DEG!!
Naufal terkejut saat melihat sosok orang-orang yang ia rindukan sekaligus orang yang sangat dibencinya.
"Kalian!"
"Naufal," ucap Arsya.
"Naufal, sayang! Sudah seharusnya kamu untuk bicara pada mereka. Mommy dan yang lainnya akan tunggu di..." ucapan Helena terhenti saat melihat putranya menggelengkan kepalanya dan air matanya sudah jatuh membasahi pipi mulusnya.
"Aku tidak mau, Mommy! Aku tidak mau," lirih Naufal.
"Tapi sayang."
"Aku mohon. Mommy tetap disini dan jangan pergi ke mana-mana."
"Baiklah, baiklah! Mommy tetap disini."
Dan mereka pun tetap berada di ruang rawat Naufal dan tidak ada yang menunggu di luar.
"Aku senang kalian ada disini,"
"Aku minta maaf. Aku butuh waktu untuk menata hatiku menerima kalian kembali."
"Dan sejujurnya aku memang merindukan kalian," ucap Naufal sambil menangis. "Tapi rasa kecewaku lebih besar dibandingkan rasa rinduku pada kalian."
"Kami semua sangat merindukanmu, Fal!" ucap Dhafin.
"Kami tahu, kami salah. Tapi apa tidak ada kesempatan kedua untuk kami, Fal?" tanya Reza.
"Naufal," panggil Arsya. Naufal hanya diam.
"Kita bisa memulai dari awal lagi, Fal!" ucap Davian.
"Iya benar, Naufal!" seru Barra.
"Bagaimana, Fal?" tanya Ardian.
"Aku tidak janji," jawab Naufal singkat.
"Ayolah, Naufal! Jangan hukum kami seperti ini," kata Arsya.
"Apa dengan memaafkan kalian dan berkumpul lagi seperti dulu bisa membuat PANTA BOYS hidup kembali?" tanya Naufal.
DEG..
Mereka berenam sontak kaget mendengar ucapan Naufal dan hanya keheningan melanda mereka.
"Kenapa kalian diam?"
"Kalian tidak bisa menjawabnya kan. Jadi sudah cukup. Kalian tidak usah repot-repot terus mengejarku. Sekarang ini kita memiliki kehidupan masing-masing. Kalian sudah memiliki kehidupan sendiri dan aku juga memiliki kehidupan sendiri," lirih Naufal.
"Naufal. Mommy mohon jangan seperti ini sayang. Mommy tahu perasaanmu, tapi kenapa kamu malah membohongi perasaanmu sendiri, Nak?" ucap Helena.
"Tidak Mommy. Tidak! Mommy tidak mengerti perasaan ku!" lirih Naufal.
Detikkemudian, Naufal merasakan sakit di kepalanya.
"Aaaarrrrhhh!" teriak Naufal sambil meremas kuat rambutnya.
"Naufal!" teriak mereka semua.
"Kepalaku sakit Mom, Dad!" adu Naufal.
"Apa perlu Daddy panggil pamanmu?" tanya Albert.
"Tidak perlu, Dad! Aku bisa menahannya," ucap Naufal.
"Mommy. Aku mohon. Jangan paksa aku," lirih Naufal saat menatap wajah ibunya.
"Naufal," batin Arsya, Barra, Dhafin, Ardian, Davian dan Reza.
***
Keesokan harinya di kediaman Ravindra. Andhira tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anaknya. Dan tidak lupa para pelayan dan menantu kesayangannya ikut membantu.
"Pagi sayang," sapa Felix, sang suami.
"Pagi juga sayang. Ini minumlah dulu tehmu." Andhira menyerahkan teh hangat pada suaminya.
Lalu lima menit kemudian datanglah Arsya dan Pasya bersamaan.
"Pagi Mami, Papi!" sapa mereka bersamaan.
"Bagi sayang," balas Andhira dan Felix.
"Pagi sayang," sapa Pasya saat melihat istri tercinta sedang menata makanan di meja.
"Pagi juga sayang. Ini kopi untukmu," ucap Renata dan memberikan segala kopi hangat pada suaminya.
"Untukku mana, kak!" seru Arsya. "Masa cuma kaka Pasya saja yang dibuatkan. Aku mau juga dong," rengek Arsya.
"Eeemm.. baiklah. Kakak akan buatkan untukmu," ucap Renata lalu kembali ke dapur.
"Terima kasih, kak! Kau yang terbaik!" teriak Arsya.
Sedangkan Renata hanya tersenyum mendengar ucapan adik iparnya itu.
"Makanan sudah selesai. Mari kita mulai sarapannya!"seru Andhira
Mereka semua pun menyantap sarapan pagi dengan tenang dan hikmat.
^^^
Sarapan pagi sudah selesai dan sekarang ini mereka berkumpul diruang tengah.
"Mami, " panggil Pasya.
"Ya. Ada apa, sayang?" jawab Andhira singkat.
"Kenapa saat di rumah sakit dua hari yang lalu Mami begitu kaget melihat Bibi seperti sudah lama tidak bertemu?" tanya Pasya.
"Apa yang terjadi Mami? Ceritakanlah pada kami," ucap dan tanya Arsya.
"Mami diusir dari rumah dan dicoret dari daftar keluarga Sheehan oleh nenek kalian," lirih Andhira yang sudah menangis.
"Apa?" Pasya dan Arsya terkejut.
"Kok bisa?" tanya Arsya.
"Karena Nenek kalian menentang pernikahan Mami dengan Papi kalian," jawab Andhira.
"Tapi apa alasannya sampai Nenek menentang pernikahan Mami dan Papi?" tanya Pasya.
"Mami dan Papi tidak tahu. Nenek kalian hanya bungkam saat Mami meminta penjelasannya," jawab Andhira.
"Kemungkinan besar Bibi dan Paman kalian tahu semuanya," sela Felix.
"Kalau gitu kita ke rumah Bibi saja. Sekalian kita mengunjungi mereka. Kalau perlu kita menginap disana!" seru Arsya.
"Kakak setuju," jawab Pasya semangat.
"Tapi bagaimana denganmu, Arsya?" tanya Pasya kepada adiknya.
"Maksud kakak?" tanya Arsya bingung.
"Kau sudah bertemu dengan Naufal di rumah sakit. Kita semua melihat bagaimana reaksi Naufal saat melihat kalian. Apa kau tidak akan sedih saat melihat Naufal di rumahnya nanti?" tanya Pasya pada adiknya.
"Kak, Naufal itu kan saudara kita. Adik sepupu kita. Apapun nanti reaksi Naufal padaku, aku tak masalah. Aku akan berusaha pelan-pelan untuk merebut hatinya kembali," ucap Arsya dengan semangat.
Felix tersenyum. "Papi bangga padamu, Arsya."
"Baiklah kalau begitu. Mami akan menghubungi Bibi kalian."
***
Naufal berada di Everest Boxing miliknya. Tepatnya diruang kerjanya. Pikirannya sedang kacau. Telah dua hari saat kejadian yang menimpa Avana Gym miliknya. Tapi pelakunya belum berhasil tertangkap.
"Kalau sampai aku menemukanmu. Aku akan menyiksamu dengan sangat keji setelah itu baru aku serahkan pada pihak kepolisian." batin Naufal
FLASHBACK ON
Naufal berada di kamarnya. Naufal sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Setelah perdebatan antara dirinya dan ketiga kakaknya. Yang jelas dimenangkan oleh dirinya.
Naufal hendak merebahkan tubuhnya sejenak karena sedikit lelah. Disaat baru memejamkan matanya, tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan suara ponselnya yang berbunyi.
Drtt.. Drtt..
Naufal bangun dari acara tidurnya dan mengambil ponselnya, lalu dengan segera menjawab panggilan tersebut.
"Hallo."
"Hallo, Bos."
"Ada berita apa?"
"Aku sudah tahu siapa orang yang sudah menipu dirimu, Bos?"
"Siapa?"
"Bastian Rahardian."
"Brengsek! Berani sekali dia mengkhianatiku. Awas saja kau, Bastian Rahardian!" batin Naufal.
"Cari dia sampai ketemu."
"Baik, Bos."
FLASHBACK OFF
Naufal memutuskan untuk tidak pulang ke rumahnya. Dia ingin menenangkan pikiran terlebih dahulu. Kebetulan di ruang kerjanya ada ruangan untuk dirinya beristirahat.
***
Albert, Helena beserta putra-putranya sedang berkumpul di ruang tengah tanpa adanya sibungsu.
"Oh ya. Naufal mana? Dari tadi Mommy dan Daddy tidak melihatnya," pungkas Helena.
"Mungkin Naufal di kamarnya, Mom!" Rayyan yang menjawabnya.
"Ya, sudah! Biarkan aku yang ke kamarnya." Aditya lalu beranjak pergi menuju kamar adik kesayangannya itu.
"Kalau Naufal lagi tidur biarkan saja. Dan jangan diganggu. Kau itu selalu menjahilinya!" teriak Elvan.
"Baiklah!" teriak Aditya balik.
^^^
Kini Aditya sudah berada di lantai atas, tepatnya di depan pintu kamar adiknya. Aditya pun membuka pintu kamar tersebut. Saat pintu telah terbuka, Aditya langsung masuk ke kamar adiknya.
"Kosong," batin Aditya. "Mungkin di kamar mandi," gumam Aditya. Pintu kamar mandi dibuka. Tapi yang dicari tidak menampakkan batang hidungnya.
"Kau dimana, Fal? Kau itu masih belum pulih," batin Aditya panik.
Karena tidak menemukan keberadaan adiknya, Aditya memutuskan kembali ke bawah menemui anggota keluarganya.
Kini Aditya sudah berada di ruang tengah lantai bawah.
"Naufal tidak ada dikamarnya Mom, Dad!"
"Apa?" jawab mereka bersamaan termasuk Elvan dan Rayyan.
"Aku akan menghubungi, Naufal!" Elvan pun langsung menekan nomor adik bungsunya.
Namun beberapa detik kemudian, terdengar nada sambungan dari operator.
"Ponselnya tidak aktif Mom, Dad!"
Helena menatap suaminya. "Sayang. putra kita."
"Jangan khawatir, sayang! Putra kita pasti baik-baik saja." Albert berusaha menenangkan istrinya.
Aditya berusaha menghubungi adiknya kembali. Tapi tetap sama. Ponselnya tidak aktif.
"Ponselnya Naufal masih belum aktif," ucap Aditya.
"Kalian kirim pesan saja pada Naufal. Siapa tahu saat ponselnya aktif, Naufal pasti membacanya!" seru Helena.
Elvan, Aditya dan Rayyan pun mengangguk. Mereka pun segera mengirim pesan singkat pada sibungsu.
***
Naufal masih di Everest Boxing miliknya. Dirinya berada di ruang kerjanya, tepatnya di sebuah kamar yang ada di ruang kerjanya. Naufal tertidur disana. Sekitar dua jam Naufal tertidur. Dan akhirnya dirinya pun memutuskan untuk bangun.
Naufal melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Ach. Sudah pukul empat sore. Lama juga aku tidurnya," gumam Naufal.
Naufal pun bangun dari tidurnya, lalu beranjak keluar meninggalkan kasur kesayangannya itu. Kemudian mengecek ponselnya. Dan terdapat tiga pesan dari ketiga kakak-kakaknya.
FROM : Kak Elvan
Naufal! Kamu dimana sekarang?
Kami semua mengkhawatirkanmu. Pulanglah."
FROM : Kak Aditya
Hei, kelinci nakal!
Kau ada dimana? Kenapa ponselmu tidak aktif? Kita berulang kali menghubungimu. Pulanglah.
Apa perlu kakak menjemputmu!
FROM : Kak Rayyan
Kamu ada dimana sekarang, Fal?
Kakak sangat mengkhawatirkanmu. Kamu itu masih belum pulih. Kakak tidak mau terjadi sesuatu padamu. Pulanglah."
Naufal membaca pesan-pesan itu dengan raut sedih. Tanpa diminta air matanya sudah jatuh membasahi pipinya.
"Aku bahagia sekaligus bersyukur memiliki kalian. Kalian begitu sangat menyayangiku, menjagaku, melindungiku dan memanjakanku. Mommy, Daddy, kakak. Aku menyayangi kalian. Semoga Tuhan selalu menjaga kalian," gumam Naufal.
Naufal terlalu menyayangi keluarganya. Dan Naufal pun memutuskan untuk menghubungi keluarganya. Dirinya tidak mau membuat keluarganya mengkhawatirkannya. Naufal menekan nomor Kakak tertuanya yaitu Elvan.
Panggilan tersambung..
***
Mereka masih duduk di ruang tengah. Pikiran mereka masih tertuju pada sibungsu mereka yang sampai saat ini belum bisa dihubungi, lalu detik kemudian, mereka dikejutkan dengan suara bunyi ponsel.
DRTT.. DRTT..
Elvan mengambil ponselnya yang berada di meja. Terukir senyuman di bibirnya.
"Naufal," batin Elvan.
"Elvan. Siapa yang meneleponmu, sayang?" tanya Helena.
"Naufal, Mom."
Mereka tersenyum bahagia saat nama sibungsu disebut.
"Loundspeaker, Elvan!" pinta Albert.
"Baik, Dad!" Elvan pun mengloundspeaker panggilan dari adiknya.
"Hallo, kak."
"Hallo, Naufal. Kamu ada dimana sekarang, hum?" tanya Albert.
"Aku di Everest Boxing, Dad! Aku seharian ini sedang memantau Everest Boxing dan perguruan MTF," jawab Naufal.
"Apa sudah selesai?" Kali ini Helena yang bertanya.
"Sudah selesai dari tadi, Mom!"
"Kalau memang selesainya dari tadi. Kenapa tidak langsung pulang? Kau tahu kami sangat mengkhawatirkanmu," ucap Aditya kesal.
"Huh!"
Mereka mendengar hembusan nafas Naufal di seberang telepon
"Aku malas pulang karena hidupku selalu direcoki olehmu, kak! Kau itu biang rusuh bagiku. Apalagi melihat wajah jelekmu itu. Hidupku makin suram," celetuk Naufal.
Mendengar penuturan dari Naufal, hal itu sukses membuat Aditya seratus persen kesal. Sedangkan orang tuanya, Elvan dan Rayyan tertawa mendengar ucapan sibungsu.
"Yak! Berani sekali kau bicara seperti itu pada kakakmu ini, Naufal! Awas saja. Tunggu saat kau pulang, kakak akan berikan hukuman untukmu," ancam Aditya.
"Kalau begitu aku tidak akan pulang," Naufal balik mengancam.
"Naufal!" teriak mereka bersamaan.
"Yak! Kenapa kalian berteriak. Kalau pendengaranku rusak, bagaimana?" protes Naufal.
"Naufal sayang. Kamu tidak seriuskan? Kamu cuma bercandakan sayang? Kamu akan pulang kan, Nak?" tanya Helena khawatir.
"Aku akan pulang. Asal siwajah jelek itu tidak menggangguku, Mom!" Naufal memang berniat ingin ribut dengan kakak keduanya itu.
Saat Aditya ingin melayangkan protesnya. Elvan sudah terlebih dahulu berdehem. Mendengar deheman sang kakak, Aditya pun mengerti.
"Mommy janji kalau kakakmu ini tidak akan mengusilimu saat pulang nanti."
"Kalau perlu Daddy yang akan unyel-unyel kakakmu itu."
"Baiklah. Aku akan pulang. Tapi tidak janji," jawab Naufal.
"Naufaal!!" teriak mereka lagi.
"Iya, iya. Aku pulang. Dasar cerewet, bawel."
"Sudah berani ya mengata...,"
TUTT.. TUTT..
Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Naufal dan itu sukses membuat mereka kesal dan jengkel atas ulah sibungsu.
"Dasar siluman kelinci kurang ajar," umpat Aditya.
Sedangkan Helena, Albert, Elvan dan Rayyan hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan dan juga kelakuan sibungsu yang seenak jidatnya saja.
Selang beberapa menit. Ponsel Helena berbunyi.
"Dhira!" batin Helena.
"Hallo, Dhira."
"Hallo, kak! Apa kak ada di rumah?"
"Ya, kakak di rumah! Memangnya kenapa?"
"Aku, suamiku dan anak-anak ingin ke rumahmu, kak! Kita berencana akan menginap selama satu minggu disana."
"Benarkah? Kakak senang sekali mendengarnya, Dhira! Kakak akan menyiapkan makanan yang enak untukmu dan keluargamu."
"Makasih kak. Kami sudah di jalan, sekarang. Mungkin sekitar pukul lima sore kami sudah sampai."
"Baiklah, Dhira."
PIP..
Panggilan dimatikan.
"Bibi," panggil Helena pada pelayannya.
Pelayan tersebut pun datang.
"Ada apa, Nyonya?"
"Tolong masak makanan yang enak dan juga dalam porsi banyak karena adikku akan datang."
"Baik, Nyonya." pelayan itu pun pergi ke dapur dan langsung melakukan tugasnya dengan pelayan yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments