Lima belas menit kemudian mereka telah sampai di Rumah Sakit Medistra. Sekarang Naufal sudah berada di ruang UGD.
Reza sudah menghubungi Arsya dan yang lainnya juga. Mengabari tentang Naufal. Dan menceritakan semuanya.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki menyusuri koridor rumah sakit.
TAP..
TAP..
Derap langkah kaki keempat pemuda memenuhi koridor Rumah Sakit.
"Davian, Reza!" panggil Arsya.
Davian dan Reza menoleh keasal suara. "Kak Arsya," jawab mereka bersamaan.
Sekarang mereka berenam sudah berkumpul di depan ruang UGD. Menunggu kabar tentang adik mereka yang ada di dalam.
CKLEK..
Pintu ruang UGD terbuka. Menampilkan sosok seorang Dokter. "Bagaimana keadaan adik kami, dok?" tanya Arsya.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dia hanya kelelahan, banyak pikiran, kurang istirahat dan pola makan juga tidak teratur. Itu yang membuatnya pingsan. Jadi saya sarankan dia dirawat dulu untuk beberapa hari disini. Kalian bisa menjenguknya saat dia sudah dipindahkan ke ruang rawat."
"Terima kasih, dok." Arsya membungkukkan badannya.
Kalau begitu saya permisi." Dokter itu pun pergi meninggalkan Arsya Dan adik-adiknya.
^^^
Naufal sudah dipindahkan ke ruang rawat. Mereka semua ada disini. Saat melihat kondisi Naufal, mereka semua menangis.
Mereka menangis saat melihat adik kesayangan mereka tak sadarkan diri di ranjang pesakitan. Mereka semua mendekati ranjang Naufal.
Arsya menggenggam tangan Naufal lembut. Barra mengusap surai coklat milik Naufal, Ardian mengecup kening Naufal, Dhafin, Davian Dan Reza hanya diam membeku menatap sang adik dengan air mata yang sudah membasahi pipi mereka.
"Naufal. Ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?" gumam Arsya.
"EUNGHH."
Suara lenguhan terdengar dan berlahan Naufal membuka matanya.
"Syukurlah kau sudah sadar. Kakak sangat mengkhawatirkanmu. Apa ada yang sakit, Fal?" Arsya mengelus lembut surai coklat milik Naufal.
"Atau kau butuh sesuatu?" tanya Ardian.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Naufal. Naufal hanya menatap ke bawah dan enggan menatap para kakaknya. Hanya kebisuan yang mereka terima.
"Naufal," panggil Davian Dan Reza bersamaan.
Naufal menolehkan wajahnya melihat kearah Davian dan Reza. Dan menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ayolah, Fal! Katakan sesuatu pada kami. Jangan diam saja," ucap Dhafin.
"Aku ingin pulang." kata itulah yang keluar dari mulut Naufal.
"Tapi Naufal. Kau baru saja sadar. Masa sudah minta pulang. Dokter saja menyarankan agar kau dirawat dulu beberapa hari disini," ucap Barra.
"Aku ingin pulang." Naufal mengucapkan kata yang sama.
"Yak! Kau keras kepala sekali, Naufal Alexander," ucap Ardian kesal.
"Itu urusanku. Kenapa kalian yang repot?" jawab Naufal datar dan ketus.
"Aku tetap ingin pulang. Walaupun kalian melarangku," ucap Naufal.
"Tapi kami khawatir padamu, Fal!" Arsya berbicara sembari menatap sedih Naufal.
"Aku tidak peduli," jawab Naufal ketus.
"Tapi kami peduli padamu Naufal," saut Davian.
"Itu urusan kalian. Bukan urusanku," jawab Naufal dingin.
"Hah!" Mereka menarik nafas panjang mendengar semua jawaban-jawaban yang diberikan oleh Naufal pada mereka.
Tiba-tiba terlintas ide di pikiran Reza. Ide yang akan membuat seorang Naufal Alexander menurut padanya.
"Aku akan menghubungi kak Elvan dan mengatakan padanya kalau kau pingsan dan sekarang tengah dirawat di rumah sakit!" seru Reza.
DEG..
Naufal terkejut saat mendengar ucapan dari Reza sembari menatap tajam kearah Reza.
"Aku tidak bercanda, Naufal Alexander! Aku akan menghubungi kak Elvan sekarang," ucap Reza penuh keyakinan.
Naufal masih menatap wajah Reza. "Apa maumu, Reza?" tanya Naufal ketus.
Reza memperlihatkan senyuman liciknya. "Kakak hanya ingin kau dirawat disini beberapa hari. Kalau Dokter sudah mengizinkanmu pulang, barulah kau boleh pulang."
Hening tidak ada jawaban dari Naufal. Tapi tatapannya masih tetap tajam menatap Reza.
"Bagaimana Naufal Alexander?" tanya Reza.
"Sialan," batin Naufal.
"Baiklah," sahut Naufal.
"Apa Naufal? Kakak tidak dengar apa yang kau ucapkan?" tanya Reza jahil.
"Cih!" Naufal berdecih.
"Oh. Jadi kau ingin kakak benar-benar menghubungi kak Elvan. Baiklah! Kakak akan menghubunginya sekarang," ucap Reza yang sudah mengeluarkan ponselnya dan berpura-pura menekan nomor yang dituju.
"Jangan hubungi kak Elvan. Aku akan tetap disini sampai Dokter mengizinkanku pulang," ucap Naufal.
Ya. Naufal benar-benar kesal dan juga marah terhadap Reza.
"GOOD BOY!" Reza tersenyum puas sambil mengelus lembut surai coklat milik Naufal.
Naufal dengan kasarnya menepis tangan Reza.
"Jauhkan tanganmu." Naufal berucap dengan ketus dan wajah dingin.
"Fal." seketika Reza menangis.
Arsya merangkul Reza. "Jangan dimasukin ke hati, oke!" Arsya menenangkan Reza. Reza membalasnya dengan senyuman.
Lima menit kemudian, Naufal pun sudah tertidur karena pengaruh obat. Melihat Naufal yang telah tertidur, mereka semua pun berbicara sambil berbisik-bisik, dikarenakan mereka tidak ingin tidur Naufal terusik.
"Za. Apa benar kau punya nomornya kak Elvan? Aku saja tidak punya nomornya, kak Elvan?" tanya Arsya.
"Tidak," jawab Reza singkat.
"Lalu mengapa kau mengancam Naufal dengan mengatakan akan menghubungi kak Elvan?" tanya Ardian.
"Saat pertama kita bertemu Naufal di rumah sakit waktu itu. Aku perhatikan hubungan Naufal dengan ketiga kakaknya sangat harmonis. Apalagi saat melihat Naufal sakit, ketiga kakaknya itu tampak sangat khawatir, terutama kak Elvan. Dia yang paling OVERPROTEKTIF terhadap Naufal. Kelemahan Naufal terletak pada keluarganya karena Naufal sangat menyayangi mereka. Dan sebaliknya mereka juga sangat menyayangi dan memanjakan Naufal. Dikarena kan kak Elvan terlalu OVERPROTEKTIF pada Naufal, makanya Naufal tidak mau membuat kakaknya itu khawatir. Jadi aku gunakan aja cara itu buat nahan Naufal disini," jawab Reza
"Kau benar-benar kejam, Za!" Davian berucap.
"Kau tahu dari mana semua itu, Reza? Padahal kita selama ini tidak mengetahui tentang keluarganya Naufal. Naufal juga tidak pernah cerita pada kita?" tanya Barra.
"Dari Papi. Papi sudah menjelaskan semuanya padaku. Salah satunya adalah kalau Papi sangat mengenal dengan keluarga Alexander," jawab Reza.
"Apa yang dikatakan Reza benar. Aku juga sudah tahu semuanya. Papi juga sudah cerita padaku kalau Papi sangat dekat dengan keluarga Naufal," saut Ardian.
"Papa tidak cerita apa-apa padaku," sela Davian.
"Apalagi aku, Davian!" Dhafin bersuara.
"Sama. Kakak juga," saut Barra.
"Lebih baik kalian tanyakan langsung pada Ayah kalian masing-masing!" seru Arsya.
"Lalu bagaimana dengan Naufal? Apa Naufal sudah mengetahuinya juga? " tanya Ardian.
"Naufal belum tahu hal ini. Waktu Papi dan Paman bercerita. Naufal belum pulang. Saat itu Naufal lagi diluar rumah," jawab Arsya.
***
Sudah 5 hari Naufal dirawat hingga rasa bosan melanda pikiran seorang Naufal Alexander.
"Sampai kapan kalian memenjarakan aku disini? Tidak bosankah kalian setiap hari melihatku, hah?!" omel Naufal.
Sedangkan yang lainnya hanya terkekeh mendengar ocehan dari sang adik.
"Helloooo. Ada orangkah disini. Kalian dengar tidak, hah!?" teriak Naufal yang membuat tenggorokan sakit.
"Uhuuk.. Uhuuk."
Mendengar Naufal batuk-batuk. Sontak Arsya dan yang lain mendekati Naufal dengan wajah panik.
"Fal, kau tidak apa-apa?" tanya Arsya.
"Ini Fal, minum dulu." Ardian memberikan gelas yang berisikan air kepada Naufal.
Dan Naufal langsung menepis kasar tangan Ardian dan mengakibatkan gelas itu jatuh.
PRANG..
Semuanya kaget.
"Naufal," lirih Ardian.
"Ada apa dengan kalian, hah?! Bukankah dulu kalian yang memutuskan untuk berpisah. Tapi kenapa sekarang? Disaat aku sudah bisa menerima semuanya. Kalian malah datang di kehidupanku lagi!" bentak Naufal.
"Kenapa kak? Kenapa?" teriak Naufal yang tanpa disadari air matanya sudah jatuh membasahi pipi mulusnya.
"Naufal." batin mereka menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments