Kekhawatiran Keluarga

DEG!!

Naufal terkejut saat melihat sosok orang-orang yang ia rindukan sekaligus orang yang sangat dibencinya.

"Kalian!"

"Naufal," ucap Arsya.

"Naufal, sayang! Sudah seharusnya kamu untuk bicara pada mereka. Mommy dan yang lainnya akan tunggu di..." ucapan Helena terhenti saat melihat putranya menggelengkan kepalanya dan air matanya sudah jatuh membasahi pipi mulusnya.

"Aku tidak mau, Mommy! Aku tidak mau," lirih Naufal.

"Tapi sayang."

"Aku mohon. Mommy tetap disini dan jangan pergi ke mana-mana."

"Baiklah, baiklah! Mommy tetap disini."

Dan mereka pun tetap berada di ruang rawat Naufal dan tidak ada yang menunggu di luar.

"Aku senang kalian ada disini,"

"Aku minta maaf. Aku butuh waktu untuk menata hatiku menerima kalian kembali."

"Dan sejujurnya aku memang merindukan kalian," ucap Naufal sambil menangis. "Tapi rasa kecewaku lebih besar dibandingkan rasa rinduku pada kalian."

"Kami semua sangat merindukanmu, Fal!" ucap Dhafin.

"Kami tahu, kami salah. Tapi apa tidak ada kesempatan kedua untuk kami, Fal?" tanya Reza.

"Naufal," panggil Arsya. Naufal hanya diam.

"Kita bisa memulai dari awal lagi, Fal!" ucap Davian.

"Iya benar, Naufal!" seru Barra.

"Bagaimana, Fal?" tanya Ardian.

"Aku tidak janji," jawab Naufal singkat.

"Ayolah, Naufal! Jangan hukum kami seperti ini," kata Arsya.

"Apa dengan memaafkan kalian dan berkumpul lagi seperti dulu bisa membuat PANTA BOYS hidup kembali?" tanya Naufal.

DEG..

Mereka berenam sontak kaget mendengar ucapan Naufal dan hanya keheningan melanda mereka.

"Kenapa kalian diam?"

"Kalian tidak bisa menjawabnya kan. Jadi sudah cukup. Kalian tidak usah repot-repot terus mengejarku. Sekarang ini kita memiliki kehidupan masing-masing. Kalian sudah memiliki kehidupan sendiri dan aku juga memiliki kehidupan sendiri," lirih Naufal.

"Naufal. Mommy mohon jangan seperti ini sayang. Mommy tahu perasaanmu, tapi kenapa kamu malah membohongi perasaanmu sendiri, Nak?" ucap Helena.

"Tidak Mommy. Tidak! Mommy tidak mengerti perasaan ku!" lirih Naufal.

Detikkemudian, Naufal merasakan sakit di kepalanya.

"Aaaarrrrhhh!" teriak Naufal sambil meremas kuat rambutnya.

"Naufal!" teriak mereka semua.

"Kepalaku sakit Mom, Dad!" adu Naufal.

"Apa perlu Daddy panggil pamanmu?" tanya Albert.

"Tidak perlu, Dad! Aku bisa menahannya," ucap Naufal.

"Mommy. Aku mohon. Jangan paksa aku," lirih Naufal saat menatap wajah ibunya.

"Naufal," batin Arsya, Barra, Dhafin, Ardian, Davian dan Reza.

***

Keesokan harinya di kediaman Ravindra. Andhira tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anaknya. Dan tidak lupa para pelayan dan menantu kesayangannya ikut membantu.

"Pagi sayang," sapa Felix, sang suami.

"Pagi juga sayang. Ini minumlah dulu tehmu." Andhira menyerahkan teh hangat pada suaminya.

Lalu lima menit kemudian datanglah Arsya dan Pasya bersamaan.

"Pagi Mami, Papi!" sapa mereka bersamaan.

"Bagi sayang," balas Andhira dan Felix.

"Pagi sayang," sapa Pasya saat melihat istri tercinta sedang menata makanan di meja.

"Pagi juga sayang. Ini kopi untukmu," ucap Renata dan memberikan segala kopi hangat pada suaminya.

"Untukku mana, kak!" seru Arsya. "Masa cuma kaka Pasya saja yang dibuatkan. Aku mau juga dong," rengek Arsya.

"Eeemm.. baiklah. Kakak akan buatkan untukmu," ucap Renata lalu kembali ke dapur.

"Terima kasih, kak! Kau yang terbaik!" teriak Arsya.

Sedangkan Renata hanya tersenyum mendengar ucapan adik iparnya itu.

"Makanan sudah selesai. Mari kita mulai sarapannya!"seru Andhira

Mereka semua pun menyantap sarapan pagi dengan tenang dan hikmat.

^^^

Sarapan pagi sudah selesai dan sekarang ini mereka berkumpul diruang tengah.

"Mami, " panggil Pasya.

"Ya. Ada apa, sayang?" jawab Andhira singkat.

"Kenapa saat di rumah sakit dua hari yang lalu Mami begitu kaget melihat Bibi seperti sudah lama tidak bertemu?" tanya Pasya.

"Apa yang terjadi Mami? Ceritakanlah pada kami," ucap dan tanya Arsya.

"Mami diusir dari rumah dan dicoret dari daftar keluarga Sheehan oleh nenek kalian," lirih Andhira yang sudah menangis.

"Apa?" Pasya dan Arsya terkejut.

"Kok bisa?" tanya Arsya.

"Karena Nenek kalian menentang pernikahan Mami dengan Papi kalian," jawab Andhira.

"Tapi apa alasannya sampai Nenek menentang pernikahan Mami dan Papi?" tanya Pasya.

"Mami dan Papi tidak tahu. Nenek kalian hanya bungkam saat Mami meminta penjelasannya," jawab Andhira.

"Kemungkinan besar Bibi dan Paman kalian tahu semuanya," sela Felix.

"Kalau gitu kita ke rumah Bibi saja. Sekalian kita mengunjungi mereka. Kalau perlu kita menginap disana!" seru Arsya.

"Kakak setuju," jawab Pasya semangat.

"Tapi bagaimana denganmu, Arsya?" tanya Pasya kepada adiknya.

"Maksud kakak?" tanya Arsya bingung.

"Kau sudah bertemu dengan Naufal di rumah sakit. Kita semua melihat bagaimana reaksi Naufal saat melihat kalian. Apa kau tidak akan sedih saat melihat Naufal di rumahnya nanti?" tanya Pasya pada adiknya.

"Kak, Naufal itu kan saudara kita. Adik sepupu kita. Apapun nanti reaksi Naufal padaku, aku tak masalah. Aku akan berusaha pelan-pelan untuk merebut hatinya kembali," ucap Arsya dengan semangat.

Felix tersenyum. "Papi bangga padamu, Arsya."

"Baiklah kalau begitu. Mami akan menghubungi Bibi kalian."

***

Naufal berada di Everest Boxing miliknya. Tepatnya diruang kerjanya. Pikirannya sedang kacau. Telah dua hari saat kejadian yang menimpa Avana Gym miliknya. Tapi pelakunya belum berhasil tertangkap.

"Kalau sampai aku menemukanmu. Aku akan menyiksamu dengan sangat keji setelah itu baru aku serahkan pada pihak kepolisian." batin Naufal

FLASHBACK ON

Naufal berada di kamarnya. Naufal sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Setelah perdebatan antara dirinya dan ketiga kakaknya. Yang jelas dimenangkan oleh dirinya.

Naufal hendak merebahkan tubuhnya sejenak karena sedikit lelah. Disaat baru memejamkan matanya, tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan suara ponselnya yang berbunyi.

Drtt.. Drtt..

Naufal bangun dari acara tidurnya dan mengambil ponselnya, lalu dengan segera menjawab panggilan tersebut.

"Hallo."

"Hallo, Bos."

"Ada berita apa?"

"Aku sudah tahu siapa orang yang sudah menipu dirimu, Bos?"

"Siapa?"

"Bastian Rahardian."

"Brengsek! Berani sekali dia mengkhianatiku. Awas saja kau, Bastian Rahardian!" batin Naufal.

"Cari dia sampai ketemu."

"Baik, Bos."

FLASHBACK OFF

Naufal memutuskan untuk tidak pulang ke rumahnya. Dia ingin menenangkan pikiran terlebih dahulu. Kebetulan di ruang kerjanya ada ruangan untuk dirinya beristirahat.

***

Albert, Helena beserta putra-putranya sedang berkumpul di ruang tengah tanpa adanya sibungsu.

"Oh ya. Naufal mana? Dari tadi Mommy dan Daddy tidak melihatnya," pungkas Helena.

"Mungkin Naufal di kamarnya, Mom!" Rayyan yang menjawabnya.

"Ya, sudah! Biarkan aku yang ke kamarnya." Aditya lalu beranjak pergi menuju kamar adik kesayangannya itu.

"Kalau Naufal lagi tidur biarkan saja. Dan jangan diganggu. Kau itu selalu menjahilinya!" teriak Elvan.

"Baiklah!" teriak Aditya balik.

^^^

Kini Aditya sudah berada di lantai atas, tepatnya di depan pintu kamar adiknya. Aditya pun membuka pintu kamar tersebut. Saat pintu telah terbuka, Aditya langsung masuk ke kamar adiknya.

"Kosong," batin Aditya. "Mungkin di kamar mandi," gumam Aditya. Pintu kamar mandi dibuka. Tapi yang dicari tidak menampakkan batang hidungnya.

"Kau dimana, Fal? Kau itu masih belum pulih," batin Aditya panik.

Karena tidak menemukan keberadaan adiknya, Aditya memutuskan kembali ke bawah menemui anggota keluarganya.

Kini Aditya sudah berada di ruang tengah lantai bawah.

"Naufal tidak ada dikamarnya Mom, Dad!"

"Apa?" jawab mereka bersamaan termasuk Elvan dan Rayyan.

"Aku akan menghubungi, Naufal!" Elvan pun langsung menekan nomor adik bungsunya.

Namun beberapa detik kemudian, terdengar nada sambungan dari operator.

"Ponselnya tidak aktif Mom, Dad!"

Helena menatap suaminya. "Sayang. putra kita."

"Jangan khawatir, sayang! Putra kita pasti baik-baik saja." Albert berusaha menenangkan istrinya.

Aditya berusaha menghubungi adiknya kembali. Tapi tetap sama. Ponselnya tidak aktif.

"Ponselnya Naufal masih belum aktif," ucap Aditya.

"Kalian kirim pesan saja pada Naufal. Siapa tahu saat ponselnya aktif, Naufal pasti membacanya!" seru Helena.

Elvan, Aditya dan Rayyan pun mengangguk. Mereka pun segera mengirim pesan singkat pada sibungsu.

***

Naufal masih di Everest Boxing miliknya. Dirinya berada di ruang kerjanya, tepatnya di sebuah kamar yang ada di ruang kerjanya. Naufal tertidur disana. Sekitar dua jam Naufal tertidur. Dan akhirnya dirinya pun memutuskan untuk bangun.

Naufal melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Ach. Sudah pukul empat sore. Lama juga aku tidurnya," gumam Naufal.

Naufal pun bangun dari tidurnya, lalu beranjak keluar meninggalkan kasur kesayangannya itu. Kemudian mengecek ponselnya. Dan terdapat tiga pesan dari ketiga kakak-kakaknya.

FROM : Kak Elvan

Naufal! Kamu dimana sekarang?

Kami semua mengkhawatirkanmu. Pulanglah."

FROM : Kak Aditya

Hei, kelinci nakal!

Kau ada dimana? Kenapa ponselmu tidak aktif? Kita berulang kali menghubungimu. Pulanglah.

Apa perlu kakak menjemputmu!

FROM : Kak Rayyan

Kamu ada dimana sekarang, Fal?

Kakak sangat mengkhawatirkanmu. Kamu itu masih belum pulih. Kakak tidak mau terjadi sesuatu padamu. Pulanglah."

Naufal membaca pesan-pesan itu dengan raut sedih. Tanpa diminta air matanya sudah jatuh membasahi pipinya.

"Aku bahagia sekaligus bersyukur memiliki kalian. Kalian begitu sangat menyayangiku, menjagaku, melindungiku dan memanjakanku. Mommy, Daddy, kakak. Aku menyayangi kalian. Semoga Tuhan selalu menjaga kalian," gumam Naufal.

Naufal terlalu menyayangi keluarganya. Dan Naufal pun memutuskan untuk menghubungi keluarganya. Dirinya tidak mau membuat keluarganya mengkhawatirkannya. Naufal menekan nomor Kakak tertuanya yaitu Elvan.

Panggilan tersambung..

***

Mereka masih duduk di ruang tengah. Pikiran mereka masih tertuju pada sibungsu mereka yang sampai saat ini belum bisa dihubungi, lalu detik kemudian, mereka dikejutkan dengan suara bunyi ponsel.

DRTT.. DRTT..

Elvan mengambil ponselnya yang berada di meja. Terukir senyuman di bibirnya.

"Naufal," batin Elvan.

"Elvan. Siapa yang meneleponmu, sayang?" tanya Helena.

"Naufal, Mom."

Mereka tersenyum bahagia saat nama sibungsu disebut.

"Loundspeaker, Elvan!" pinta Albert.

"Baik, Dad!" Elvan pun mengloundspeaker panggilan dari adiknya.

"Hallo, kak."

"Hallo, Naufal. Kamu ada dimana sekarang, hum?" tanya Albert.

"Aku di Everest Boxing, Dad! Aku seharian ini sedang memantau Everest Boxing dan perguruan MTF," jawab Naufal.

"Apa sudah selesai?" Kali ini Helena yang bertanya.

"Sudah selesai dari tadi, Mom!"

"Kalau memang selesainya dari tadi. Kenapa tidak langsung pulang? Kau tahu kami sangat mengkhawatirkanmu," ucap Aditya kesal.

"Huh!"

Mereka mendengar hembusan nafas Naufal di seberang telepon

"Aku malas pulang karena hidupku selalu direcoki olehmu, kak! Kau itu biang rusuh bagiku. Apalagi melihat wajah jelekmu itu. Hidupku makin suram," celetuk Naufal.

Mendengar penuturan dari Naufal, hal itu sukses membuat Aditya seratus persen kesal. Sedangkan orang tuanya, Elvan dan Rayyan tertawa mendengar ucapan sibungsu.

"Yak! Berani sekali kau bicara seperti itu pada kakakmu ini, Naufal! Awas saja. Tunggu saat kau pulang, kakak akan berikan hukuman untukmu," ancam Aditya.

"Kalau begitu aku tidak akan pulang," Naufal balik mengancam.

"Naufal!" teriak mereka bersamaan.

"Yak! Kenapa kalian berteriak. Kalau pendengaranku rusak, bagaimana?" protes Naufal.

"Naufal sayang. Kamu tidak seriuskan? Kamu cuma bercandakan sayang? Kamu akan pulang kan, Nak?" tanya Helena khawatir.

"Aku akan pulang. Asal siwajah jelek itu tidak menggangguku, Mom!" Naufal memang berniat ingin ribut dengan kakak keduanya itu.

Saat Aditya ingin melayangkan protesnya. Elvan sudah terlebih dahulu berdehem. Mendengar deheman sang kakak, Aditya pun mengerti.

"Mommy janji kalau kakakmu ini tidak akan mengusilimu saat pulang nanti."

"Kalau perlu Daddy yang akan unyel-unyel kakakmu itu."

"Baiklah. Aku akan pulang. Tapi tidak janji," jawab Naufal.

"Naufaal!!" teriak mereka lagi.

"Iya, iya. Aku pulang. Dasar cerewet, bawel."

"Sudah berani ya mengata...,"

TUTT.. TUTT..

Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Naufal dan itu sukses membuat mereka kesal dan jengkel atas ulah sibungsu.

"Dasar siluman kelinci kurang ajar," umpat Aditya.

Sedangkan Helena, Albert, Elvan dan Rayyan hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan dan juga kelakuan sibungsu yang seenak jidatnya saja.

Selang beberapa menit. Ponsel Helena berbunyi.

"Dhira!" batin Helena.

"Hallo, Dhira."

"Hallo, kak! Apa kak ada di rumah?"

"Ya, kakak di rumah! Memangnya kenapa?"

"Aku, suamiku dan anak-anak ingin ke rumahmu, kak! Kita berencana akan menginap selama satu minggu disana."

"Benarkah? Kakak senang sekali mendengarnya, Dhira! Kakak akan menyiapkan makanan yang enak untukmu dan keluargamu."

"Makasih kak. Kami sudah di jalan, sekarang. Mungkin sekitar pukul lima sore kami sudah sampai."

"Baiklah, Dhira."

PIP..

Panggilan dimatikan.

"Bibi," panggil Helena pada pelayannya.

Pelayan tersebut pun datang.

"Ada apa, Nyonya?"

"Tolong masak makanan yang enak dan juga dalam porsi banyak karena adikku akan datang."

"Baik, Nyonya." pelayan itu pun pergi ke dapur dan langsung melakukan tugasnya dengan pelayan yang lainnya.

Episodes
1 Pulang Ke Bandung
2 Menyampaikan Sesuatu
3 Demam
4 Kecelakaan
5 Pertemuan Kakak Dan Adik
6 Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7 Kekhawatiran Keluarga
8 Bercerita
9 Flashback
10 Flashback 2
11 Keterkejutan Naufal
12 Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13 Kekesalan Naufal
14 Berdamai
15 Ardian Krishon
16 Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17 Kebencian Naufal
18 Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19 Davian Dan Barra
20 Telepon Dari Rasya
21 Berkunjung
22 Jatuh Pingsan
23 Kesedihan Dan Kekhawatiran
24 Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25 Kecurigaan
26 Tertangkapnya Sipengkhianat
27 Memasang Alat Pelacak
28 Kekompakan Alexander Bersaudara
29 Cinta Pada Pertemuan Pertama
30 Tertekan
31 Paket
32 Kehangatan Keluarga
33 Menceritakan Masalah
34 Kecelakaan Maut
35 Kesedihan
36 Merindukan
37 Pria Misterius
38 Kesedihan 2
39 Vanesha Palsu
40 Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41 Keras Kepala
42 Ingatan Kembali
43 Kecelakaan Davian Dan Reza
44 Pria Misterius 2
45 Perasaan Takut Anggota Keluarga
46 Kembali
47 Kembali 2
48 Berkorban
49 Hari Yang Buruk
50 Hari Yang Buruk 2
51 Rencana Penculikan
52 Keberhasilan Kendrik Alvaro
53 Berhasil Menemukan Lokasi
54 Hukuman Mati Untuk Kendrik
55 S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56 S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57 S2. Kejahilan Naufal
58 S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59 S2. Kabar Dari Damian
60 S2. Pesan Misterius
61 S2.
62 S2. Bayangan Vanesha
63 S2. Kemarahan Naufal
64 S2. Kekecewaan Naufal
65 S2. Kekesalan Naufal
66 S2. Flashdisk
67 S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68 S2. Rekaman
69 S2. Hati Yang Terluka
70 S2. Membuat Rencana
71 S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72 S2. Keberhasilan Damian
73 S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74 S2. Kemarahan Alex Alvaro
75 S2. Janji Seorang Kakak
76 S2. Awal Kemenangan
77 S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78 S2. Meretas Mobile Banking
79 S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80 S2. Telepon Dari Vanesha
81 S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82 S2. Menikmati Kebahagiaan
83 S2. Minta Dibelikan Laptop
84 S2. Kakak Alice!
85 S2. Menceritakan Kondisi Alice
86 S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87 S2. Sumpah Seorang Tasya
88 S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89 S2. Pembalasan Yang Setimpal
90 S2. Isak Tangis Alice
91 S2. Gadis Misterius
92 S2. Aku Kembali Naufal
93 S2. General Manager Baru
94 S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95 S2. Alona Divia Eknath
96 S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97 S2. Traktiran Dari Arsya
98 S2. Kepercayaan Penuh
99 S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100 S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101 S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102 S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103 S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104 S2. Penyerangan Naufal
105 S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106 S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107 S2. Memberikan Hukuman
108 S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109 S2. Surat Perjanjian
110 Kau hanya milikku, Tasya!
111 S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112 S2. Ada Udang Dibalik Risol
113 S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114 S2. Membahas Sebuah Rencana
115 S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116 S2. Bab 116
117 S2. Bab 117
118 S2. Bab 118
119 S2. Bab 119
120 S2. Buku Nikah
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Pulang Ke Bandung
2
Menyampaikan Sesuatu
3
Demam
4
Kecelakaan
5
Pertemuan Kakak Dan Adik
6
Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7
Kekhawatiran Keluarga
8
Bercerita
9
Flashback
10
Flashback 2
11
Keterkejutan Naufal
12
Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13
Kekesalan Naufal
14
Berdamai
15
Ardian Krishon
16
Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17
Kebencian Naufal
18
Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19
Davian Dan Barra
20
Telepon Dari Rasya
21
Berkunjung
22
Jatuh Pingsan
23
Kesedihan Dan Kekhawatiran
24
Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25
Kecurigaan
26
Tertangkapnya Sipengkhianat
27
Memasang Alat Pelacak
28
Kekompakan Alexander Bersaudara
29
Cinta Pada Pertemuan Pertama
30
Tertekan
31
Paket
32
Kehangatan Keluarga
33
Menceritakan Masalah
34
Kecelakaan Maut
35
Kesedihan
36
Merindukan
37
Pria Misterius
38
Kesedihan 2
39
Vanesha Palsu
40
Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41
Keras Kepala
42
Ingatan Kembali
43
Kecelakaan Davian Dan Reza
44
Pria Misterius 2
45
Perasaan Takut Anggota Keluarga
46
Kembali
47
Kembali 2
48
Berkorban
49
Hari Yang Buruk
50
Hari Yang Buruk 2
51
Rencana Penculikan
52
Keberhasilan Kendrik Alvaro
53
Berhasil Menemukan Lokasi
54
Hukuman Mati Untuk Kendrik
55
S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56
S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57
S2. Kejahilan Naufal
58
S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59
S2. Kabar Dari Damian
60
S2. Pesan Misterius
61
S2.
62
S2. Bayangan Vanesha
63
S2. Kemarahan Naufal
64
S2. Kekecewaan Naufal
65
S2. Kekesalan Naufal
66
S2. Flashdisk
67
S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68
S2. Rekaman
69
S2. Hati Yang Terluka
70
S2. Membuat Rencana
71
S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72
S2. Keberhasilan Damian
73
S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74
S2. Kemarahan Alex Alvaro
75
S2. Janji Seorang Kakak
76
S2. Awal Kemenangan
77
S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78
S2. Meretas Mobile Banking
79
S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80
S2. Telepon Dari Vanesha
81
S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82
S2. Menikmati Kebahagiaan
83
S2. Minta Dibelikan Laptop
84
S2. Kakak Alice!
85
S2. Menceritakan Kondisi Alice
86
S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87
S2. Sumpah Seorang Tasya
88
S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89
S2. Pembalasan Yang Setimpal
90
S2. Isak Tangis Alice
91
S2. Gadis Misterius
92
S2. Aku Kembali Naufal
93
S2. General Manager Baru
94
S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95
S2. Alona Divia Eknath
96
S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97
S2. Traktiran Dari Arsya
98
S2. Kepercayaan Penuh
99
S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100
S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101
S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102
S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103
S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104
S2. Penyerangan Naufal
105
S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106
S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107
S2. Memberikan Hukuman
108
S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109
S2. Surat Perjanjian
110
Kau hanya milikku, Tasya!
111
S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112
S2. Ada Udang Dibalik Risol
113
S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114
S2. Membahas Sebuah Rencana
115
S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116
S2. Bab 116
117
S2. Bab 117
118
S2. Bab 118
119
S2. Bab 119
120
S2. Buku Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!