Kring...
"Aish." terdengar suara dengusan pemuda tampan.
"Ach, sial! Aku kesiangan!" teriak pemuda itu.
Pemuda itu adalah Arsya Ravindra. Putra ketiga dari tiga bersaudara.
"Arsya. Cepetan mandinya nanti kamu akan telat ke kantor!" teriak Andhira, ibunya dari lantai bawah.
"Iya, Mami. Aku lagi bersiap-siap nih!" teriak Arsya balik dari kamarnya sambil memakai bajunya dengan buru-buru lalu pergi turun ke bawah sambil membawa berkas-berkas yang ada di tangannya untuk sarapan terlebih dahulu.
Sekarang Arsya sudah berada di meja makan. "Kamu sudah menyiapkan semua berkas-berkas untuk meeting nanti siang, Arsya?" tanya Felix, sang Ayah.
"Sudah, Pi!" jawab Arsya.
"Oh, ya! Arsya Apa kamu sudah mengetahui keberadaan Naufal dimana?" tanya Pasya, sang kakak tertua.
"Belum kak. Sampai saat ini aku dan yang lainnya belum bisa berkomunikasi dengannya. Bahkan kami juga belum berhasil mengetahui keberadaan Naufal dimana," jawab Arsya sedih.
Felix yang melihat raut wajah putra bungsunya berubah sedih menjadi tidak tega.
"Kamu tidak perlu khawatir. Kalau Tuhan berkehendak, kalian pasti akan dipertemukan kembali. Bersabarlah dan teruslah berusaha." Felix berusaha menghibur putra bungsunya.
"Pasti, Pi." Arsya menjawabnya dengan penuh semangat.
***
Naufal berada di EVEREST BOXING miliknya, di Bandung. Dirinya sedang memantau perkembangan usahanya selama dirinya berada di Bandung.
Naufal sangat bersyukur usahanya saat ini maju sangat pesat. Banyak orang-orang yang berdatangan ketempatnya itu. Orang yang dipercayai untuk menjaga dan menjalankan usahanya adalah kakak-kakak adik sepupunya yaitu Daffa Alexander, Rehan Sheehan Dan Dylan Sheehan.
"Fal. Apa kau akan lama di Bandung?" tanya Daffa.
"Eemm! Aku belum tahu, kak. Memangnya kenapa?" tanya Naufal.
"Sebenarnya kakak tidak ingin kamu kembali ke Jakarta. Kakak ingin kamu disini. Di Bandung saja," jawab Daffa.
"Iya, Fal. Kakak sependapat dengan Kak Daffa. Kamu disini saja dan jangan kembali ke Jakarta," saut Rehan menambahkan.
"Kakak ini bagaimana sih? Kalau aku di Bandung. Lalu bagaimana nasib perusahaan NFL'Corp, AVANA GYM dan KING STUDIO milikku yang ada di Jakarta?" tanya Naufal tersenyum.
"Serahkan saja semuanya pada anak buahmu. Kamu kan tinggal berikan perintah pada mereka semua," jawab Dylan dan diangguki oleh Daffa dan Rehan.
"Lalu aku kerja apa? Kalau semuanya aku serahkan pada orang-orang kepercayaanku?" tanya Naufal balik pada kedua kakak sepupunya.
"Iya juga sih. Kamu tidak akan punya kerjaan lagi dan hanya duduk-duduk doang. Itukan membosankan. Kamukan orangnya tidak bisa diam," ucap Rehan.
"Nah. Itu kakak tahu," ejek Naufal.
"Kalian tidak perlu khawatir. Kaliankan bisa main ke Jakarta. Kan aku sudah memberikan alamat rumahku yang ada di Jakarta. Kapanpun kalian ingin berkunjung, aku tidak akan keberatan," ucap Naufal.
"Benarkah, Fal?" tanya Daffa, Dylan dan Rehan bersamaan.
"Benar. Pintu rumahku selalu terbuka untuk kalian, kak! Jadi sering-sering lah berkunjung ke Jakarta," kata Naufal.
"Pasti! Kami akan selalu mengunjungimu!" seru mereka dengan kompak
"Oh ya, Fal! Maaf sebelumnya kalau pertanyaan kakak ini menyinggung," kata Rehan.
"Apa itu, kak? Jangan khawatir aku tidak akan marah," ujar Naufal.
"Sebenarnya apa alasanmu keluar dari grup Band PENTA BOYS dan pergi meninggalkan keenam kakak-kakakmu itu?" tanya Rehan.
"Sudah tidak ada kecocokan lagi antara kami kak. Mereka sudah mengingkari janji mereka sendiri," jawab Naufal.
"Bisa kau ceritakan sedikit pada kami, Fal!" ucap Dylan.
FLASHBACK ON
"Ah... kak pleassee." terlihat dua orang pemuda yang sedang asyik bermain Video Game.
"Ayolah main lagi, satu ronde lagi Naufal," kata Reza.
"Baiklah kak," jawab Naufal.
"Yes." Reza tersenyum bahagia ketika Naufal bersedia bermain kembali.
"Semuanya! Kata produser kontrak kita akan habis!" seru Ardian tiba-tiba.
"Ya, sudah perpanjang saja kontraknya!" seru Barra yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Tapi kita kan sudah mulai tua dan kita seharusnya akan memulai hidup baru di dunia nyata!" teriak Arsya dari dapur.
"Lah kok kita yang tua? Aku sih masih muda, kak!" Davian menyela perkataan Arsya.
"Diam saja kau bantet," jawab Arsya.
"Sudahlah jangan bertengkar, ini di SNS banyak komentar negatif," Naufal berusaha melerai pertengkaran kecil ini.
"Diamlah kalian semua hatter itu cuma manusia yang tidak punya pekerjaan saja. "Hooaamm.. aku mengantuk, mau tidur." Barra pun langsung pergi ke kamarnya.
"Sudahlah. Aku akan menghubungi produser dan membicarakan soal kita tidak akan memperpanjang kontrak." Ardian angkat bicara.
BRAAKK..
"Kak Ardian!"teriak Naufal sambil menggebrak meja tamu dan langsung pergi ke kamarnya.
BLAM..
Suara pintu yang dibanting oleh Naufal.
"Yak! Kau mengganggu tidurku saja, Fal!" teriak Barra dari dalam kamar.
"Selamat siang produser. Kami tidak akan memperpanjang kontraknya dan kami akan mengadakan konser terakhir," kata Ardian yang sedang menelepon produser musik.
"Apa yang kau katakan, kak?" tanya Naufal yang tiba-tiba saja keluar dari kamar dan mendengar ucapan Ardian.
"Apa aku tidak salah dengar, hah?!" tanya Naufal lagi.
"Iya. Kakak sudah membicarakan masalah ini kepada produser kalau kita tidak akan memperpanjang kontrak dan kita akan mengadakan Konser terakhir kita untuk para penggemar kita," jawab Ardian.
"Kau membuat keputusan sendiri, tuan Ardian Krishon dan kita belum memutuskannya secara bersama. Oke!! kalau itu keputusanmu. Maka aku harus menghargainya," ucap Naufal dengan rasa kecewa.
"Tapi untuk Konser tersebut. MAAF! Aku tidak akan ikut serta. Silahkan kalian berenam yang mengadakan Konser itu," ucap Naufal ketus.
"Nggak bisa begitu, Nau..." perkataan Ardian terpotong.
"Aku sudah buat keputusan, tuan Ardian. Sama sepertimu. Jadi hargai keputusanku. PERMISI!" Naufal menatap tajam Ardian.
Setelah mengatakan hal itu, Naufal berlalu pergi melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Sedangkan para kakak-kakaknya hanya diam membeku di tempat dan setelah beberapa saat mereka pergi ke kamar dengan pikiran masing-masing.
FLASHBACK OFF
"Setelah satu bulan kejadian itu mereka melaksanakan WORD TOUR terakhir tanpaku karena aku memilih untuk tidak ikut," jawab Naufal.
"PENTA BOS bubar. Lalu apa respon para fans? Dan bagaimana keadaan mereka termasuk dirimu juga Naufal? Walaupun kau tidak ikut bukan berarti kau tidak tahukan?" tanya Daffa.
"Mereka tidak menerima atas bubarnya PENTA BOYS. Mereka semua sangat kecewa, kak!"
"Lalu apa yang akan kau lakukan apabila kamu bertemu dengan mereka lagi?" tanya Dylan.
"Aku tidak tahu, kak Dylan. Yang jelas untuk saat ini aku hanya fokus sama pekerjaan. Aku tidak mau memikirkan hal lain dulu," jawab Naufal.
"Pokoknya semangat terus untukmu, oke! Jangan pernah bersedih," kata Rehan.
"Terima kasih kak Daffa, kak Dylan, kak Rehan!" ucap Naufal.
"Sama-sama." Daffa, Dylan dan Rehan menjawab secara bersamaan.
"Oh ya, kalau begitu aku pergi dulu kak. Aku harus keperguruan WTF terlebih dahulu karena dua jam lagi aku akan ke Jakarta untuk urusan kerjaan." Naufal pamit dengan ketiga kakak sepupunya.
"Apa kau akan balik lagi ke Bandung lagi?" tanya Rehan.
"Iya. Aku pasti akan kembali ke Bandung. Bukankah Mommy sama Daddy akan berangkat ke Jerman dan aku harus ikut mengantarkan mereka kebandara," jawab Naufal.
"Kalau begitu aku pergi kak. Bye!"
***
Naufal sudah perguruan WTF. Saat dirinya tiba langsung disambut oleh ketiga sahabat masa kecilnya yaitu Ansel, Gary dan Leon.
"Kami senang kau datang Fal. Sudah lama kau tidak kemari!" seru Leon.
"Ya, nih! Naufal sudah sombong sekarang. Mentang-mentang sudah menjadi CEO sukses di Jakarta lupa dengan kita bertiga di Bandung," saut Gary pura-pura merajuk.
"Betul.. Betul," sela Ansel.
Naufal hanya tersenyum menanggapi aksi protes dari ketiga sahabat masa kecilnya itu.
"Maafkan aku ya. Maaf kalau aku baru bisa sekarang datang menemui kalian dan juga memantau tempat ini," ucap Naufal.
"Bagaimana? Apa semuanya lancar?" tanya Naufal.
"Semuanya lancar terkendali, Fal!" seru mereka bertiga.
"Oh ya! Aku minta maaf lagi nih. Sepertinya aku tidak bisa lama-lama karena aku akan ke Jakarta," kata Naufal.
"Apa kau akan kembali lagi ke Bandung?" tanya Ansel.
"Ya. Aku akan kembali lagi ke Bandung. Kan orang tuaku akan ke Jerman. Jadi aku harus ikut mengantarkan mereka ke bandara," jawab Naufal.
"Kalau begitu kau hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya. Kau bawa motor kan kesini?" tanya Gary.
"Iya. Aku bawa motor. Aku akan hati-hati. Terima kasih ya!" saut Naufal.
"Kalau begitu aku pergi. Bye!" pamit Naufal.
***
Naufal sekarang di dalam perjalanan menuju ke Jakarta menggunakan motor sportnya. Setelah satu jam perjalanan, Naufal memutuskan untuk berhenti sejenak. Naufal berhenti dan singgah kesebuah mini market untuk membeli minuman.
Setelah mendapatkan minuman yang dicari Naufal langsung ke kasir dan membayarnya.
Setelah selesai, Naufal pun pergi meninggalkan mini market tersebut.
Tapi saat Naufal berjalan keluar. Tepatnya di parkiran, Naufal melihat seorang wanita paruh baya yang sedang diganggu oleh tiga preman. Naufal memutuskan untuk membantu wanita itu.
"Hei, kalian! Beraninya hanya sama wanita. Kalian semua itu banci!" teriak Naufal.
Tiga orang preman yang tadinya mengganggu wanita tersebut mengalihkan perhatian kearah Naufal.
"Siapa kau? Kenapa kau mengganggu pekerjaan kami?"
"Aku tidak berencana mengganggu pekerjaan kalian. Dikarenakan kalian berada tepat di hadapanku, makanya aku tidak bisa diam saja. Apalagi kalian mengganggu seorang wanita," tutur Naufal.
"Brengsek! Banyak omong. Serang!" teriak salah satu preman tersebut.
BUGH..
BUGH.. BAG..
DUAGH.. DUAGH..
Naufal berhasil mengalahkan tiga preman tersebut. Tiga preman tersebut terkapar di tanah dan mereka pun diringkuk oleh satpam disana.
Naufal menghampiri wanita itu.
"Bibi tidak apa-apa?" tanya Naufal.
"Bibi tidak apa-apa, nak? Terima kasih sudah menolong Bibi," ucap wanita itu.
"Sama-sama, Bi! Oh ya! Bibi sama siapa kesini?" tanya Naufal.
"Bibi diantar oleh sopir," jawab wanita itu. "Nah, itu dia!" seru wanita itu sambil menunjuk kearah sopirnya yang baru datang.
"Maaf Nyonya. Saya kelamaan di toiletnya. Nyonya tidak apa-apa?" tanya Sopir tersebut.
"Saya tidak apa-apa? Untung ada anak muda ini yang menolong saya," ucap wanita itu.
"Dikarenakan sopirnya bibi sudah kembali. Kalau begitu aku pergi dulu, Bi!" pamit Naufal.
"Ya, nak. Hati-hati di jalan," kata wanita itu.
Naufal menganggukkan kepalanya sambil senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
"Senyumannya itu mirip seseorang." batin wanita itu.
"Ayo, Nyonya kita pulang!" seru sopir tersebut.
"Ach, iya! Ayoo," saut wanita itu.
***
Naufal masih dalam perjalanan menuju Jakarta. Naufal mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Saat dirinya sedang fokus, tiba-tiba kepalanya sakit.
"Aaarrggghhh! Kenapa kepalaku sakit sekali? Tidak biasanya," gumam Naufal.
Naufal masih berusaha untuk menahan rasa sakit di kepalanya dan berusaha fokus dalam mengendarai motor sportnya agar tidak terjadi kecelakaan di jalan.
Setengah jam Naufal berusaha menahan rasa sakit itu. Rasa sakit itu datang kembali. Bahkan rasa sakitnya makin menyakitkan.
"Aakkhh. Kepalaku." erangan kesakitan Naufal dan membuat Naufal tidak fokus dalam mengendarai motornya. Lalu motor yang dikendarainya oleng hingga terjadi kecelakaan.
BUUAAKK..
BRAAKK..
Motor yang dikendarai Naufal terjatuh. Naufal pun ikut terjatuh dan berguling-guling di aspal dan kepala terbentur di tembok trotoar, walau memakai helm. Naufal tidak sadarkan diri seketika.
Di tempat lain dimana wanita yang ditolong oleh Naufal sedang dalam perjalanan pulang dan arahnya juga melewati arah yang dilewati Naufal.
"Wajah anak muda itu sangat familiar sekali. Wajahnya mirip kak Helena. Apa anak muda itu putranya, kak Helena?" batinnya.
Saat wanita tersebut sedang melamun. Dia dikejutkan dengan sopirnya yang tiba-tiba berhenti mendadak.
"Ada apa? Kenapa berhenti mendadak seperti ini?" tanya wanita tersebut.
"Maaf nyonya. Ada kecelakaan di depan," jawab sopir itu.
Dengan rasa penasaran. Wanita itu turun dari mobilnya. Dan menghampiri tempat kejadian kecelakaan itu.
Saat tiba disana. Wanita itu sangat terkejut. Korban kecelakaan tersebut adalah anak muda yang telah menolongnya.
Tanpa pikir panjang lagi, wanita itu menyuruh sopirnya menggendong Naufal dan membawa kemobil miliknya.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" perintahnya.
Dan mereka pun membawa Naufal ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments