Kecelakaan

Kring...

"Aish." terdengar suara dengusan pemuda tampan.

"Ach, sial! Aku kesiangan!" teriak pemuda itu.

Pemuda itu adalah Arsya Ravindra. Putra ketiga dari tiga bersaudara.

"Arsya. Cepetan mandinya nanti kamu akan telat ke kantor!" teriak Andhira, ibunya dari lantai bawah.

"Iya, Mami. Aku lagi bersiap-siap nih!" teriak Arsya balik dari kamarnya sambil memakai bajunya dengan buru-buru lalu pergi turun ke bawah sambil membawa berkas-berkas yang ada di tangannya untuk sarapan terlebih dahulu.

Sekarang Arsya sudah berada di meja makan. "Kamu sudah menyiapkan semua berkas-berkas untuk meeting nanti siang, Arsya?" tanya Felix, sang Ayah.

"Sudah, Pi!" jawab Arsya.

"Oh, ya! Arsya Apa kamu sudah mengetahui keberadaan Naufal dimana?" tanya Pasya, sang kakak tertua.

"Belum kak. Sampai saat ini aku dan yang lainnya belum bisa berkomunikasi dengannya. Bahkan kami juga belum berhasil mengetahui keberadaan Naufal dimana," jawab Arsya sedih.

Felix yang melihat raut wajah putra bungsunya berubah sedih menjadi tidak tega.

"Kamu tidak perlu khawatir. Kalau Tuhan berkehendak, kalian pasti akan dipertemukan kembali. Bersabarlah dan teruslah berusaha." Felix berusaha menghibur putra bungsunya.

"Pasti, Pi." Arsya menjawabnya dengan penuh semangat.

***

Naufal berada di EVEREST BOXING miliknya, di Bandung. Dirinya sedang memantau perkembangan usahanya selama dirinya berada di Bandung.

Naufal sangat bersyukur usahanya saat ini maju sangat pesat. Banyak orang-orang yang berdatangan ketempatnya itu. Orang yang dipercayai untuk menjaga dan menjalankan usahanya adalah kakak-kakak adik sepupunya yaitu Daffa Alexander, Rehan Sheehan Dan Dylan Sheehan.

"Fal. Apa kau akan lama di Bandung?" tanya Daffa.

"Eemm! Aku belum tahu, kak. Memangnya kenapa?" tanya Naufal.

"Sebenarnya kakak tidak ingin kamu kembali ke Jakarta. Kakak ingin kamu disini. Di Bandung saja," jawab Daffa.

"Iya, Fal. Kakak sependapat dengan Kak Daffa. Kamu disini saja dan jangan kembali ke Jakarta," saut Rehan menambahkan.

"Kakak ini bagaimana sih? Kalau aku di Bandung. Lalu bagaimana nasib perusahaan NFL'Corp, AVANA GYM dan KING STUDIO milikku yang ada di Jakarta?" tanya Naufal tersenyum.

"Serahkan saja semuanya pada anak buahmu. Kamu kan tinggal berikan perintah pada mereka semua," jawab Dylan dan diangguki oleh Daffa dan Rehan.

"Lalu aku kerja apa? Kalau semuanya aku serahkan pada orang-orang kepercayaanku?" tanya Naufal balik pada kedua kakak sepupunya.

"Iya juga sih. Kamu tidak akan punya kerjaan lagi dan hanya duduk-duduk doang. Itukan membosankan. Kamukan orangnya tidak bisa diam," ucap Rehan.

"Nah. Itu kakak tahu," ejek Naufal.

"Kalian tidak perlu khawatir. Kaliankan bisa main ke Jakarta. Kan aku sudah memberikan alamat rumahku yang ada di Jakarta. Kapanpun kalian ingin berkunjung, aku tidak akan keberatan," ucap Naufal.

"Benarkah, Fal?" tanya Daffa, Dylan dan Rehan bersamaan.

"Benar. Pintu rumahku selalu terbuka untuk kalian, kak! Jadi sering-sering lah berkunjung ke Jakarta," kata Naufal.

"Pasti! Kami akan selalu mengunjungimu!" seru mereka dengan kompak

"Oh ya, Fal! Maaf sebelumnya kalau pertanyaan kakak ini menyinggung," kata Rehan.

"Apa itu, kak? Jangan khawatir aku tidak akan marah," ujar Naufal.

"Sebenarnya apa alasanmu keluar dari grup Band PENTA BOYS dan pergi meninggalkan keenam kakak-kakakmu itu?" tanya Rehan.

"Sudah tidak ada kecocokan lagi antara kami kak. Mereka sudah mengingkari janji mereka sendiri," jawab Naufal.

"Bisa kau ceritakan sedikit pada kami, Fal!" ucap Dylan.

FLASHBACK ON

"Ah... kak pleassee." terlihat dua orang pemuda yang sedang asyik bermain Video Game.

"Ayolah main lagi, satu ronde lagi Naufal," kata Reza.

"Baiklah kak," jawab Naufal.

"Yes." Reza tersenyum bahagia ketika Naufal bersedia bermain kembali.

"Semuanya! Kata produser kontrak kita akan habis!" seru Ardian tiba-tiba.

"Ya, sudah perpanjang saja kontraknya!" seru Barra yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Tapi kita kan sudah mulai tua dan kita seharusnya akan memulai hidup baru di dunia nyata!" teriak Arsya dari dapur.

"Lah kok kita yang tua? Aku sih masih muda, kak!" Davian menyela perkataan Arsya.

"Diam saja kau bantet," jawab Arsya.

"Sudahlah jangan bertengkar, ini di SNS banyak komentar negatif," Naufal berusaha melerai pertengkaran kecil ini.

"Diamlah kalian semua hatter itu cuma manusia yang tidak punya pekerjaan saja. "Hooaamm.. aku mengantuk, mau tidur." Barra pun langsung pergi ke kamarnya.

"Sudahlah. Aku akan menghubungi produser dan membicarakan soal kita tidak akan memperpanjang kontrak." Ardian angkat bicara.

BRAAKK..

"Kak Ardian!"teriak Naufal sambil menggebrak meja tamu dan langsung pergi ke kamarnya.

BLAM..

Suara pintu yang dibanting oleh Naufal.

"Yak! Kau mengganggu tidurku saja, Fal!" teriak Barra dari dalam kamar.

"Selamat siang produser. Kami tidak akan memperpanjang kontraknya dan kami akan mengadakan konser terakhir," kata Ardian yang sedang menelepon produser musik.

"Apa yang kau katakan, kak?" tanya Naufal yang tiba-tiba saja keluar dari kamar dan mendengar ucapan Ardian.

"Apa aku tidak salah dengar, hah?!" tanya Naufal lagi.

"Iya. Kakak sudah membicarakan masalah ini kepada produser kalau kita tidak akan memperpanjang kontrak dan kita akan mengadakan Konser terakhir kita untuk para penggemar kita," jawab Ardian.

"Kau membuat keputusan sendiri, tuan Ardian Krishon dan kita belum memutuskannya secara bersama. Oke!! kalau itu keputusanmu. Maka aku harus menghargainya," ucap Naufal dengan rasa kecewa.

"Tapi untuk Konser tersebut. MAAF! Aku tidak akan ikut serta. Silahkan kalian berenam yang mengadakan Konser itu," ucap Naufal ketus.

"Nggak bisa begitu, Nau..." perkataan Ardian terpotong.

"Aku sudah buat keputusan, tuan Ardian. Sama sepertimu. Jadi hargai keputusanku. PERMISI!" Naufal menatap tajam Ardian.

Setelah mengatakan hal itu, Naufal berlalu pergi melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Sedangkan para kakak-kakaknya hanya diam membeku di tempat dan setelah beberapa saat mereka pergi ke kamar dengan pikiran masing-masing.

FLASHBACK OFF

"Setelah satu bulan kejadian itu mereka melaksanakan WORD TOUR terakhir tanpaku karena aku memilih untuk tidak ikut," jawab Naufal.

"PENTA BOS bubar. Lalu apa respon para fans? Dan bagaimana keadaan mereka termasuk dirimu juga Naufal? Walaupun kau tidak ikut bukan berarti kau tidak tahukan?" tanya Daffa.

"Mereka tidak menerima atas bubarnya PENTA BOYS. Mereka semua sangat kecewa, kak!"

"Lalu apa yang akan kau lakukan apabila kamu bertemu dengan mereka lagi?" tanya Dylan.

"Aku tidak tahu, kak Dylan. Yang jelas untuk saat ini aku hanya fokus sama pekerjaan. Aku tidak mau memikirkan hal lain dulu," jawab Naufal.

"Pokoknya semangat terus untukmu, oke! Jangan pernah bersedih," kata Rehan.

"Terima kasih kak Daffa, kak Dylan, kak Rehan!" ucap Naufal.

"Sama-sama." Daffa, Dylan dan Rehan menjawab secara bersamaan.

"Oh ya, kalau begitu aku pergi dulu kak. Aku harus keperguruan WTF terlebih dahulu karena dua jam lagi aku akan ke Jakarta untuk urusan kerjaan." Naufal pamit dengan ketiga kakak sepupunya.

"Apa kau akan balik lagi ke Bandung lagi?" tanya Rehan.

"Iya. Aku pasti akan kembali ke Bandung. Bukankah Mommy sama Daddy akan berangkat ke Jerman dan aku harus ikut mengantarkan mereka kebandara," jawab Naufal.

"Kalau begitu aku pergi kak. Bye!"

***

Naufal sudah perguruan WTF. Saat dirinya tiba langsung disambut oleh ketiga sahabat masa kecilnya yaitu Ansel, Gary dan Leon.

"Kami senang kau datang Fal. Sudah lama kau tidak kemari!" seru Leon.

"Ya, nih! Naufal sudah sombong sekarang. Mentang-mentang sudah menjadi CEO sukses di Jakarta lupa dengan kita bertiga di Bandung," saut Gary pura-pura merajuk.

"Betul.. Betul," sela Ansel.

Naufal hanya tersenyum menanggapi aksi protes dari ketiga sahabat masa kecilnya itu.

"Maafkan aku ya. Maaf kalau aku baru bisa sekarang datang menemui kalian dan juga memantau tempat ini," ucap Naufal.

"Bagaimana? Apa semuanya lancar?" tanya Naufal.

"Semuanya lancar terkendali, Fal!" seru mereka bertiga.

"Oh ya! Aku minta maaf lagi nih. Sepertinya aku tidak bisa lama-lama karena aku akan ke Jakarta," kata Naufal.

"Apa kau akan kembali lagi ke Bandung?" tanya Ansel.

"Ya. Aku akan kembali lagi ke Bandung. Kan orang tuaku akan ke Jerman. Jadi aku harus ikut mengantarkan mereka ke bandara," jawab Naufal.

"Kalau begitu kau hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya. Kau bawa motor kan kesini?" tanya Gary.

"Iya. Aku bawa motor. Aku akan hati-hati. Terima kasih ya!" saut Naufal.

"Kalau begitu aku pergi. Bye!" pamit Naufal.

***

Naufal sekarang di dalam perjalanan menuju ke Jakarta menggunakan motor sportnya. Setelah satu jam perjalanan, Naufal memutuskan untuk berhenti sejenak. Naufal berhenti dan singgah kesebuah mini market untuk membeli minuman.

Setelah mendapatkan minuman yang dicari Naufal langsung ke kasir dan membayarnya.

Setelah selesai, Naufal pun pergi meninggalkan mini market tersebut.

Tapi saat Naufal berjalan keluar. Tepatnya di parkiran, Naufal melihat seorang wanita paruh baya yang sedang diganggu oleh tiga preman. Naufal memutuskan untuk membantu wanita itu.

"Hei, kalian! Beraninya hanya sama wanita. Kalian semua itu banci!" teriak Naufal.

Tiga orang preman yang tadinya mengganggu wanita tersebut mengalihkan perhatian kearah Naufal.

"Siapa kau? Kenapa kau mengganggu pekerjaan kami?"

"Aku tidak berencana mengganggu pekerjaan kalian. Dikarenakan kalian berada tepat di hadapanku, makanya aku tidak bisa diam saja. Apalagi kalian mengganggu seorang wanita," tutur Naufal.

"Brengsek! Banyak omong. Serang!" teriak salah satu preman tersebut.

BUGH..

BUGH.. BAG..

DUAGH.. DUAGH..

Naufal berhasil mengalahkan tiga preman tersebut. Tiga preman tersebut terkapar di tanah dan mereka pun diringkuk oleh satpam disana.

Naufal menghampiri wanita itu.

"Bibi tidak apa-apa?" tanya Naufal.

"Bibi tidak apa-apa, nak? Terima kasih sudah menolong Bibi," ucap wanita itu.

"Sama-sama, Bi! Oh ya! Bibi sama siapa kesini?" tanya Naufal.

"Bibi diantar oleh sopir," jawab wanita itu. "Nah, itu dia!" seru wanita itu sambil menunjuk kearah sopirnya yang baru datang.

"Maaf Nyonya. Saya kelamaan di toiletnya. Nyonya tidak apa-apa?" tanya Sopir tersebut.

"Saya tidak apa-apa? Untung ada anak muda ini yang menolong saya," ucap wanita itu.

"Dikarenakan sopirnya bibi sudah kembali. Kalau begitu aku pergi dulu, Bi!" pamit Naufal.

"Ya, nak. Hati-hati di jalan," kata wanita itu.

Naufal menganggukkan kepalanya sambil senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

"Senyumannya itu mirip seseorang." batin wanita itu.

"Ayo, Nyonya kita pulang!" seru sopir tersebut.

"Ach, iya! Ayoo," saut wanita itu.

***

Naufal masih dalam perjalanan menuju Jakarta. Naufal mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Saat dirinya sedang fokus, tiba-tiba kepalanya sakit.

"Aaarrggghhh! Kenapa kepalaku sakit sekali? Tidak biasanya," gumam Naufal.

Naufal masih berusaha untuk menahan rasa sakit di kepalanya dan berusaha fokus dalam mengendarai motor sportnya agar tidak terjadi kecelakaan di jalan.

Setengah jam Naufal berusaha menahan rasa sakit itu. Rasa sakit itu datang kembali. Bahkan rasa sakitnya makin menyakitkan.

"Aakkhh. Kepalaku." erangan kesakitan Naufal dan membuat Naufal tidak fokus dalam mengendarai motornya. Lalu motor yang dikendarainya oleng hingga terjadi kecelakaan.

BUUAAKK..

BRAAKK..

Motor yang dikendarai Naufal terjatuh. Naufal pun ikut terjatuh dan berguling-guling di aspal dan kepala terbentur di tembok trotoar, walau memakai helm. Naufal tidak sadarkan diri seketika.

Di tempat lain dimana wanita yang ditolong oleh Naufal sedang dalam perjalanan pulang dan arahnya juga melewati arah yang dilewati Naufal.

"Wajah anak muda itu sangat familiar sekali. Wajahnya mirip kak Helena. Apa anak muda itu putranya, kak Helena?" batinnya.

Saat wanita tersebut sedang melamun. Dia dikejutkan dengan sopirnya yang tiba-tiba berhenti mendadak.

"Ada apa? Kenapa berhenti mendadak seperti ini?" tanya wanita tersebut.

"Maaf nyonya. Ada kecelakaan di depan," jawab sopir itu.

Dengan rasa penasaran. Wanita itu turun dari mobilnya. Dan menghampiri tempat kejadian kecelakaan itu.

Saat tiba disana. Wanita itu sangat terkejut. Korban kecelakaan tersebut adalah anak muda yang telah menolongnya.

Tanpa pikir panjang lagi, wanita itu menyuruh sopirnya menggendong Naufal dan membawa kemobil miliknya.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" perintahnya.

Dan mereka pun membawa Naufal ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan.

Episodes
1 Pulang Ke Bandung
2 Menyampaikan Sesuatu
3 Demam
4 Kecelakaan
5 Pertemuan Kakak Dan Adik
6 Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7 Kekhawatiran Keluarga
8 Bercerita
9 Flashback
10 Flashback 2
11 Keterkejutan Naufal
12 Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13 Kekesalan Naufal
14 Berdamai
15 Ardian Krishon
16 Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17 Kebencian Naufal
18 Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19 Davian Dan Barra
20 Telepon Dari Rasya
21 Berkunjung
22 Jatuh Pingsan
23 Kesedihan Dan Kekhawatiran
24 Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25 Kecurigaan
26 Tertangkapnya Sipengkhianat
27 Memasang Alat Pelacak
28 Kekompakan Alexander Bersaudara
29 Cinta Pada Pertemuan Pertama
30 Tertekan
31 Paket
32 Kehangatan Keluarga
33 Menceritakan Masalah
34 Kecelakaan Maut
35 Kesedihan
36 Merindukan
37 Pria Misterius
38 Kesedihan 2
39 Vanesha Palsu
40 Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41 Keras Kepala
42 Ingatan Kembali
43 Kecelakaan Davian Dan Reza
44 Pria Misterius 2
45 Perasaan Takut Anggota Keluarga
46 Kembali
47 Kembali 2
48 Berkorban
49 Hari Yang Buruk
50 Hari Yang Buruk 2
51 Rencana Penculikan
52 Keberhasilan Kendrik Alvaro
53 Berhasil Menemukan Lokasi
54 Hukuman Mati Untuk Kendrik
55 S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56 S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57 S2. Kejahilan Naufal
58 S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59 S2. Kabar Dari Damian
60 S2. Pesan Misterius
61 S2.
62 S2. Bayangan Vanesha
63 S2. Kemarahan Naufal
64 S2. Kekecewaan Naufal
65 S2. Kekesalan Naufal
66 S2. Flashdisk
67 S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68 S2. Rekaman
69 S2. Hati Yang Terluka
70 S2. Membuat Rencana
71 S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72 S2. Keberhasilan Damian
73 S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74 S2. Kemarahan Alex Alvaro
75 S2. Janji Seorang Kakak
76 S2. Awal Kemenangan
77 S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78 S2. Meretas Mobile Banking
79 S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80 S2. Telepon Dari Vanesha
81 S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82 S2. Menikmati Kebahagiaan
83 S2. Minta Dibelikan Laptop
84 S2. Kakak Alice!
85 S2. Menceritakan Kondisi Alice
86 S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87 S2. Sumpah Seorang Tasya
88 S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89 S2. Pembalasan Yang Setimpal
90 S2. Isak Tangis Alice
91 S2. Gadis Misterius
92 S2. Aku Kembali Naufal
93 S2. General Manager Baru
94 S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95 S2. Alona Divia Eknath
96 S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97 S2. Traktiran Dari Arsya
98 S2. Kepercayaan Penuh
99 S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100 S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101 S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102 S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103 S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104 S2. Penyerangan Naufal
105 S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106 S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107 S2. Memberikan Hukuman
108 S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109 S2. Surat Perjanjian
110 Kau hanya milikku, Tasya!
111 S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112 S2. Ada Udang Dibalik Risol
113 S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114 S2. Membahas Sebuah Rencana
115 S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116 S2. Bab 116
117 S2. Bab 117
118 S2. Bab 118
119 S2. Bab 119
120 S2. Buku Nikah
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Pulang Ke Bandung
2
Menyampaikan Sesuatu
3
Demam
4
Kecelakaan
5
Pertemuan Kakak Dan Adik
6
Pertengkaran Kecil Naufal Dan Ketiga Kakaknya
7
Kekhawatiran Keluarga
8
Bercerita
9
Flashback
10
Flashback 2
11
Keterkejutan Naufal
12
Pertengkaran Naufal Dan Aditya
13
Kekesalan Naufal
14
Berdamai
15
Ardian Krishon
16
Kerinduan Barra, Dhafin, Davian Dan Reza
17
Kebencian Naufal
18
Bagaikan Mendapatkan Durian Runtuh
19
Davian Dan Barra
20
Telepon Dari Rasya
21
Berkunjung
22
Jatuh Pingsan
23
Kesedihan Dan Kekhawatiran
24
Kesedihan Dan Kekhawatiran 2
25
Kecurigaan
26
Tertangkapnya Sipengkhianat
27
Memasang Alat Pelacak
28
Kekompakan Alexander Bersaudara
29
Cinta Pada Pertemuan Pertama
30
Tertekan
31
Paket
32
Kehangatan Keluarga
33
Menceritakan Masalah
34
Kecelakaan Maut
35
Kesedihan
36
Merindukan
37
Pria Misterius
38
Kesedihan 2
39
Vanesha Palsu
40
Pertemuan Vanesha Dengan Keluarga Naufal
41
Keras Kepala
42
Ingatan Kembali
43
Kecelakaan Davian Dan Reza
44
Pria Misterius 2
45
Perasaan Takut Anggota Keluarga
46
Kembali
47
Kembali 2
48
Berkorban
49
Hari Yang Buruk
50
Hari Yang Buruk 2
51
Rencana Penculikan
52
Keberhasilan Kendrik Alvaro
53
Berhasil Menemukan Lokasi
54
Hukuman Mati Untuk Kendrik
55
S2. Kerinduan Naufal Terhadap Vanesha
56
S2. Kejahilan Dan Kekesalan Naufal
57
S2. Kejahilan Naufal
58
S2. Kelakuan Menyebalkan Naufal
59
S2. Kabar Dari Damian
60
S2. Pesan Misterius
61
S2.
62
S2. Bayangan Vanesha
63
S2. Kemarahan Naufal
64
S2. Kekecewaan Naufal
65
S2. Kekesalan Naufal
66
S2. Flashdisk
67
S2. Video Tentang Fakta Vanesha
68
S2. Rekaman
69
S2. Hati Yang Terluka
70
S2. Membuat Rencana
71
S2. Isak Tangis Vanesha Bersama Sang Ayah
72
S2. Keberhasilan Damian
73
S2. Pertemuan Naufal Dan Vanesha
74
S2. Kemarahan Alex Alvaro
75
S2. Janji Seorang Kakak
76
S2. Awal Kemenangan
77
S2. Membahas Rencana Selanjutnya
78
S2. Meretas Mobile Banking
79
S2. Menghubungi Musuh Via Telepon
80
S2. Telepon Dari Vanesha
81
S2. Kekalahan Alex Alvaro Dan Derry Alvaro
82
S2. Menikmati Kebahagiaan
83
S2. Minta Dibelikan Laptop
84
S2. Kakak Alice!
85
S2. Menceritakan Kondisi Alice
86
S2. Kekesalan Aditya Akan Naufal
87
S2. Sumpah Seorang Tasya
88
S2. Kemarahan Keluarga Besar Harisman
89
S2. Pembalasan Yang Setimpal
90
S2. Isak Tangis Alice
91
S2. Gadis Misterius
92
S2. Aku Kembali Naufal
93
S2. General Manager Baru
94
S2. Tugas Pertama Laura Dari Naufal
95
S2. Alona Divia Eknath
96
S2. Kemarahan Naufal Terhadap Divia
97
S2. Traktiran Dari Arsya
98
S2. Kepercayaan Penuh
99
S2. Kemarahan Serta Ancaman Rayyan Terhadap Divia
100
S2. Kemarahan Yosef Terhadap Mareta
101
S2. Kemarahan Diva Terhadap Divia
102
S2. Merencanakan Pembalasan Terhadap Divia
103
S2. Kemarahan Dan Ancaman Naufal
104
S2. Penyerangan Naufal
105
S2. Keterkejutan Aditya Dan Rayyan
106
S2. Culik Dia Dan Bawa Ke Markas
107
S2. Memberikan Hukuman
108
S3. Pikirkan Sebab Akibatnya Sebelum Menghina Orang
109
S2. Surat Perjanjian
110
Kau hanya milikku, Tasya!
111
S2. Lain Kali Jangan Mengira Orang Itu Lemah
112
S2. Ada Udang Dibalik Risol
113
S2. Tunggu Apa Yang Akan Menantimu
114
S2. Membahas Sebuah Rencana
115
S2. Alat Canggih Menyerupai Ponsel
116
S2. Bab 116
117
S2. Bab 117
118
S2. Bab 118
119
S2. Bab 119
120
S2. Buku Nikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!