Ardian Krishon

Keluarga Adelard Krishon sedang sarapan pagi bersama. Mereka sarapan dengan tenang.

"Ardian," panggil Adelard.

"Ya, Ayh." Ardian melihat kearah Ayahnya.

"Nanti di Kantor, kau gantikan Papi untuk rapat." pinta Adelard kepada putra bungsunya.

"Kan ada kak Fauzan, Pi!" Ardian menjawabnya.

"Hei. Kau lupa apa bagaimana, hum? Kakak hari ini akan bertemu dengan rekan kerja Papi. Kakak menggantikan tugas Papi juga," jawab Fauzan.

"Lalu perusahaanku bagaimana?" tanya Ardian.

"Cuma menggantikan untuk rapat saja, Ardian! Apa kau tega Melihat Papi mengerjakan semuanya?" tanya Fauzan.

"Tolonglah Ardian. Papi hari ini benar-benar sibuk. Sedangkan kakakmu Arvind lagi mengurus perusahaan di luar kota," saut Adelard memohon.

"Ayolah sayang, bantu Ayahmu. Kau tidak kasihan pada Ayahmu, hum!" Agatha berusaha untuk membujuk putra bungsunya.

"Baiklah Ayah," jawab Ardian.

"Terima kasih ya, sayang. Kau memang putra Papi yang bisa diandalkan." Adelard tersenyum bahagia sembari memuji putra bungsunya.

"Cepat habiskan sarapan kalian. Nanti kalian bisa terlambat ke kantor," seru Agatha.

"Ya, Mi!" Fauzan dan Ardian menjawab bersamaan

"Aku sudah selesai! Papi, Mami, Ardian. aku berangkat dulu!" ucap Fauzan pamit.

Fauzan berlalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan adik bunsunya yang masih ada dimeja makan.

"Oh ya, Ardian. Bagaimana kabar Naufal? Apa kau dan yang lainnya sudah bertemu dengan Naufal?" tanya Adelard.

"Kami sudah bertemu dengan Naufal, Pi!" Ardian menjawabnya dengan wajah sedih.

"Kalau kau sudah bertemu dengan Naufal. Kenapa wajahmu sedih seperti itu, sayang? Seharusnya kau bahagia dong," ucap Agatha.

"Ada Apa?" tanya Adelard.

"Kami bertemu Naufal di rumah sakit. Naufal kecelakaan dan dia di rawat selama dua hari di rumah sakit. Itupun kami mengetahuinya saat lagi berkumpul di Apartemennya kak Barra. Kak Arsya mendapatkan panggilan telepon dari ibunya yang mengatakan kalau bibi ada di Rumah Sakit. Sontak membuat kami semua terkejut. Tanpa pikir panjang lagi kami semua pergi kerumah sakit. Ternyata yang kecelakaan itu Naufal. Disitulah kami bertemu dengan Naufal, Pi." Ardian menceritakan pertemuannya dengan Naufal pada kedua orang tuanya.

"Kenapa Albert tidak memberitahuku kalau putranya kecelakaan?" gumam Adelard dan gumamannya itu terdengar oleh Ardian.

"Apa maksud, Papi?" tanya Ardian.

"Apa?" tanya Adelard balik.

"Tadi aku dengar dengan jelas, Papi menyebut nama Paman Albert, Ayahnya Naufal! Jadi benar apa yang dikatakan Paman Albert? Kalian itu saling kenal?" ucap Ardian.

Hening..

"Jawab Papi. Kenapa Papi diam?"

Agatha menyenggol siku suaminya sebagai kode agar suaminya memberitahu hubungannya dengan Albert, Ayah dari sahabatnya itu.

"Hah!" Adelard menghela nafas. "Baiklah. Memang benar Papi dan Albert, Ayahnya Naufal saling kenal. Kami sudah bersahabat sejak lama. Sejak kami duduk di bangku SMP. Persahabatan kami ini sudah turun temurun dari para kakek-kakek kalian. Dulu para kakek-kakek kalian itu sudah lama menjalin hubungan. Hubungan mereka itu bukan hanya sebatas persahabatan saja tapi sudah melebihi persaudaraan. Sampai-sampai mereka membuat perjanjian kalau persahabatan dan persaudaraan mereka akan mereka turunkan keanak cucu mereka kelak."

"Papi bertemu dengan Albert, Felix, Radmilo, Agra, Daksa dan Nevan. Begitu juga dengan kau dan yang lainnya, Ardian. Kalian dipertemukan dalam satu Grup Idol yaitu PANTA BOYS. Kami para orang tua sengaja merahasiakan ini, karena kami akan memberikan KEJUTAN pada kalian putra-putra kami."

"Aku sangat bahagia mendengarnya, Pi! Apa aku dan yang lainnya bisa seperti kalian, Pi? Kami juga ingin seperti kalian yang terus menjaga hubungan baik satu sama lain," lirih Ardian.

"Pasti bisa sayang. Mami yakin dan percaya hubungan kalian akan kembali seperti dulu lagi. Asal kau tidak menyerah untuk berusaha mendekati Naufal dan merebut hatinya kembali. Bawa kembali adik kecil kalian. Rebut dia dan bawa dia dalam pelukan kalian," ucap Agatha pada putranya.

"Pasti Mi. Aku akan membawa adik kecilku kembali dan aku tidak akan membiarkannya pergi lagi," jawab Ardian semangat.

"Itu baru namanya Ardian Krishon putra dari Adelard Krishon. Hahahaha." Adelard tertawa bahagia.

"Ya sudah. Sekarang kalian berangkatlah ke kantor. Jangan sampai terlambat dan kau Ardian buruan siapkan materimu untuk rapat nanti," ucap Agatha.

"Ya, Mi. Kalau begitu aku langsung berangkat ke kantor."Ardian pun pamit pada ibunya.

"Aku juga berangkat ya sayang." Adelard mencium kening istrinya, setelah itu pergi meninggalkan istrinya seorang diri

***

Ardian sudah berada di kantornya, tepat nya di ruangan kerjanya. Dia sibuk dengan laptopnya karena mempersiapkan materi untuk rapat beberapa menit lagi. Dua puluh menit kemudian, materinya pun selesai. Dia sedikit bisa bernafas lega.

Setelah semuanya siap. Ardian pun segera pergi meninggalkan ruang kerjanya untuk rapat menggantikan Ayahnya. Ardian sudah berada dikantor sang Ayah. Dan disambut oleh seorang sekretaris. Lalu mereka langsung menuju ruang rapat.

Dua jam kemudian, rapat pun selesai. Ardian memutuskan kembali kekantor miliknya.

***

Ardian sudah berada di perusahaan ADN'Company miliknya. Banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan olehnya.

Kini dirinya kembali bertempur dengan laptopnya. Lalu tiba-tiba saja matanya tak sengaja melihat figura yang berisikan foto dirinya dan keenam saudara-saudaranya terpampang di atas meja tepat di samping meja kerjanya.

Ardian meraih figura tersebut. Dan matanya fokus pada satu sosok yang amat sangat dirindukan.

"Naufal." menolog nya dan terukir senyuman manis di bibirnya.

"Fal. Kakak berharap kau mau memaafkan kakak," ucap Ardian sambil menyentuh foto Naufal.

Setelah puas memandangi foto saudara-saudaranya, Ardian meletakkan figura tersebut dimeja kerjanya, tepatnya di hadapannya. Biar dirinya bisa terus melihatnya.

***

Ardian baru saja keluar dari gedung perusahaan nya. Saat matahari sudah lama tenggelam. Dia tidak tahu saat ini sudah jam berapa karena dia baru saja selesai melakukan rapat yang sangat melelahkan.

"Hah!" Ardian menarik nafas panjang. "Kenapa juga Papu menyuruhku memimpin rapat? Kenapa tidak menyuruh kak Arvind saja? Benar-benar menyebalkan."

"Aaiissshh.. bodoh. Kau benar benar bodoh Ardian. Apa kau lupa kalau kakakmu ada di luar kota?"

Ardian sedari tadi mengomel dan pada akhirnya merutuki kebodohannya sendiri. Kini Ardian sudah berada di parkiran. Setelah itu, Ardian pun masuk ke dalam mobilnya.

Sebelum menjalankan mobilnya, Ardian mengambil ponsel disaku jasnya dan menelpon Ibunya.

"Hallo, sayang."

"Apa Mami ada di rumah?"

"Ya, jelas dong Mami ada di rumah. Mami sudah pulang dari tadi. Ada apa sayang?"

"Aku lapar, Mami. Masakan aku sesuatu Mi."

"Baiklah."

"Dua puluh menit lagi aku sampai, Mi!"

Setelah itu, Ardian lantas teleponnya memutuskan secara sepihak.

Satu jam setengah di perjalanan, akhirnya Ardian sampai di rumahnya. Ardian menekan bell rumahnya. Lantas Ardian mendengar suara pintu rumah dibuka dan nampaklah sosok perempuan cantik yang tak lain adalah ibunya.

Setelah membukakan pintu untuk Ardian, sang ibu menggandeng tangan putranya menuju dapur dan mendudukinya di kursi meja makan.

Kini keduanya sudah berada di meja makan. Agatha memasak makanan kesukaan putra bungsunya.

"Sekarang makanlah. Seperti kau sangat kelelahan sekali," ucap Agatha.

Ardian pun tanpa rasa malu, melahap makanan tersebut. Dia tidak peduli dikatakan rakus atau apalah. Yang jelas sekarang ini dirinya benar-benar lelah dan juga lapar.

Agatha yang melihat cara putranya makan tersenyum gemas sambil mengacak-acak rambut putranya itu

"Pelan-pelan saja makannya, sayang. " Agatha menegur putranya.

"Aku sangat lapar Mami. Rapat tadi benar-benar menguras tenagaku. Aku bahkan makan siang hanya ditemani Sandwich saja karena harus menyiapkan materi rapat."

"Pantas saja, kasihan sekali anak Mami." 

"Oh ya, Mami. Apa Oapi dan kak Fauzan sudah pulang? Aku tidak melihat mereka sedari tadi," ucap dan tanya Ardian.

"Belum. Mereka belum pulang. Mungkin sebentar lagi," jawab Agatha.

TIN..

TIN..

"Nah, itu mereka pulang! Panjang umur mereka. Baru saja diomongin!" seru Agatha.

"Kami pulang!" teriak Adelard dan Fauzan bersamaan yang sudah memasuki rumah mewahnya.

"Kebetulan sekali kalian sudah pulang. Kalian berdua pasti belum makan kan? Sekalian saja kalian makan bersama Ardian. Ardian nya sudah berada di meja makan!" seru Agatha.

Adelard dan Fauzan pun mengangguk dan mereka pun pergi kemeja makan untuk makan malam bersama sibungsu.

Episodes
1 Pulang Ke Bandung
2 Menyampaikan Sesuatu
3 Demam
4 Kecelakaan
5 Pertemuan Kakak Dan Adik
6 Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7 Kekhawatiran Keluarga
8 Bercerita
9 Flashback
10 Flashback 2
11 Keterkejutan Naufal
12 Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13 Kekesalan Naufal
14 Berdamai
15 Ardian Krishon
16 Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17 Kebencian Naufal
18 Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19 Davian Dan Barra
20 Telepon Dari Rasya
21 Berkunjung
22 Jatuh Pingsan
23 Kesedihan Dan Kekhawatiran
24 Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25 Kecurigaan
26 Tertangkapnya Sipengkhianat
27 Memasang Alat Pelacak
28 Kekompakan Alexander Bersaudara
29 Cinta Pada Pertemuan Pertama
30 Tertekan
31 Paket
32 Kehangatan Keluarga
33 Menceritakan Masalah
34 Kecelakaan Maut
35 Kesedihan
36 Merindukan
37 Pria Misterius
38 Kesedihan 2
39 Vanesha Palsu
40 Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41 Keras Kepala
42 Ingatan Kembali
43 Kecelakaan Davian Dan Reza
44 Pria Misterius 2
45 Perasaan Takut Anggota Keluarga
46 Kembali
47 Kembali 2
48 Berkorban
49 Hari Yang Buruk
50 Hari Yang Buruk 2
51 Rencana Penculikan
52 Keberhasilan Kendrik Alvaro
53 Berhasil Menemukan Lokasi
54 Hukuman Mati Untuk Kendrik
55 S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56 S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57 S2. Kejahilan Naufal
58 S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59 S2. Kabar Dari Damian
60 S2. Pesan Misterius
61 S2.
62 S2. Bayangan Vanesha
63 S2. Kemarahan Naufal
64 S2. Kekecewaan Naufal
65 S2. Kekesalan Naufal
66 S2. Flashdisk
67 S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68 S2. Rekaman
69 S2. Hati Yang Terluka
70 S2. Membuat Rencana
71 S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72 S2. Keberhasilan Damian
73 S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74 S2. Kemarahan Alex Alvaro
75 S2. Janji Seorang Kakak
76 S2. Awal Kemenangan
77 S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78 S2. Meretas Mobile Banking
79 S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80 S2. Telepon Dari Vanesha
81 S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82 S2. Menikmati Kebahagiaan
83 S2. Minta Dibelikan Laptop
84 S2. Kakak Alice!
85 S2. Menceritakan Kondisi Alice
86 S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87 S2. Sumpah Seorang Tasya
88 S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89 S2. Pembalasan Yang Setimpal
90 S2. Isak Tangis Alice
91 S2. Gadis Misterius
92 S2. Aku Kembali Naufal
93 S2. General Manager Baru
94 S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95 S2. Alona Divia Eknath
96 S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97 S2. Traktiran Dari Arsya
98 S2. Kepercayaan Penuh
99 S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100 S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101 S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102 S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103 S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104 S2. Penyerangan Naufal
105 S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106 S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107 S2. Memberikan Hukuman
108 S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109 S2. Surat Perjanjian
110 Kau hanya milikku, Tasya!
111 S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112 S2. Ada Udang Dibalik Risol
113 S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114 S2. Membahas Sebuah Rencana
115 S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116 S2. Bab 116
117 S2. Bab 117
118 S2. Bab 118
119 S2. Bab 119
120 S2. Buku Nikah
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Pulang Ke Bandung
2
Menyampaikan Sesuatu
3
Demam
4
Kecelakaan
5
Pertemuan Kakak Dan Adik
6
Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7
Kekhawatiran Keluarga
8
Bercerita
9
Flashback
10
Flashback 2
11
Keterkejutan Naufal
12
Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13
Kekesalan Naufal
14
Berdamai
15
Ardian Krishon
16
Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17
Kebencian Naufal
18
Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19
Davian Dan Barra
20
Telepon Dari Rasya
21
Berkunjung
22
Jatuh Pingsan
23
Kesedihan Dan Kekhawatiran
24
Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25
Kecurigaan
26
Tertangkapnya Sipengkhianat
27
Memasang Alat Pelacak
28
Kekompakan Alexander Bersaudara
29
Cinta Pada Pertemuan Pertama
30
Tertekan
31
Paket
32
Kehangatan Keluarga
33
Menceritakan Masalah
34
Kecelakaan Maut
35
Kesedihan
36
Merindukan
37
Pria Misterius
38
Kesedihan 2
39
Vanesha Palsu
40
Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41
Keras Kepala
42
Ingatan Kembali
43
Kecelakaan Davian Dan Reza
44
Pria Misterius 2
45
Perasaan Takut Anggota Keluarga
46
Kembali
47
Kembali 2
48
Berkorban
49
Hari Yang Buruk
50
Hari Yang Buruk 2
51
Rencana Penculikan
52
Keberhasilan Kendrik Alvaro
53
Berhasil Menemukan Lokasi
54
Hukuman Mati Untuk Kendrik
55
S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56
S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57
S2. Kejahilan Naufal
58
S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59
S2. Kabar Dari Damian
60
S2. Pesan Misterius
61
S2.
62
S2. Bayangan Vanesha
63
S2. Kemarahan Naufal
64
S2. Kekecewaan Naufal
65
S2. Kekesalan Naufal
66
S2. Flashdisk
67
S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68
S2. Rekaman
69
S2. Hati Yang Terluka
70
S2. Membuat Rencana
71
S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72
S2. Keberhasilan Damian
73
S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74
S2. Kemarahan Alex Alvaro
75
S2. Janji Seorang Kakak
76
S2. Awal Kemenangan
77
S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78
S2. Meretas Mobile Banking
79
S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80
S2. Telepon Dari Vanesha
81
S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82
S2. Menikmati Kebahagiaan
83
S2. Minta Dibelikan Laptop
84
S2. Kakak Alice!
85
S2. Menceritakan Kondisi Alice
86
S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87
S2. Sumpah Seorang Tasya
88
S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89
S2. Pembalasan Yang Setimpal
90
S2. Isak Tangis Alice
91
S2. Gadis Misterius
92
S2. Aku Kembali Naufal
93
S2. General Manager Baru
94
S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95
S2. Alona Divia Eknath
96
S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97
S2. Traktiran Dari Arsya
98
S2. Kepercayaan Penuh
99
S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100
S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101
S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102
S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103
S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104
S2. Penyerangan Naufal
105
S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106
S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107
S2. Memberikan Hukuman
108
S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109
S2. Surat Perjanjian
110
Kau hanya milikku, Tasya!
111
S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112
S2. Ada Udang Dibalik Risol
113
S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114
S2. Membahas Sebuah Rencana
115
S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116
S2. Bab 116
117
S2. Bab 117
118
S2. Bab 118
119
S2. Bab 119
120
S2. Buku Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!