemudian membuka dan menghidupkan laptopnya.

Naufal hanya sekedar untuk mengecek email masuk saja. Setelah itu, ia akan langsung tidur.

Saat Naufal sibuk dengan laptopnya, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu kamarnya.

CKLEK..

Orang itu memasuki kamar Naufal dengan nampan ditangannya.

"Kakak membawa makan malam untukmu, Fal!" seru Arsya dan meletakkan nampan tersebut di meja.

Naufal yang masih fokus sama laptopnya dan tanpa melihat sama sekali. "Terima kasih, kak."

"Sama-sama, Fal!" jawab Arsya.

Naufal belum menyadari keberadaan Arsya di kamarnya.

Saat Naufal menutup laptopnya dan ingin memakan makan malamnya. Matanya tak sengaja melihat sosok orang yang tidak diharapkan hadir dikehidupannya lagi.

"Kak Arsya. Kenapa kakak ada di kamarku?" tanya Naufal masih dengan suara normal.

"Kakak kesini hanya mengantarkan makan malam untukmu," jawab Arsya.

Naufal menatap makanan yang ada dihadapannya. "Jadi ini?" tanya Naufal.

"Iya. Kakak sengaja memasaknya untukmu. Karena kakak tahu makanan kesukaanmu," jawab Arsya.

"Aku sudah tidak berselera. Silahkan kakak bawa makanan ini ke bawah." Naufal berbicara dengan nada ketus.

"Tapi, Fal. Kau itu belum makan. Kau harus makan. Walau hanya sedikit," kata Arsya.

"Aku akan makan. Tapi tidak makanan darimu. Jadi aku minta padamu, bawa lagi makanan ini ke bawah. Aku tidak akan memakannya," jawab Naufal yang tetap menolak untuk memakan makanan yang dimasak oleh Arsya.

"Tapi..." perkataan Arsya terpotong karena Naufal sudah terlebih dahulu mengangkat makanan itu lalu membuang makanan tersebut.

PRANG..

Makanan itu berserakan di lantai kamar Naufal.

Para orang tua dan para kakak sedang berkumpul. Mereka sedang asyiknya berbincang-bincang. Mereka membicarakan banyak hal.

Saat mereka tengah asyik di dunia mereka. Mereka dikejutkan dengan suara benda jatuh yang berasal dari kamar Naufal.

PRANG..

"Itu suara apa?" tanya Andhira yang pertama kali mendengarnya.

"Itu sepertinya dari kamar Naufal!" seru Aditya

"Arsya, Naufal!" seru mereka bersamaan dan langsung berlari menuju kamar Naufal yang berada di lantai dua.

^^^

"Naufal. Apa yang kau lakukan?" tanya Arsya yang terkejut saat melihat Naufal membuang makanan tersebut.

"Membuangnya. Apa kau tidak lihat?" jawab Naufal santai.

"Tapi kakak memasaknya untuk dimakan bukan untuk dibuang, Fal!" kata Arsya kecewa.

"Tapi..." ucapan Naufal terhenti saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka.

CKLEK..

Dan dapat dilihat oleh Naufal dan Arsya, anggota keluarga yang memasuki kamarnya. Dan mereka semua kaget melihat kekacauan di kamar Naufal.

"Astaga. Ada apa ini?" tanya Albert saat melihat makanan yang berserakan di lantai kamar sibungsu.

"Arsya, Naufal! Ada apa sebenarnya?" tanya Helena.

Masih dalam mode hening. Baik Arsya maupun Naufal tidak ada yang bersuara. Aditya langsung to The point yang mengarah pada adiknya.

"Ini pasti ulahmu kan, Naufal?" tanya Aditya yang menatap Naufal.

Naufal yang awalnya menatap Arsya. Kini mengalihkan pandangannya menatap Aditya, kakak keduanya.

"Kalau iya, kakak mau apa?" tanya Naufal yang menatap kakaknya tidak suka.

"Itu makanan, Fal. Dan tidak seharusnya kau membuangnya." Aditya berusaha sabar berbicara dengan adik bungsunya.

"Aku tahu itu makanan. Aku membuangnya karena aku tidak mau memakan masakan dari orang lain selain keluargaku sendiri," Ucap Naufal.

"Naufal, Arsya ini adalah kakak sepupumu, nak! Putranya Bibi Andhira. Kalian berdua bersaudara," saut Helena.

Naufal menatap Arsya nyalang lalu balik menatap Ibunya, dengan tatapan sulit diartikan.

"Mommy. Katakan semua ini bohong. Mommy mengatakan ini padaku agar aku berdamai dengan dia kan?" tanya Naufal menatap mata Ibunya untuk mencari kebenarannya.

"Yang dikatakan Mommymu benar, Naufal. Arsya adalah putra bungsu Bibi. Dan dia adalah kakak sepupumu," Andhira yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Naufal.

"Apa?" Naufal benar-benar terkejut.

Episodes
1 Pulang Ke Bandung
2 Menyampaikan Sesuatu
3 Demam
4 Kecelakaan
5 Pertemuan Kakak Dan Adik
6 Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7 Kekhawatiran Keluarga
8 Bercerita
9 Flashback
10 Flashback 2
11 Keterkejutan Naufal
12 Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13 Kekesalan Naufal
14 Berdamai
15 Ardian Krishon
16 Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17 Kebencian Naufal
18 Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19 Davian Dan Barra
20 Telepon Dari Rasya
21 Berkunjung
22 Jatuh Pingsan
23 Kesedihan Dan Kekhawatiran
24 Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25 Kecurigaan
26 Tertangkapnya Sipengkhianat
27 Memasang Alat Pelacak
28 Kekompakan Alexander Bersaudara
29 Cinta Pada Pertemuan Pertama
30 Tertekan
31 Paket
32 Kehangatan Keluarga
33 Menceritakan Masalah
34 Kecelakaan Maut
35 Kesedihan
36 Merindukan
37 Pria Misterius
38 Kesedihan 2
39 Vanesha Palsu
40 Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41 Keras Kepala
42 Ingatan Kembali
43 Kecelakaan Davian Dan Reza
44 Pria Misterius 2
45 Perasaan Takut Anggota Keluarga
46 Kembali
47 Kembali 2
48 Berkorban
49 Hari Yang Buruk
50 Hari Yang Buruk 2
51 Rencana Penculikan
52 Keberhasilan Kendrik Alvaro
53 Berhasil Menemukan Lokasi
54 Hukuman Mati Untuk Kendrik
55 S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56 S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57 S2. Kejahilan Naufal
58 S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59 S2. Kabar Dari Damian
60 S2. Pesan Misterius
61 S2.
62 S2. Bayangan Vanesha
63 S2. Kemarahan Naufal
64 S2. Kekecewaan Naufal
65 S2. Kekesalan Naufal
66 S2. Flashdisk
67 S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68 S2. Rekaman
69 S2. Hati Yang Terluka
70 S2. Membuat Rencana
71 S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72 S2. Keberhasilan Damian
73 S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74 S2. Kemarahan Alex Alvaro
75 S2. Janji Seorang Kakak
76 S2. Awal Kemenangan
77 S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78 S2. Meretas Mobile Banking
79 S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80 S2. Telepon Dari Vanesha
81 S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82 S2. Menikmati Kebahagiaan
83 S2. Minta Dibelikan Laptop
84 S2. Kakak Alice!
85 S2. Menceritakan Kondisi Alice
86 S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87 S2. Sumpah Seorang Tasya
88 S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89 S2. Pembalasan Yang Setimpal
90 S2. Isak Tangis Alice
91 S2. Gadis Misterius
92 S2. Aku Kembali Naufal
93 S2. General Manager Baru
94 S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95 S2. Alona Divia Eknath
96 S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97 S2. Traktiran Dari Arsya
98 S2. Kepercayaan Penuh
99 S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100 S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101 S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102 S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103 S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104 S2. Penyerangan Naufal
105 S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106 S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107 S2. Memberikan Hukuman
108 S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109 S2. Surat Perjanjian
110 Kau hanya milikku, Tasya!
111 S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112 S2. Ada Udang Dibalik Risol
113 S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114 S2. Membahas Sebuah Rencana
115 S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116 S2. Bab 116
117 S2. Bab 117
118 S2. Bab 118
119 S2. Bab 119
120 S2. Buku Nikah
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Pulang Ke Bandung
2
Menyampaikan Sesuatu
3
Demam
4
Kecelakaan
5
Pertemuan Kakak Dan Adik
6
Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7
Kekhawatiran Keluarga
8
Bercerita
9
Flashback
10
Flashback 2
11
Keterkejutan Naufal
12
Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13
Kekesalan Naufal
14
Berdamai
15
Ardian Krishon
16
Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17
Kebencian Naufal
18
Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19
Davian Dan Barra
20
Telepon Dari Rasya
21
Berkunjung
22
Jatuh Pingsan
23
Kesedihan Dan Kekhawatiran
24
Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25
Kecurigaan
26
Tertangkapnya Sipengkhianat
27
Memasang Alat Pelacak
28
Kekompakan Alexander Bersaudara
29
Cinta Pada Pertemuan Pertama
30
Tertekan
31
Paket
32
Kehangatan Keluarga
33
Menceritakan Masalah
34
Kecelakaan Maut
35
Kesedihan
36
Merindukan
37
Pria Misterius
38
Kesedihan 2
39
Vanesha Palsu
40
Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41
Keras Kepala
42
Ingatan Kembali
43
Kecelakaan Davian Dan Reza
44
Pria Misterius 2
45
Perasaan Takut Anggota Keluarga
46
Kembali
47
Kembali 2
48
Berkorban
49
Hari Yang Buruk
50
Hari Yang Buruk 2
51
Rencana Penculikan
52
Keberhasilan Kendrik Alvaro
53
Berhasil Menemukan Lokasi
54
Hukuman Mati Untuk Kendrik
55
S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56
S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57
S2. Kejahilan Naufal
58
S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59
S2. Kabar Dari Damian
60
S2. Pesan Misterius
61
S2.
62
S2. Bayangan Vanesha
63
S2. Kemarahan Naufal
64
S2. Kekecewaan Naufal
65
S2. Kekesalan Naufal
66
S2. Flashdisk
67
S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68
S2. Rekaman
69
S2. Hati Yang Terluka
70
S2. Membuat Rencana
71
S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72
S2. Keberhasilan Damian
73
S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74
S2. Kemarahan Alex Alvaro
75
S2. Janji Seorang Kakak
76
S2. Awal Kemenangan
77
S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78
S2. Meretas Mobile Banking
79
S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80
S2. Telepon Dari Vanesha
81
S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82
S2. Menikmati Kebahagiaan
83
S2. Minta Dibelikan Laptop
84
S2. Kakak Alice!
85
S2. Menceritakan Kondisi Alice
86
S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87
S2. Sumpah Seorang Tasya
88
S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89
S2. Pembalasan Yang Setimpal
90
S2. Isak Tangis Alice
91
S2. Gadis Misterius
92
S2. Aku Kembali Naufal
93
S2. General Manager Baru
94
S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95
S2. Alona Divia Eknath
96
S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97
S2. Traktiran Dari Arsya
98
S2. Kepercayaan Penuh
99
S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100
S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101
S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102
S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103
S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104
S2. Penyerangan Naufal
105
S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106
S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107
S2. Memberikan Hukuman
108
S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109
S2. Surat Perjanjian
110
Kau hanya milikku, Tasya!
111
S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112
S2. Ada Udang Dibalik Risol
113
S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114
S2. Membahas Sebuah Rencana
115
S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116
S2. Bab 116
117
S2. Bab 117
118
S2. Bab 118
119
S2. Bab 119
120
S2. Buku Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!