Demam

Keesokan paginya semuanya telah berkumpul di meja makan untuk melakukan ritual pagi mereka yaitu sarapan pagi. Hanya satu yang belum bergabung bersama mereka yaitu sibungsu Naufal Alexander.

"Oh ya, Naufal mana? Apa Naufal belum bangun?" tanya Helena saat dirinya tidak melihat keberadaan sibungsu.

"Sepertinya belum, Mom." Aditya bersuara.

"Kalau begitu biar aku saja yang membangunkan Naufal."

Setelah mengatakan hal itu, Rayyan pun beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar sang adik.

Naufal masih berada di kamarnya. Dirinya enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya tersebut. Ditambah lagi rasa kesalnya terhadap ketiga kakak-kakaknya yang sudah menceburkan dirinya kedalam kolam renang.

CKLEK..

Pintu kamar Naufal dibuka. Rayya pun memasuki kamar tersebut. Dan dapat dilihat adik kesayangannya yang masih terlelap.

Rayyan mendekati ranjang sang adik berniat untuk membangunkannya. Berlahan Rayyan menarik pelan selimut yang menutupi tubuh adiknya itu. Lalu mendekati wajahnya tepat di telinga adiknya.

"Fal. Ayoo, bangun. Mommy, Daddy, kak Elvan dan kak Aditya sudah menunggu di meja makan," ucap Rayyan ditelinga Naufal.

Ada pergerakan sedikit dari Naufal. Tanpa membuka mata, Naufal bersuara.

"Aku masih ngantuk. Lebih baik kakak keluar dari kamarku."

"Tapi kamu juga harus ikut sarapan, Fal! Apalagi kamu kan tidak ikut makan malam semalam." Rayyan berusaha terus untuk membujuk adiknya.

"Berisik. Jangan ganggu aku," saut Naufal.

"Ayolah, Fal. Kamu harus sarapan." Rayyan masih membujuk Naufal.

"Kakaaaakkk. Kau ini cerewet sekali. Kepalaku pusing. Dan sekarang biarkan aku tidur sebentar. Aku tidak akan mati hanya karena tidak makan!" Naufal yang masih memejamkan matanya dan membalikkan badannya memunggungi Rayyan.

Rayyan terkejut saat mendengar penuturan dari adiknya itu. Apalagi saat adiknya mengatakan bahwa kepalanya pusing. Lalu Rayyan menangkup telapak tangannya kekening adiknya.

"Astaga, Naufal! Badanmu panas sekali!" teriak Rayyan.

"Mommy, Daddy. Naufal demam!" teriak Rayyan dari kamar Naufal yang berada di lantai atas.

"Kakak, tolong jangan berteriak. Kepalaku tambah sakit tahu," keluh Naufal.

"Maafkan kakak, Fal! Kakak hanya khawatir padamu," ucap Rayyan menyesal sambil tangannya membelai lembut rambut Naufal dan mengecup kepala sang adik.

Selang beberapa menit masuklah Albert, Helena dan kedua putranya Elvan dan Aditya datang menghampiri Rayyan dan Naufal.

"Naufal!" teriak mereka yang masuk ke kamar Naufal lalu mereka menghambur ke tempat tidur Naufal.

"Aish. Kenapa kalian hobi sekali berteriak di kamarku?" protes Naufal yang masih dalam keadaan setengah tidur.

Helena menyentuh kening putra bungsunya. "Astaga, sayang! Naufal, kamu demam, nak!" Helena benar-benar panik mengetahui putra bungsunya demam.

"Aku baik-baik saja, Mom! Mommy tidak perlu lebay seperti ini," ucap Naufal yang matanya masih terpejam.

Elvan langsung menghubungi pamannya yaitu Kishan Alexander dan memintanya untuk datang ke rumah.

Semuanya tampak khawatir dan panik terhadap sibungsu padahal sibungsu hanya demam biasa. Tapi Jangan dianggap sepele. Walaupun Naufal hanya demam biasa. Tapi kalau tidak segera diobati akan makin parah. Naufal itu gampang sekali jatuh sakit, gampang kelelahan. Beda dengan ketiga kakak-kakaknya yang kuat dan jarang sakit.

"Apanya yang baik-baik saja, sayang? Badan kamu saja panas begini," ucap Helena yang masih setia mengelus rambut serta pipi putih Naufal dari belakang. Tanpa mereka sadari, Naufal mengerang kecil merasakan sakit dikepalanya

"Aaakkkhhh." lalu detik kemudian, Naufal kehilangan kesadarannya.

"Naufal." panggil Elvan. Tapi yang dipanggil tidak merespon atau mendengar sama sekali.

"Mommy. Coba balikkan tubuh Naufal menjadi telentang. Biar kita bisa melihat wajahnya Naufal!" pinta Aditya.

Helena pun mengiyakan permintaan Aditya putra keduanya. Dirinya pun membalikkan tubuh putra bungsunya menjadi telentang.

Saat mereka melihat wajah Naufal. Mereka sangat terkejut.

"Wajah Naufal pucat sekali Mommy, Daddy!" teriak Elvan saking paniknya.

"Astaga, Naufal." Helena menangis saat melihat wajah pucat putra bungsunya. "Naufal. Hei, sayang. Bukalah matamu, nak!" Helena menepuk pelan pipi putranya.

"Sepertinya Naufal pingsan, Mommy!" Rayyan terlihat panik.

Disaat mereka semua dalam keadaan panik dan khawatir melihat kondisi sibungsu. Terdengar suara pintu kamar dibuka..

CKLEK

Pintu kamar dibuka. Masuklah Kishan ke kamar tersebut dengan menenteng sebuah tas di tangannya.

"Ach, Kishan! Syukurlah kau sudah datang. Tolong periksa putraku," mohon Albert.

"Tanpa kakak minta pun. Aku akan dengan senang hati memeriksa keponakan tampanku itu," jawab Kishan tersenyum lalu berjalan mendekati ranjang Naufal.

Saat setelah selesai Kishan memeriksa Naufal, matanya menatap satu persatu tiga keponakannya yang lain.

"Pasti kalian bertiga habis menjahili adik kalian kan?" tanya Kishan.

Aditya dan Rayyan saling melirik lalu kemudian melihat kearah Elvan. Elvan merasa dilirik dan dilihat oleh kedua adiknya pun melihat kearah mereka.

"Kami kemarin menceburkan Naufal ke kolam renang, Paman!" Elvan menjawab dengan wajah yang bersalah.

"Sudah Paman duga. Naufal demam gara-gara kalian ceburin ke kolam renang dan kemungkinan setelah itu Naufal hanya berganti pakaian tanpa membersihkan diri terlebih dahulu," ujar Kishan.

"Kalian kan tahu. Baik Naufal kehujanan atau habis berenang. Naufal itu harus mandi lagi. Tapi karena kalian habis ngerjain Naufal. Jadi Naufal lebih memilih untuk berganti pakaian tanpa mandi terlebih dahulu. Nah.. inilah yang terjadi. Naufal demam," ucap Kishan lagi.

"Maafkan kami Paman, Mom, Dad!" seru mereka Kompak sambil mata mereka memandangi wajah damai sang adik.

"Bagaimana keadaannya, Kishan?" tanya Albert.

"Kak Albert tidak perlu khawatir. Naufal baik-baik saja. Aku sudah memberikan suntik penurun panas. Satu jam panasnya akan hilang," jawab Kishan.

"Ini obat pereda sakit kepalanya. Aku sangat yakin pasti Naufal mengeluh sakit kepala. Berikan obat ini saat Naufal sadar nanti," ucap Kishan lalu meletakkan obat tersebut di atas meja di samping tempat tidur Naufal.

"Baiklah," ucap mereka semua.

Kishan Alexander mencium kening Naufal lalu berdiri dari tempat tidur tersebut.

"Ya sudah. Kalau begitu aku permisi dulu. Ada jadwal operasi hari ini. Jaga keponakanku baik-baik kak," ucap Kishan.

Albert tersenyum, "Baiklah."

Setelah kepergian Kishan. Mereka memandangi wajah sibungsu. Mereka kini telah mengerubungi tempat tidurnya.

Helena menggenggam tangannya. Albert mencium keningnya. Dan para kakak-kakaknya masih memandangi wajah adiknya dengan perasaan bersalah.

Lima menit kemudian terdengar suara lenguhan dari bibir Naufal yang menandakan dirinya tersadar.

"Euugghh."

Mereka semua tersenyum bahagia saat melihat mata bulat itu terbuka.

"Naufal." Helena menatap wajah pucat putra bungsunya. Sementara tangannya yang masih menggenggam tangan Naufal.

"Mommy," lirih Naufal.

"Apa yang kamu rasakan sekarang, hum?" tanya Helena.

"Kepalaku pusing, Mom!" jawab Naufal.

Elvan mengambil minuman yang ada di meja samping tempat tidur Naufal bersama obat. Lalu memberikannya pada Naufal.

"Ini kamu minumlah biar sakit kepalanya reda," ucap Elvan.

Helena yang masih duduk di samping putra bungsunya membantu putra bungsunya untuk bangun dan menyandarkan tubuh putranya di kepala tempat tidur.

"Kak Elvan. Kau disini juga?" tanya Naufal saat dirinya baru menyadari kehadiran Elvan dan menerima obat dan segelas air minum dari Elvan lalu dengan segera meminumnya.

"Kami juga disini, Naufal!" seru Aditya dan Rayyan bersamaan.

Naufal hampir tersendat saat mendengar suara Aditya dan Rayyan. Lalu pandangan tertuju kearah kedua kakaknya itu dan terakhir Daddy nya.

Naufal mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa kalian semua ada di kamarku?" Mereka hanya tersenyum melihat wajah bingung Naufal.

"Kami semua ada di kamar Naufal karena kami mendengar suara teriakan dari Rayyan yang mengatakan bahwa kamu demam. Jadi kami semua langsung berlari ke kamarmu," tutur Albert.

Naufal pun langsung ingat bahwa dirinya sedang kesal dan marah pada ketiga kakak-kakaknya lalu wajahnya seketika berubah menjadi kesal.

Ketiga kakak-kakaknya yang menyadari akan perubahan dari wajah adik mereka itu, akhirnya mereka pun mendekati Naufal.

"Maafkan kakak ya. Gara-gara kakak kamu jadi sakit begini," ucap Elvan.

Naufal yang mendengar permintaan maaf dari kakak pertamanya itu hanya diam dan tidak mau menjawab.

"Kakak juga minta maaf, Fal!" seru Aditya sambil mengelus rambut Naufal.

"Kakak juga, Fal. Maafkan kakak ya!" ucap Rayyan.

Tidak ada jawaban dari Naufal. Dirinya masih diam dan tidak mau menjawab apapun yang diucapkan oleh ketiga kakak-kakaknya itu.

"Naufal. Ayolah! Jangan diam saja. Katakan sesuatu pada kami," mohon Elvan.

Hasilnya tetap sama. Naufal masih bungkam. Dan itu sukses membuat ketiga kakak-kakaknya frustasi.

"Kakak akan lakukan apapun untuk Naufal. Kakak akan menuruti semua kemauan Naufal. Asal Naufal mau bicara dan mau memaafkan kakak," tutur Aditya.

Naufal pun mendongakkan kepalanya dan menatap manik mata kakak keduanya itu.

"Benarkah? Apa kakak yakin akan menuruti semua kemauanku dan melakukan apapun yang aku mau?" tanya Naufal dengan wajah sedihnya.

Aditya yang menatap wajah sedih adiknya menjadi tidak tega. "Iya. Kakak akan melakukan apapun untuk kamu dan menuruti semua kemauanmu."

Lalu tatapan beralih pada Elvan dan Rayyan. Elvan dan Rayyan yang mengerti tatapan sang adik pun mengangguk sebagai jawaban atas pernyataan dari Aditya.

"Apa kalian yakin?" tanya Naufal memastikan.

"Apapun untuk adik kami yang manis dan tampan ini. Kami akan melakukannya!" seru Elvan.

Terukir senyuman manis di bibir Naufal. Lalu terlintas ide jahil di benaknya. "Hari ini aku mau dibelikan semua makanan dan minuman kesukaanku oleh kak Elvan. Aku mau minta dibelikan ponsel keluaran terbaru oleh kak Aditya. Dan aku mau minta dibelikan aksesoris mobil lengkap oleh kak Rayyan Karena aksesoris mobilku sudah jelek," tutur Naufal panjang lebar.

Elvan, Aditya dan Rayyan melotot dan mulut mereka terbuka lebar saat mendengar permintaan dari sang adik. Mereka kemudian saling lirik lalu kembali menatap adik mereka.

Naufal yang mendapatkan tatapan dari ketiga kakak-kakaknya memperlihatkan wajah masam dan wajah sedihnya.

"Jadi kalian tidak mau. Ya, sudah! Tidak apa-apa? Aku tidak memaksa," ucap Naufal kembali menundukkan kepalanya dan hal itu sukses membuat ketiga kakaknya menjadi makin merasa bersalah.

"Bukan begitu, Naufal. Ach.. baiklah," jawab ketiga kakak-kakaknya dengan kompak.

Mereka harus siap-siap merogoh kocek mereka demi adik bungsu kesayangan mereka dari pada melihat adik bungsu mereka yang mengabaikan mereka. Itukan tidak bagus.

"Aku mau sekarang, kak!" Naufal merengek di depan kakak-kakaknya.

"Ach, baiklah! Kami akan pergi sekarang!" jawab mereka kompak.

Setelah mengatakan, mereka pun langsung pergi meninggalkan Naufal dan orang tua mereka di kamar Naufal.

Sedangkan kedua orang tua mereka hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan keempat putra-putra mereka.

Kini tinggallah mereka bertiga. Naufal dan kedua orang tuanya.

"Kamu tega sekali menjahili mereka, hum! Kasihan kan kakak-kakakmu itu,"ucap Helena.

"Biarin aja, Mom. Siapa suruh mereka menjahiliku terlebih dahulu? Itu balasan untuk mereka," jawab Naufal tanpa merasa bersalah.

Albert dan Helena hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan sibungsu. Ya! Mereka tahu, keempat putra-putra mereka memang sangat kompak, rukun, damai, solit, peduli dan saling berbagi serta saling menyayangi satu sama lain. Tidak heran kalau mereka selalu menyaksikan perdebatan dan kejahilan putra-putra mereka.

Episodes
1 Pulang Ke Bandung
2 Menyampaikan Sesuatu
3 Demam
4 Kecelakaan
5 Pertemuan Kakak Dan Adik
6 Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7 Kekhawatiran Keluarga
8 Bercerita
9 Flashback
10 Flashback 2
11 Keterkejutan Naufal
12 Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13 Kekesalan Naufal
14 Berdamai
15 Ardian Krishon
16 Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17 Kebencian Naufal
18 Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19 Davian Dan Barra
20 Telepon Dari Rasya
21 Berkunjung
22 Jatuh Pingsan
23 Kesedihan Dan Kekhawatiran
24 Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25 Kecurigaan
26 Tertangkapnya Sipengkhianat
27 Memasang Alat Pelacak
28 Kekompakan Alexander Bersaudara
29 Cinta Pada Pertemuan Pertama
30 Tertekan
31 Paket
32 Kehangatan Keluarga
33 Menceritakan Masalah
34 Kecelakaan Maut
35 Kesedihan
36 Merindukan
37 Pria Misterius
38 Kesedihan 2
39 Vanesha Palsu
40 Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41 Keras Kepala
42 Ingatan Kembali
43 Kecelakaan Davian Dan Reza
44 Pria Misterius 2
45 Perasaan Takut Anggota Keluarga
46 Kembali
47 Kembali 2
48 Berkorban
49 Hari Yang Buruk
50 Hari Yang Buruk 2
51 Rencana Penculikan
52 Keberhasilan Kendrik Alvaro
53 Berhasil Menemukan Lokasi
54 Hukuman Mati Untuk Kendrik
55 S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56 S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57 S2. Kejahilan Naufal
58 S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59 S2. Kabar Dari Damian
60 S2. Pesan Misterius
61 S2.
62 S2. Bayangan Vanesha
63 S2. Kemarahan Naufal
64 S2. Kekecewaan Naufal
65 S2. Kekesalan Naufal
66 S2. Flashdisk
67 S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68 S2. Rekaman
69 S2. Hati Yang Terluka
70 S2. Membuat Rencana
71 S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72 S2. Keberhasilan Damian
73 S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74 S2. Kemarahan Alex Alvaro
75 S2. Janji Seorang Kakak
76 S2. Awal Kemenangan
77 S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78 S2. Meretas Mobile Banking
79 S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80 S2. Telepon Dari Vanesha
81 S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82 S2. Menikmati Kebahagiaan
83 S2. Minta Dibelikan Laptop
84 S2. Kakak Alice!
85 S2. Menceritakan Kondisi Alice
86 S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87 S2. Sumpah Seorang Tasya
88 S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89 S2. Pembalasan Yang Setimpal
90 S2. Isak Tangis Alice
91 S2. Gadis Misterius
92 S2. Aku Kembali Naufal
93 S2. General Manager Baru
94 S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95 S2. Alona Divia Eknath
96 S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97 S2. Traktiran Dari Arsya
98 S2. Kepercayaan Penuh
99 S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100 S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101 S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102 S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103 S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104 S2. Penyerangan Naufal
105 S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106 S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107 S2. Memberikan Hukuman
108 S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109 S2. Surat Perjanjian
110 Kau hanya milikku, Tasya!
111 S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112 S2. Ada Udang Dibalik Risol
113 S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114 S2. Membahas Sebuah Rencana
115 S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116 S2. Bab 116
117 S2. Bab 117
118 S2. Bab 118
119 S2. Bab 119
120 S2. Buku Nikah
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Pulang Ke Bandung
2
Menyampaikan Sesuatu
3
Demam
4
Kecelakaan
5
Pertemuan Kakak Dan Adik
6
Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7
Kekhawatiran Keluarga
8
Bercerita
9
Flashback
10
Flashback 2
11
Keterkejutan Naufal
12
Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13
Kekesalan Naufal
14
Berdamai
15
Ardian Krishon
16
Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17
Kebencian Naufal
18
Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19
Davian Dan Barra
20
Telepon Dari Rasya
21
Berkunjung
22
Jatuh Pingsan
23
Kesedihan Dan Kekhawatiran
24
Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25
Kecurigaan
26
Tertangkapnya Sipengkhianat
27
Memasang Alat Pelacak
28
Kekompakan Alexander Bersaudara
29
Cinta Pada Pertemuan Pertama
30
Tertekan
31
Paket
32
Kehangatan Keluarga
33
Menceritakan Masalah
34
Kecelakaan Maut
35
Kesedihan
36
Merindukan
37
Pria Misterius
38
Kesedihan 2
39
Vanesha Palsu
40
Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41
Keras Kepala
42
Ingatan Kembali
43
Kecelakaan Davian Dan Reza
44
Pria Misterius 2
45
Perasaan Takut Anggota Keluarga
46
Kembali
47
Kembali 2
48
Berkorban
49
Hari Yang Buruk
50
Hari Yang Buruk 2
51
Rencana Penculikan
52
Keberhasilan Kendrik Alvaro
53
Berhasil Menemukan Lokasi
54
Hukuman Mati Untuk Kendrik
55
S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56
S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57
S2. Kejahilan Naufal
58
S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59
S2. Kabar Dari Damian
60
S2. Pesan Misterius
61
S2.
62
S2. Bayangan Vanesha
63
S2. Kemarahan Naufal
64
S2. Kekecewaan Naufal
65
S2. Kekesalan Naufal
66
S2. Flashdisk
67
S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68
S2. Rekaman
69
S2. Hati Yang Terluka
70
S2. Membuat Rencana
71
S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72
S2. Keberhasilan Damian
73
S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74
S2. Kemarahan Alex Alvaro
75
S2. Janji Seorang Kakak
76
S2. Awal Kemenangan
77
S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78
S2. Meretas Mobile Banking
79
S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80
S2. Telepon Dari Vanesha
81
S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82
S2. Menikmati Kebahagiaan
83
S2. Minta Dibelikan Laptop
84
S2. Kakak Alice!
85
S2. Menceritakan Kondisi Alice
86
S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87
S2. Sumpah Seorang Tasya
88
S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89
S2. Pembalasan Yang Setimpal
90
S2. Isak Tangis Alice
91
S2. Gadis Misterius
92
S2. Aku Kembali Naufal
93
S2. General Manager Baru
94
S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95
S2. Alona Divia Eknath
96
S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97
S2. Traktiran Dari Arsya
98
S2. Kepercayaan Penuh
99
S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100
S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101
S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102
S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103
S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104
S2. Penyerangan Naufal
105
S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106
S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107
S2. Memberikan Hukuman
108
S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109
S2. Surat Perjanjian
110
Kau hanya milikku, Tasya!
111
S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112
S2. Ada Udang Dibalik Risol
113
S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114
S2. Membahas Sebuah Rencana
115
S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116
S2. Bab 116
117
S2. Bab 117
118
S2. Bab 118
119
S2. Bab 119
120
S2. Buku Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!